01 : Serem!

25.7K 299 32
                                    


"Zellena!"

"Zell!"

"Zelle! Bajunya masukin, itu kaus kaki kok kependekan sih? Itu tuh sepatu juga kenapa warna biru? Ini lagi, bukannya gue udah bilang supaya cat warna rambut lagi jadi item aja? Gak usah kayak gini Zell!"

Zellena Lee Aghya, gadis blasteran itu tampak memutar bola matanya jengah.

"Mau seratus kali bahkan sampai ribuan kali-pun lo ceramahin juga, gue gak akan berubah! Begini-lah Zellena, Gav!"

Setelah berucap seperti tadi, Zelle melangkahkan kakinya santai sampai terus menjauh dari kawasan gerbang yang setiap harinya di penuhi dengan para Osis yang mengawas.

Dia tak menghiraukan Osis, siswa/i lain, bahkan para guru yang mencibir.

Di sisi lainnya, seseorang yang menceramahi Zelle tadi berkacak pinggang dan mendecak bersamaan dengan gelengan kepala.

"Tiga tahun Zell, gila gue. Untung orang kayak lo cuma satu di sekolah ini, kalau semuanya kayak lo, gak bakal gue mau jadi ketua osis" Keluhnya bersama gelengan kepala tadi.

Gav, Gavila Matteo. Ketua Osis yang sudah pusing menghadapi satu perempuan bernama Zellena tadi.

Tapi, dia terus ingin mengurusi Zelle.

Dia sudah 2 tahun menjabat sebagai Anggota Osis, dan 1 tahun menjadi ketua Osis.

Jabatannya itu untung saja tinggal beberapa bulan lagi, karena untuk kelas XII semester 2 yang akan di sibukan oleh berbagai macam Ujian tidak wajib aktif lagi dalam organisasi.

Itu yang mungkin di aturkan dalam setiap sekolah, yang salah satunya,

SMA Cakrawala

===

"SMA Cakrawala itu terkenal karena murid-murid nya yang patuh pada peraturan sekolah, akan jadi apa sekolah ini jika memiliki murid seperti kamu?!"

Pak Begi, Guru Sejarah sekaligus Guru Bimbingan Konseling (BK) itu menekan ucapannya di setiap perkataan tadi.

"Meskipun kamu anak pemilik donatur terbesar di sekolah ini, bukan berarti kamu bisa seenaknya seperti ini!"

Dia menekan lagi. "Sudah tiga tahun Zellena! Apa kamu tidak akan berubah?!"

Zellena, Ya Zelle. Siapa lagi kalau bukan dia, bisa membuat Pak Begi yang di kenal baik itu mendadak menjadi Monster saat sedang memarahi. Itu lah Zellena.

Zelle tersenyum, bukan senyuman manis. Senyuman itu tercetak miring, "Iya pak, udah tiga tahun kan? Itu bapak tau, terus kenapa saya masih di pertahanin di sini? Kenapa saya gak di keluarin aja?"

Pak Begi masih terdiam, mendengarkan lanjutan apa yang akan di keluarkan dari mulut tajam-nya Zelle.

"Kalau di keluarin sih, saya dengan senang hati keluar dari sekolahan yang rasanya kayak Neraka gini!"

Zelle menghela nafasnya, emosi nya juga selalu naik saat berbicara dengan Pak Begi. Meskipun ucapannya terkesan biasa, Zelle tak pernah lupa menambahkan serbuk-serbuk yang membuat ucapannya tajam.
"Oh iya, saya lupa. Kalian mana berani ngeluarin saya ya, ciut nyali-nya. Takut sama donaturnya, apa takut kalau sekolah ini kehabisan uang? Ya lalu, bapak juga akan kehilangan plus-plus kan?"

Zelle bangkit dari duduknya, membalikan badannya hendak pergi. Namun baru satu langkah dia terhenti, badannya berbalik lagi
"Dan tadi Bapak nanya kan akan jadi seperti apa sekolah ini jika memiliki murid seperti saya? Sekarang gini ya, saya balikan. Akan jadi apa sekolah ini jika memiliki guru seperti bapak? Yang bukan bagian bendahara, tapi masih aja berani korupsi, perlu saya laporkan?!".

Bad Girl X Teacher BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang