Pergaulannya yang menjurus ke arah negatif membuat kuliah Eliza terbengkalai, ia sering kali bolos dan tak masuk kelas hingga membuat nilainya anjlok. Setiap harinya ia juga menghabiskan waktu di luar rumah yaitu di club malam bersama teman-teman pergaulannya.
Dan malam ini Eliza menuju sebuah apartemen temannya, ia dan beberapa teman-temannya berencana untuk melakukan pesta sabu.
"Hai" sapa Eliza begitu ia memasuki unit apartemen temannya.
"Akhirnya datang juga lo" ucap Andika salah satu teman prianya.
"Amankan?" tanya Eliza pada teman-temannya yang telah berkumpul di ruangan itu.
"Lo tenang aja semua aman" ucap salah satu temannya.Tempat itu penuh dengan asap rokok termasuk Eliza yang juga ikut menghisap batangan beracun itu, gadis cantik itu juga disuguhi temannya sebotol minuman alkohol dan terlihat di pojok sana seorang temannya yang lain tengah menghisap sebuah alat yakni bong sabu. Eliza dan teman-temannya larut dalam pesta barang haram itu.
Hari hampir pagi saat Eliza keluar dari apartemen itu, ia mengendarai mobilnya seorang diri dalam kondisi setengah sadar, dan beruntung ia tiba di rumah dengan selamat. Jam 3 pagi Eliza memasuki rumah dalam kondisi setengah sadar, dan lagi-lagi ia kepergok sang papa dalam kondisi seperti itu. Kusuma kembali meradang melihat sang putri yang lagi-lagi pulang dalam keadaan kacau.
"Eliza!!" geram Kusuma meradang, ia menghampiri Mila.dan menyeret putrinya itu ke kamarnya.
"Eh papa" Eliza tertawa melihat sang papa, tubuhnya oleng dan hampir tak dapat berdiri.
"Ada apa? astaga Tuhan... Eliza..." ucap Malika, perempuan itu menuju kamar Eliza begitu mendengar ada keributan.
"Lihat... lihat anakmu mah" geram Kusuma.
"Astaga Eliza kamu merusah dirimu sendiri sayang" gumam Malika.
"Anak tidak tau di untung kita bekerja mati-matian dan dia dengan mudahnya menghamburkan uang untuk berfoya-foya" ucap Kusuma kesal.
"Kita bicara nanti dengannya pah" ucap Malika.
"Tentu saja, dan kali ini kita harus bicara serius dengannya" ucap Kusuma.---
Pagi hari dan sudah rapi dengan pakaian kerjanya kedua orang tua Eliza masuk kembali ke kamar anak gadisnya itu, dengan kemarahan yang terpendam mereka menunggu Eliza bangun. Tak lama gadis cantik itu mulai mengerjapkan matanya ketika sang mama membuka tirai kamarnya.
"Mah tutup lagi silau tau... El masih ngantuk" ucap Eliza kesal, ia menutup wajahnya dengan selimut.
"Bangun anak pemalas" geram Kusuma sembari menarik selimut Eliza.
"Apaan sih pah" omel Eliza.
"Bangun!!" teriak Kusuma lagi.
"Iya ah!" sahut Eliza kesal.
"Cuci mukamu El, mama dan papa mau bicara" ucap Malika.
"Soal apa? apa ada yang penting?" tanya Eliza.
"Cuci mukamu sekarang, cepat Eliza kami hampir tak ada waktu lagi" ucap Kusuma sambil melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.
"Ada apa sih sebenarnya" gumam Eliza sambil turun dari ranjang.Eliza sudah mencuci muka dan menggosok giginya, gadis itu nampak sedikit lebih segar.
"Duduklah sayang, kami ingin bicara" Malika menunjuk ranjang.
"Ada apa mah pah?" tanya Eliza.
"Jam berapa pulang tadi malam?" tanya Kusuma yang tak dapat menahan kemarahannya.
"Jam... emm... lupa pah" sahut Eliza santai.
"Dari mana kamu El? bergaul dengan teman-temanmu yang mana? pulang pagi dan mabuk-mabukan, siapa yang mengajarkanmu?" geram Kusuma.
"Kenapa marah sih pah, El hanya ingin menikmati masa muda, papa mama juga pernah mudakan" ucap Eliza cuek dan santai.
"Berani kamu menjawab papa" geram Kusuma, ia benar-benar meradang menghadapi putrinya itu.
"Loh salahnya dimana pah? bukankah tadi papa bertanya dan El berkewajiban menjawab pertanyaan papa" sahut Eliza dengan kurang ajarnya.
"Siapa yang mengajarkanmu berlaku kurang ajar seperti ini?" tanya Kusuma, ia mengepalkan kedua tangannya mencoba menahan amarahnya.
"Gak ada... siapa yang kurang ajar sih pah, El biasa aja tuh... papa aja yang terlalu sensitif" ucap Eliza.
"Lihat mah, anakmu ini rupanya perlu didikan cara bersikap pada orang tua" ucap Kusuma.
"Eliza bisakah kami bicara baik-baik nak" ucap Malika.
"Bicara aja mah, El dengarkan kok" ucap Eliza santai.
"Kami hanya ingin kamu jadi anak yang penurut sayang, jangan lagi ya mabuk-mabukan seperti kemarin. Jaga pergaulanmu, jauhi teman-teman yang membawa dampak negatif untukmu" ucap Malika sembari mengusap rambut panjang Eliza.
"Teman-teman El baik semua mah, mereka gak ada yang jahat" sahut Eliza asal.
"Artinya kamu sendiri yang kelakuannya negatif" geram Kusuma.
"Pah" tegur Malika.
"Maksud papa apa? bagian mananya El negatif?" sahut Mila, ia menatap sang papa dengan tajamnya.
"Lihat putrimu mah, beraninya dia menantangku. Jadi selama ini apa yang kamu kerjakan mah? bagaimana kamu mendidiknya hingga dia bisa senakal ini?!!" geram Kusuma hampir berteriak.
"Kenapa aku? kenapa jadi aku yang disalahkan?" sahut Malika tak terima.
"Ya jelas... kamu ibunya dan kamu yang bertanggung jawab atas kenakalannya" ucap Kusuma marah.
"Kenapa hanya aku? kamu bapaknya kamu juga harus bertanggung jawab" sahut Malika tak terima atas kemarahan sang suami.
"Aku sibuk dengan pekerjaanku, sedang kamu..."
"Aku sibuk dengan butikku" sahut Malika.
"Sibuk ngapain kamu? sibuk rumpi dengan klienmu itu" sahut Kusuma alas.
"Jangan asal bicara pah, aku punya pekerjaan, kamu pikir pekerjaanku di butik hanya duduk santai saja. Dan ingat... anak ini dibuat bersama dan jangan kamu melimpahkan tanggung jawab hanya padaku saja" ucap Malika kesal.
"Masih lama berantemnya?" ucap Eliza kesal.❤❤❤
Part 2
30/8/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Buta
Fanfic"Kita sudah sama-sama dewasa, pilihannya hanya dua, berkomitmen atau tidak sama sekali" Elizabeth Mila Wijaya. "Keputusan tersulit yang harus aku buat adalah ketika aku terlalu lelah untuk mempertahankan, tetapi juga terlalu cinta untuk melepaskan"...