Pekerjaan rumah telah Winda selesaikan semua, dan tak lupa mengecek kamar kedua gadis kecilnya. Winda membuka kamar Gea, dan mendapati sosok putri semata wayangnya itu tengah tertidur siang. Kemudian berjalan menuju kamar Anka yang letaknya berdampingan dengan kamar Gea, dibukanya pintu berwarna putih itu dengan pelan dan Winda langsung menemukan penghuni kamar tersebut tengah duduk dijendela sambil memegang sebuah boneka.
"Bibi boleh masuk?" Tanya Winda dengan kepala yang ia munculkan dibalik pintu. Merasa ada yang membuka pintu kamarnya, Anka menengok dan memberi anggukan kecil pada bibinya itu.
Winda berjalan mendekati Anka yang masih duduk dijendela, lalu mengusap pelan ujung kepala ponakannya yang kini sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.
"Anka lagi ngapain?" ucap Winda basa basi
"Main boneka"
"Oh gitu..Bibi boleh tanya sesuatu sama Anka?" Anka mengangguk
"Anka masih inget ucapan Gea yang pas tadi kita makan siomay?"
"Yang mana bi?"
"Itu lho yang Gea bilang gini Kak Anka daripada sekolah disana jauh terus banyak yang nakalin kak Anka,mending kak Anka sekolahnya disekolahan Gea aja, biar nanti Gea bisa jagain kak Anka, gitu..inget?" Ujar Winda mencoba mengingatkan Anka dengan suara yang dibuat buat seperti suara Gea.
"Oh itu.. Inget bi"
"Menurut Anka gimana?" Anka hanya diam. Melihat ponakannya yang tak buka suara mungkin karena tak tahu harus jawab apa, Winda kembali bertanya dengan memperjelas yang ia maksud. "Maksud bibi, Anka mau kalau sekolahnya pindah?" Tanya winda dengan hati hati , namun Anka masih tetap diam.
"Hmm, kalo Anka enggak mau gapapa kok..bibi cuma nanya saja" buru buru Winda meluruskan topik yang ia bahas karena melihat Anka yang tetap diam tak bersuara.
"Anka mau bi" kali ini Anka membuka suara yang langsung disambut raut keterkejutan dari wajah Winda.
"Beneran?" Tanya Winda memastikan. Dan untuk kesekian kalinya Anka hanya mengangguk sebagai jawaban.
Winda tersenyum mendengar jawaban dari Anka, dipeluklah gadis kecil pendiam itu dengan hangat. Sejujurnya Winda masih tak percaya dengan jawaban yang Anka lontarkan, karena dalam bayangannya ia akan mendapat penolakan dari Anka mengingat ponakannya itu sulit untuk beradaptasi dengan suasana ataupun hal baru. Bukan tanpa alasan ia mendengarkan saran Gea, karena setelah Winda pikir pikir tak ada salahnya ia memindahkan Anka ke tempat sekolah Gea bukan hanya alasan jarak yang jauh lebih dekat dengan rumah melainkan biaya pun menjadi alasan untuk memindahkan Anka ke sekolah Gea yang jauh lebih murah, karena memang sekolah Anka yang saat ini adalah sekolah SD yang cukup ternama sehingga biaya pun lebih mahal dari sekolah lainnya.
"Anka pindahnya mulai minggu depan saja ya?"
"Iya bi"
"Ya sudah Anka bobo siang gih, tuh Gea udah bobo daritadi"
"Iya bi nanti, bibi enggak buka toko?" Tanya Anka yang biasanya jarang jarang sekali untuk sekedar basa basi.
"Ah bibi lupa..Abis tadi makan siomaynya keasyikan" Winda tertawa kepada dirinya sendiri kenapa bisa bisanya ia sampai lupa bahwa ia punya toko yang harus dibuka, mungkin jika Anka tak mengingatkan ia benar benar lupa bahwa dirinya punya sebuah toko buku. "Bibi libur aja kali ya, udah siang juga pasti pelanggan pikir bibi emang tutup hari ini,padahal sebenernya bibi lupa." Winda kembali tertawa, padahal rencana awal ia akan membuka toko setelah makan siomay dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKA
General FictionHidupnya yang selalu dihiasi abu abu itu membuat dirinya selalu menyalahkan dunia yang kenapa sering tak berpihak padanya. Dunia yang ia tinggali seolah tak mengijinkan untuk ia warnai. Entah dunia yang memang tidak mengijinkannya atau ia yang meman...