5

247 25 10
                                    

Dingin...

Kaku...

Canggung..

Aku tak tau harus apa senyum yang hangat itu memudar berganti dengan wajah cantik yang tanpa ekspresi. Hanya ada sepasang mata bulat indah yang menatapku dalam diam.

"Gusion, sebenarnya sebodoh apa kau itu menawarkan sesuatu yang aneh seperti itu pada gadis yang baru kau kenal?" Runtuk ku sendiri.

"Les... Ak-"

"hahahaha...,"

Suara lembut itu.. dia kembali tertawa lembut wajahnya bersinar indah dengan semu merah dipipinya. Membuatku dapat merasakan sengatan hangat ikut menjalar dipipiku.

Lesley tertawa cukup lama wajah bersemu merah matanya menyempit. Dia terlihat begitu bahagia.

Gusion hanya terpaku menantapnya, terpukau oleh keindahan sang gadis yang tertawa dengan ringannya. Sedikit demi sedikit melunturkan kepanikannya tadi dengan kejutan yang tak bisa Gusion tebak.

"Sepayung berdua denganmu?" Tawanya mereda dia tersenyum lembut dan menyambut tawaran Gusion.

"Jika kamu ngga mau, kamu bisa gunakan payungku untuk kamu pulang sendiri saja, Les"

oh tidak, apa yang ku katakan...

Wajahnya berubah lagi dia membuka matanya lebih jeli. Indah, iris matanya terlihat begitu jelas berkilau menampilkan emosinya.

"Kalau begitu, bagaimana denganmu pulang nanti?" Lesley memiringkan kepalanya.

"Aku akan menunggu hujannya reda. Lebih baik Lesley pulang duluan karena sudah tidak ada siswi lain lagi disini akan bahaya jika perempuan pulang terlalu malam nantinya. Silakan..." Aku menjulurkan payung yang ku gengam padanya.

Lesley menerimanya dia tersenyum lalu mengembangkan payung ku untuk segera digunakan olehnya.

"Kalau begitu keterima tawaran pertamamu, ayo pulang bersama kita berbagi payung mu" dia tertawa lembut membawa payung yang digenggam diatas kepala kami berdua.

"Ayo kita jalan pulang, Gusion" dengan ringan dia melangkah bersamaku disampingnya.

Menembus derasnya hujan dibawah payung coklat milikku. Mengunakannya bersama untuk menghalau air yang bisa membasahi diri kami.

Aku hanya mengikuti langkahnya dalam diam. Menatap langit gelap karena hujan, waktu telah menunjukkan pukul 5 sore.

Lesley bersenandung kecil sepanjang perjalanan semua nada lagu yang indah tapi juga sedikit menyeramkan.

" Crossed hair knocked you down... Death kisses you on the forehead..."

Liriknya itu terasa menyeramkan.

Aku coba melirik padanya.

Wajahnya terlihat sedih matanya menatap sayu dengan bibir yang sedikit bergetar saat bernyanyi.

"Ada apa denganya?" Pikirku

"Lesley, apa kau kedinginan?" Aku mengeser payung lebih banyak kearahnya membuat sebelah bahu sedikit terbasahi ari huja yang tidak terhalang payung.

"Tidak kok, Gusion." nyanyiannya terhenti dia menoleh wajahnya yang sedikit merona merah kearahku. Mungkin dia benar kedinginan.

"Wajahmu memerah Lesley, kamu kedinginan," aku menarik turun syal ungu yang selalu ku gunakan. Melepaskannya dari leher ku dan menyampirkanya dipundak Lesley.

"Eh?!" Lesley terperangah.

"Pakailah, agar kau tidak sakit," dia mengangguk sedikit menundukkan wajahnya menyembuhkan sebagai wajah dalam gulung syal ku dilehernya.

"Jadi dimana rumah mu Les?" Gusion bertanya sambil merapikan syal yang digunakan Lesley sedikit merosot kebawah, menggulungnya lebih erat agar Lesley tidak kedinginan.

"Dua blok berikut nya kita belok kanan rumah ku ada di blok C, Gusion.." Gusion pun mengangguk dan mempercepat langkah kakinya.

Senyap hanya ada kesunyian disepanjang jalan setelahnya.

"Oh, iya aku belum berterimakasih padanya" Ingat ku pada diri sendiri.

Setelah kami berbelok dan sampai di sebuah rumah besar aku melambatkan langkah ku, kemudian kami berhenti.

"Gusion kita sampai, ini rumah ku." Menoleh sedikit padanya dan tersenyum tipis.

"Lesley, terimakasih untuk buah apel yang kau berikan waktu itu... Aku menyukainya."

Deg!

Wajahnya  membeku tatapnya membola pipinya yang memerah entah kenapa makin memerah.

"Apa aku salah bicara?"

Lesley hanya terdiam, detak jantung terasa bertalu. Senyuman itu, pria yang dia anggap berwajah murung itu tersenyum dengan tampannya.

Seakan mengalirkan segalanya dengan kehangatan lembut yang meleburkan udara dingin sekitar Lesley.

"Aa... Sama-sama baiklah... Aku masuk dulu, dahh Gusion!" Lesley melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan Gusion yang berwajah bingung nan panik didepan pintu gerbang rumahnya.

"Syal ku..."

Dia membawanya masuk,

Syal yang selalu ku gunakan itu.

Yasudahlah mungkin itu akan jadi miliknya, atau kembali padaku jika kami bertemu lagi.

Kuharap kita bertemu lagi Lesley...

-Gusion

Gusion melanjutkan langkahku pulang kerumah dengan senyum tipis lembut dibibir, auranya begitu hangat dan membahagiakan.

Sangat berbeda.

Next to....

Lily comebcak dong!!

Aahhh, Lily gatau ini sweet atau ngga... Feeling-nya nyampe apa ngga?!

Kasih pendapatnya dong ya... 😘

Ku tunggu jejak kalian yaaa, nanti akan ku balas dengan sebutir apel yang manis untuk semuanya...

Don't copy my story please

Don't copy my story please

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺 Akira Lily 🌺

Published : Senin, 23 Desember 2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang