•pingsan?•

14 1 0
                                    

mungkin kamu belum mengerti, bagaimana beratnya merelakan yang sangat berarti.
-author.

Author lagi galau gaes. Jadi di maapkeun yak.

HAPPY READING😚

WARNING! TYPO BERTEBARAN

k

ringgg
Alrm berbunyi yang kesekian kalinya. Jam sudah menunjukan pukul 06.15 tetapi sang empu masih asik bergulat dengan selimut yang membungkus dirinya.

Davina memfokuskan matanya yang terkena cahaya matahari yang sangat silau.

Davina mengecek jam dan alangkah terkejutnya saat jam sudah pukul enam lewat.

Davina segera menghepas selimut nya ke lantai dan berlali ke kamar mandi di kamarnya.

Tetapi kaki Davina terpleset saat dengan tidak sengaja menginjak selimutnya yang tergeletak di lantai, membuat Davina jatuh tersungkur yang mengakibatkan jidatnya tebentur lantai.

"Awww! sial banget hidup gue!" Ucap Davina sambil berusaha berdiri dan mengusap jidatnya yang terasa sangat pusing.

Davina berjalan ke arah kamar mandi dengan sempoyongan. Mengingat dirinya sudah telat segera ia membersihkan dirinya.

Tak butuh waktu lama Davina sudah selesai mandi. Dia keluar dari kamar mandi masih dengan handuk yang melilit di badannya.

Davina mengambil baju seragamnya di lemari baju. Dia segera memakai baju nya dengan sangat tergesa gesa.

Dia melihat jam di handphone nya dan matanya seketika melebar. Jam sudah menunjukan pukul 06.45.

Yang artinya, dirinya sudah telat 10 menit. Davina segera mengambil tas nya dan segera keluar kamar menemui mamahnya yang sedang menyiapkan makanan di atas meja makan.

Davina tidak melihat ayahnya di ruang makan. Davina menghela nafas, dia tau, pasti ayahnya sudah pergi ke kantor pagi pagi sekali.

"mamah kenapa gak bangunin aku?" Ucap Davina sambil memakai sepatunya.

"mamah ga tega buat bangunin kamu sayang, sepertinya kamu sangat kecapekan." Ucap Sinta.

"iyaudah deh mah, aku berangkat dulu ya. Assalamualikum." Ucap Davina mencium tangan mamahnya dan mencium pipi mamahnya.

"kamu gak sarapan dulu?" ucap Sinta memegang tangan anaknya.

"engga sempet sarapan mah," ucap Davina memelas. Saat ini ia deg degan+cemas+takut semua bercampur aduk.

"kamu punya mag loh sayang, kamu gabisa telat makan." ucap Sinta dengan nada khawatir.

"nanti aku sarapan di sekolah mah, udah mamah gausah khawatir ya. Aku pergi dulu, bye mah!" ucap Davina berjalan ke luar rumahnya. Dia dari tadi berdoa di dalam hati  semoga tidak kena hukuman dari kakak senior nya. Walaupun itu mustahil.

Davina melihat jam di handphone miliknya, sudah pukul 06.54 dan artinya 6 menit lagi gerbang di sekolah akan tutup.

Davina lari menuju ke sekolahnya. Jarak rumah dan sekolahnya cukup jauh tetapi ia tidak perduli seberapa jauh sekolahnya.

Ia hanya ingin cepat cepat sampai di sekolahnya. Davina yang sudah ngos ngosan dan lari nya melambat seketika berhenti dengan kedua tangannya bertumpu di lututnya.

Sedikit lagi Davina sudah sampai di sekolahnya. Dia tidak ingin membuang waktu nya dengan sia sia dan langsung segera lari kembali menuju sekolahnya.

Saat sudah sampai, Davina melihat gerbangnya sudah tertutup rapat. Dia melihat jam dan sudah pukul 07.05.

