Dia sederhana tapi entah kenapa dia bisa membuatku senyum tanpa alasan.
-Rasya Ardesta.
~~~~MOS telah selesai dari 15 menit yang lalu. Dari tadi Davina menunggu Bis di halte tetapi tidak datang juga.
Ketiga temannya sudah pulang terlebih dahulu karna sudah di jemput sama orang tua mereka masing masing.
Davina melihat jam tangannya yang ia pakai di sebelah kanan. Berulang kali Davina menghela nafas, dia mengambil handphone nya yang berada di tas nya. Dia coba menyibukan dirinya sampai Bis datang.
Saat Davina sedang asik asiknya melihat instagram, tiba tiba ada motor yang berhenti di depannya. Seketika Davina mengangkat kepala nya dan seketika terkejut melihat ketua osis berhenti di depannya.
"kenapa ka?" tanya Davina dengan alis yang bertautan.
"naik." ucap Desta dengan wajah datarnya dan tidak lupa nada bicaranya dingin.
"ha?" pasti saat ini muka Davina sedang cengo. Tidak mengerti apa maksud dari kakak kelas+kakak osis di depannya ini.
Desta terkekeh pelan. Baru kali ini ia tertawa hanya dengan muka Davina yang menurutnya sangat menggemaskan.
Desta kembali memasang muka datar nya. "naik, gue anter lo pulang" ucap Desta yang langsung membuat Davina shock, dia pikir ini hanya mimpi. Tapi saat Davina mencubit pipinya sakit. Itu tandanya...
"lo lagi gak mimpi. cepet naik" ucap Desta yang tau apa yang di fikirkan gadis di depannya ini.
"eemm, maaf ka bukannya aku nolak tapi aku mau pulang aja naik Bis." Ucap Davina dengan tidak enak menolak ajakan Desta.
"lo mau sampe kapan nunggu disini? Bis udah gaada apalagi ini udah jam 5 sore. Tapi kalo lo gamau juga gapapa. Gue pergi dulu." ucap Desta sambil menyalakan mesin motornya. Davina yang masih tidak percaya dengan Desta ngomong lebih dari 10 kata.
Davina yang akan sadar mau di tinggal oleh Desta seketika memegang lengan Desta yang membuat Desta menatap Davina.
Di balik helm full face Desta tersenyum kecil. "kenapa?" tanya Desta.
"yaudah kalo kakak maksa aku buat ikut sama kaka, aku mau deh pulang bareng sama kakak." Ucap Davina yang langsung menaiki motor Desta yang gedenya minta ampun.
Desta hanya menggeleng kecil dan langsung menjalankan motornya.
"pegangan." ucap Desta di balik helm nya.
"HA? APA KA? AKU GA DENGER." ucap Davina teriak. ya Davina memang tidak dengar karna suara Desta kecil.
"pegangan!" ucap Desta sedikit tegas.
Davina yang mendengar nya pun segera memegang pundak nya Desta."ngapain lo megang gue di pundak?! kira lo gue ojek apa?!" ucap Desta yang langsung meraih tangan Davina, yang tadinya tangan Davina berada di pundak Desta sekarang berganti, tangan Davina sudah melingkar di pinggang Desta.
Seketika Davina menegang. Sempat Desta merasakan kalau Davina sempat tegang tapi Desta hanya diam dan tersenyum tipis.
"habis ini kemana?" tanya Desta.
"belok kanan kak," ucap Davina sedikit teriak. Desta hanya mengangguk.
"stoooop kak!" ucap Davina sambil memukul pundak Desta. Desta yang mendengar itu langsung mengerem mendadak membuat jidat Davina membentur punggung Desta.
"aaww!" ringis Davina sambil mengelus jidatnya. Benturan tadi lumayan keras, membuat Davina kesakitan.
"kenapa?" tanya Desta. Di balik helm full face nya Desta mengernyit.
"jidat aku sakit gara-" ucap Davina terpotong oleh ucapan Desta. Yang membuat Davina malu setengah mati.
"bukan itu maksud gue." ucap Desta.
"te-terus maksud kakak apa?" tanya Davina yang tidak mengerti apa yang di maksud dengan kakak kelas nya ini.
"maksud gue, kenapa lo minta di turunin disini." Sebenernya Desta males sekali menjelaskan apa yang dia maksud, tapi entah kenapa bersama Davina, Desta malah senang banyak mengobrol? seolah olah dia masih ingin berlama lama dengan gadis itu. Padahal dia paling tidak suka banyak bicara ataupun banyak tanya. Desta pun bingung kenapa dia begini.
"Itu kak rumah aku udah deket kok, jadi sampe disini aja ya kak." Ucap Davina sambil turun dari motor Desta. Davina sedikit kesusahan turun dari motornya Desta sampai akhirnya dia benar benar turun dari motor kakak kelas nya itu.
"oh, yaudah." ucap Desta sambil ingin pergi meninggalkan Davina tapi sebelum pergi Davina segera memegang pergelangan tangan Desta yang membuat Desta mengurungkan pergi nya.
setelah 3 menit Davina tidak mengeluarkan ucapannya, akhirnya Desta mengalah dia harus menanyakan apa maksud Davina mencegahnya dia pergi.
"kenapa?" ucap Desta sambil menatap Davina yang sedang menunduk.
"eumm itu ka- Tapi kaka jangan marah ya?" ucap Davina sambil menjulurkan jari kelingking nya kedepan dada Desta.
Desta yang melihat itu langsung menyatukan jari kelingkingnya ke jari Davina.
"iya." ucap Desta langsung melepaskan tautan jarinya.
"kenapa?" lanjut Desta yang tidak mengerti maksud Davina.
"kakak besok besok jangan pake motor gede itu lagi ya." ucap Davina menunjuk ke motor Desta.
Desta yang mendengar itu menaikan satu alis nya "kenapa emangnya?" tanya Desta.
"motor kakak terlalu kegedean aku jadi susah naik sama turunnya, kalo besok aku bareng kakak aku gamau ikut sama kakak loh. mau kakak aku gabareng sama kaka?" Ucap Davina dengan polos. Astaga! kenapa Davina bisa sepolos itu!
Desta terkekeh mendengar itu. Sungguh baru kali ini dia bertemu dengan seseorang yang polosnya sama seperti kertas HVS yang masih bersih.
"emang gue mau ngajak lo lagi buat balik bareng sama gue? huh?" tanya Desta yang membuat Davina malu setengah mati.
"eh? anu itu, ah iya aku pulang dulu ya kak, soalnya udah ditungguin papah sama mamah dirumah! babay kak!" Ucap Davina sambil melambaikan tangannya di depan wajah Desta. Setelah itu Davina tidak terlihat lagi saat di belokan gang rumahnya.
"astaga lucunya!" ucap Desta sambil menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah laku adek kelasnya.
Eh tapi tunggu! sejak kapan seorang Desta memuji orang? apalagi orang itu adalah perempuan!
Daripada Desta pusing dengan pikirannya, sebaiknya dia cepat cepat pulang. Dia tidak ingin membuat Bunda nya khawatir.
****
heeyooo✨
gimana cerita Heart's choice?
jangan lupa tinggalin jejak kalian ya!🐾
maaf kalo banyak typo nya.
salam dari author unch:v
babay guys see you next chapter🙌💫
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's choice
Teen FictionBukan tidak mencintaimu aku hanya butuh waktu untuk memastikan rasa ini -rafasya davina