Perpustakaan. Tulisan tersebut terpampang begitu besar. Matahari sore sukses menerangi papan besar tersebut. Membuatnya terlihat seperti tempat untuk masa depan yang cerah. Tempat untuk mencapai nilai yang bagus. Hahh, Jeongguk hanya menghela nafas. Ia memperbaiki seragam beserta tas punggungnya dan berjalan masuk. Walaupun trainee, namanya siswa tetaplah siswa. Ia harus menghadapi kenyataan miliknya, bahwa ujian akhir sudah dekat. Ia harus mempersiapkan dirinya untuk perang.
Perpustakaan bukanlah tempat favoritnya, dan bukan tempat yang paling ia benci. Tapi memasuki perpustakaan membuatnya kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan. Jeongguk memasuki ruang perpustakaan sambil membawa buku pelajarannya. Ia menyusuri ruangan belajar sambil melihat orang-orang yang sedang duduk dimeja belajar, fokus terhadap buku-buku didepan mereka, seperti berada dalam dunia yang berbeda.
Jeongguk melihat satu tempat duduk yang kosong disamping seseorang yang juga sedang belajar. Ia berjalan menuju meja tersebut dengan pelan, tidak ingin membuat suara yang dapat menarik perhatian orang lain. Ia meletakkan buku miliknya diatas meja dan mulai mengeluarkan pensil dari tempat alat tulisnya. Ia menatap tulisan yang begitu menarik perhatiannya dicover buku.
Matematika.
Jeongguk kembali menghela nafasnya dan membuangnya dengan panjang. Sial. Kenapa matematika masuk kedalam mata pelajaran wajib. Ia membuka halaman pertama dan mulai mencoret-coret buku miliknya. Hanya suara jarum jam yang terdengar beserta suara gesekan pensil diatas meja. Waktu terus berjalan, setidaknya beberapa materi sudah mulai Jeongguk pahami. Tapi beberapa tersebut bahkan tidak sampai 25% dari total 100% materi yang harus ia pelajari.
"hah... x..y.." gumam Jeongguk dengan pelan, mencoba mengerjakan soal tersebut, berharap ia bisa mengerti apa masalah dari x dan y yang harus ia pecahkan.
Ia terus menerus menggumamkan soal tersebut berkali-kali tanpa mencoret bagian bawah soal lebih lanjut. Dengan frustasi, Jeongguk mengacak rambutnya dengan sebal. Sial. Ia sudah tidak bisa memaksakan materi ini masuk ke dalam otaknya. Dengan pelan, Jeongguk membanting kepalanya diatas meja. Jiwanya mulai menyerah, bendera putih kini berkibar dengan cantiknya dibayangnya.
"Anu.." seseorang yang duduk disampingnya mengintip dari pembatas meja. Jeongguk menatap sepasang mata tersebut dengan merasa bersalah karena sudah mengganggu orang tersebut.
"Ah, maaf kan sa-"
"Jeongguk?" Orang tersebut menunjukkan wajahnya dengan jelas. Haru menatap Jeongguk dengan wajah terkejut, begitu pula dengan Jeongguk.
"O- Haru, maafkan aku" kata Jeongguk sambil mengangkat kepalanya dengan cepat, sangat terlihat dengan jelas kalau dia salah tingkah.
"Ah tidak apa-apa" kata Haru. "Lagi pula..," Haru melirik buku sejarahnya yang tertutup. Cahaya layar handphonenya masih menyala, sebuah film sedang berputar. Haru melontarkan senyuman kearah Jeongguk. "Aku hanya menonton, bukan belajar" kata Haru dengan malu. Haru menatap buku yang berserakan di meja Jeongguk. Matematika. Perlahan wajahnya mengerut, menunjukkan ketidak sukaannya terhadap matematika.
"Kau tidak menyukai matematika?" tanya Jeongguk setelah melihat wajah Haru yang mengerut.
"Memangnya kau suka?" tanya Haru kembali. Jeongguk tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya. Lagipula, tidak ada alasan bagi keduanya untuk mendalami pelajaran matematika. "Kau sudah menyerah?" tanya Haru.
"Sepertinya.." kata Jeongguk dengan pelan. Haru menatap handphonenya yang terus menyala, scene yang sedang berputar menarik perhatiannya. Ia mendapatkan ide. Perlahan ia mengatur barang-barangnya.
"Kau mau melarikan diri?" tanya Haru dengan senyum. Jeongguk menatap Haru dengan bingung.
"Lari?" tanya Jeongguk.
YOU ARE READING
begin. [Jeon Jungkook]
RomanceWings Series: Begin Sinopsis: Sang lelaki memulai perjalanannya mengejar impian miliknya dikota besar yang ia tidak kenali, melawan rasa takutnya sebagai seorang yang masih sangat muda. Sang gadis terus memandang punggung orang-orang didepannya. In...