Sibuk dengan pekerjaan dan hampir tak ada waktu untuk anak itulah keseharian kedua orang tua Eliza, dan sekali pun ada di rumah keduanya juga sibuk dengan phonsel dan laptopnya masing-masing. Dan tak jarang keduanya bertengkar mengenai masalah anak.
Hampir setiap hari Eliza selalu mendengarkan teriak kemarahan dan pertengkaran orang tuanya. Sebagai putri dari seorang pemilik kerajaan bisnis, hidup berlebihan bergelimang harta dan tinggal di rumah yang bak istana tak membuat Eliza bahagia, ia justru merasa sangat menderita. Ia merasa kurang perhatian dan kasih sayang.
Lelah mendengar teriakan pertengkaran orang tuanya akhirnya Eliza memutuskan menyambangi kediaman sang kakak. Ia membawa mobilnya menuju komplek perumahan mewah.
"Malam non" sapa seorang security yang bekerja di rumah sang kakak.
"Malam" sahut Eliza.Gadis cantik itu memasuki rumah mewah itu sambil memanggil nama keponakananya.
"Davi... Davina... aunty datang sayang" teriak Eliza memanggil keponakannya yang berusia tiga tahun.
"Aunty..." teriak Davina yang berada dalam pengawasan baby sitter-nya.
"Sayang... mama papanya mana mba?" tanya Eliza sembari menghampiri keponakan cantiknya.
"Di atas non" ucap baby sitter itu sambil tersenyum-senyum.
"Kenapa sih lo mba senyum-senyum gitu" ucap Mila bingung.
"Tuan dan nyonya sudah lama di kamarnya non" ucap baby sitter itu dan masih dengan senyumnya.
"Owhhh... gue ngerti" ucap Eliza yang juga ikut tersenyum.Cukup lama Eliza bermain bersama Davina hingga akhirnya sang pemilik rumah keluar dari kamarnya, Jonathan dan Tyas tersenyum melihat Eliza yang tengah bermain bersama Davina.
"Sudah lama El?" sapa Tyas kakak ipar Eliza.
"Ya lumayan..." ucap Eliza seraya mendelik menggoda kakak iparnya.
"Gue buatkan minuman ya" ucap Tyas.
"Gak perlu gue bisa ambil sendiri, ngapain sih pakai acara di ambilin segala, biasanya juga gue ambil sendiri" ucap Eliza.
"Ya sudah kalau gak mau" ucap Tyas, kakak ipar Eliza.
"Ngapain aja tadi di atas?" goda Eliza sambil memainkan alisnya.
"Anak kecil gak perlu tau" ucap Jonathan, kakak Eliza.
"Gue sudah 19 tahun kak... gue sudah dewasa gue bukan anak kecil lagi dan gue ngertilah apa yang kalian lakukan. Ketika dua orang dewasa berdua-duaan di sebuah ruangan maka terjadilah yang namanya proses pembuatan anak bayi" tawa Eliza dan membuat wajah sang kakak ipar memerah malu.
"Sok tau" ucap Jonathan.
"Ya taulah kak, tuh buktinya leher kak Tyas merah-merah habis di gigit vampir" tawa Eliza semakin nyaring saja.
"Cukup El" omel Jonathan.
"Oke... maaf" ucap Eliza yang kemudian mengehentikan tawanya.
"Pulang deh lo kalau kerjaan lo di sini cuma mau ledekin gue" omel Jonathan pada adiknya.
"Gue mau nginap" ucap Eliza dengan santainya.
"Nginap?" ucap Jonathan heran, karena tak biasanya sang adik ingin menginap di rumahnya.
"Boleh ya kak... kak Tyas boleh ya gue numpang nginap" ucap Eliza pada kakak dan kakak iparnya.
"Iya tentu boleh El" ucap Tyas.
"Ada angin apa lo tiba-tiba mau nginap?" selidik Jonathan pada adiknya.
"Gue pusing kak... di rumah mama papa ribut mulu, sakit kuping gue dengarnya" adu Eliza pada sang kakak.
"Berantem? masalah apa?" tanya Jonathan.
"Entahlah" ucap Eliza seolah tak tau.---
Jonathan menghampiri kantor sang papa, ia berniat menanyakan masalah yang tengah dihadapi orang tuanya yang menurut Eliza selalu menimbulkan keributan di rumah.
"Adikmu masih menginap di rumahmu Jo?" tanya Kusuma pada putranya.
"Ya masih pah" sahut Jonathan.
"Sore ini juga minta dia untuk segera pulang, karena papa gak ingin anak itu semakin liar tanpa pengawasan papa" ucap Kusuma.
"Maksud papa?" tanya Jonathan.
"Kamu tidak tau bagaimana sifat adikmu itu, semakin hari dia semakin tidak terkontrol. Keluyuran, pulang hampir pagi dan lebih parahnya dia mabuk-mabukkan. Entah temannya yang mana yang mengenalkannya pada minuman haram itu" geram Kusuma.
"Mabuk-mabukkan pah? apa tidak salah? Eliza mabuk?" tanya Jonathan tak percaya.
"Dan kamu Jo bantu papa mengendalikan adikmu itu, jangan cuma asik sendiri, perhatikan adikmu juga" ucap Kusuma.
"Pah jo juga sibuk, dengan banyak urusan. Jo sibuk dengan pekerjaan dan keluarga kecil Jo, apalagi Davina lagi aktif-aktifnya saat ini" ucap Jonathan.
"Davina kan urusan Tyas, kamu bantulah papa untuk mengendalikan adikmu, papa mama banyak pekerjaan hingga kurang waktu untuk menjaga Eliza dari pergaulannya" ucap Kusuma.
"Kenapa tidak papa dan mama saja yang mengurangi pekerjaan" ucap Jonathan yang mulai kesal.
"Berani kamu menceramahi papa" ucap Kusuma yang mulai marah.
"Bukan menceramahi pah, Jo hanya mengingatkan. Lagi pula Jo pikir kelakuan Eliza seperti itu karena ulah papa dan mama juga, dia seperti itu karena ingin mencari perhatian, dia kekurangan perhatian dari kalian" ucap Jonathan.
"Sudah pintar rupanya kamu menceramahi papa Jo" geram Kusuma.
"Kenyataannya memang seperti itu pah, Eliza menjadi liar karena ulah kalian. Kalian gak tau bagaimana kesepiaannya dia, sementara kalian hanya sibuk dengan pekerjaan" ucap Jonathan.
"Papa bekerja juga untuk dia untuk masa depannya" ucap Kusuma.
"Tinggal di rumah mewah dan fasilitas berkecukupan Jo rasa tidak membuat Eliza bahagia pah, buktinya dia mencari kebahagiaan di luar sana, karena Jo juga pernah merasakan berada di posisi seperti Eliza pah, kesepian dan kekurangan perhatian" ucap Jonathan.
"Sudah berani kamu menggurui papa" geram Kusuma.
"Jo hanya mengingatkan pah" ucap Jonathan yang kemudian berlalu pergi dari hadapan sang papa.❤❤❤
Part 3
6/9/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Buta
Fiksi Penggemar"Kita sudah sama-sama dewasa, pilihannya hanya dua, berkomitmen atau tidak sama sekali" Elizabeth Mila Wijaya. "Keputusan tersulit yang harus aku buat adalah ketika aku terlalu lelah untuk mempertahankan, tetapi juga terlalu cinta untuk melepaskan"...