"telat lagi gue! aisssh..." Gumam Davina sambil berjalan berdekat dengan gerbang sekolah. Dia mencoba merayu satpam yang sedang menikmati kopi.

"permisi pak! bisa di buka gak gerbangnya?" ucap Davina yang berdoa dewi fortuna berpihak pada dirinya.

Tetapi sepertinya dewi fortuna sedang berada di pihaknya. Karna kakak ketua osis datang dan menatapnya sekilas. Ya... Desta datang.

"pak di telat?" ucap Desta sambil menunjuk ke arah Davina.

"iya den, tadi dia sempat minta di bukain gerbangnya tapi saya hiaruin den." ucap satpam tersebut membuat Desta mengangguk.

Desta menghampiri Davina yang sedang menunduk sambil menatap ujung sepatunya.

"lo telat?" tanya Desta yang membuat kepala Davina ke atas menatap Desta.

Desta hanya mengangguk sambil mengerucutkan bibirnya.

Desta yang melihat itu seketika gemas, ingin sekali dia mencubit pipi gembul milik Davina.

"kenapa bisa telat?" Sepertinya Desta menyukai hobi barunya. Yaitu suka menanya. Padahal dia paling tidak suka banyak tanya ataupun banyak ngobrol.

"kesiangan bangun kak." ucap Davina kembali menunduk sambil memainkan jarinya.

Desta menghampiri pak Ucup supaya membukakan gerbangnya. Pak Ucup yang mendengar perintah dari Desta segera mengangguk dan membuka gerbangnya dan mempersilahkan Davina masuk kedalam.

"Ma-makasih kak. Kalau gtu aku permisi dulu ya kak." ucap Davina pamit kepada Desta. Sebelum Davina pergi segera Desta mencekal tangan Davina yang membuat Davina seketika berhenti.

"kenapa ka?" tanya Davina dengan alis saling bersautan.

"enak aja lo asal main pergi aja. lo dapet hukuman dulu baru lo bisa bebas." Ucap Desta yang membuat Davina melongo tidak percaya.

Apa? Hukuman? Oh God, semoga hukumannya tidak susah.

"Hukuman?" tanya Davina memastikan dirinya tidak salah dengar.

Desta mengangguk dan membawa Davina ke tengah lapangan. Lapangan terlihat sepi, mungkin semua orang lagi di aula.

"kakak kenapa bawa aku kesini?" tanya Davina.

"lari."

"ha?"

"lari. 10 kali"

"kak tolong ya kalo ngomong jangan setengah setengah. Aku ga ngerti kaka ngomong apa." cerocos Davina yang tidak mengerti Desta ngomong apa.

Desta menghela nafas, "sebagai hukumannya lo harus lari keliling lapangan sepuluh kali." Ucap Desta yang membuat mata Davina melebar.

'Ha?! sepuluh kali? gilaa aja lapangan segede ini gue disuruh lari. Mana gue doang lagi yang telat! aishh... miris amat hidup gue.' batin Davina.

"kenapa diem aja? mau di tambah hukumannya?" Ucap Desta yang membuat Davina tersadar dari lamunannya.

"ha? eh... engga ka, iya ka aku lari sekarang." Ucap Davina sambil meletakan tas nya di pinggir lapangan.

Baru lima putaran, Davina sudah ngos ngosan. Dia berhenti sebentar sambil mengatur nafasnya.

setelah ia merasa cukup, Davina kembali lari mengelilingi lapangan.

Tapi saat ia mau lari, tiba tiba ia merasa kepalanya berputar. Pusing. Satu kata itulah yang Davina rasakan. Tiba tiba semua gelap. Davina sempat merasakan orang memanggilnya setelah itu ntah apa yang terjadi. Davina benar benar kehilangan kesadarannya.

****

kira kira apa yang terjadi sama Davina ya???

dasar Desta gapunya perasaan! huh...
Author kesel sendiri:(

jangan lupa vote and comment oke! :)

ditunggu ya next chapternya✨

Heart's choiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang