Mommy sedih

2.3K 269 9
                                    

"Selamat malam"

Sapa dua orang berseragam pada Louis yang membukakan pintu dengan mata mengantuknya, jelas saja ini sudah pukul dua dini hari dan dua orang ini sudah mengintrupsi tidur lelapnya.

"Ada apa ya?" Tanya nya heran, yang dia tau keluarganya tidak pernah berbuat kejahatan lalu kenapa dua orang polisi mendatangi rumah mereka.

"Apa benar ini kediaman tuan Limario Manoban?"

"Benar" Jawab Louis singkat.

"Kalau boleh tau apa hubungan anda dengan yang bersangkutan?" Tanya polisi satunya lagi.

"Saya anaknya, ada yang bisa di bantu?"

"Kami dari pihak kepolisian ingin memberitahukan bahwa tuan Limario baru saja mengalami kecelakan hebat, keadaannya sangat kritis dan sudah dilarikan kerumah sakit"

PRAAANG!

Jennie yang mendengar ucapan polisi tadi menjatuhkan gelas yang dia pegang.

"Mom!" Louis mendekati Jennie yang hampir terjatuh pingsan.

"Bapak gak salah orang kan?" Tanya Louis pada polisi yang masih berdiri di depan pintu, kedua tangannya masih sibuk menopang Jennie yang pikiranya sekarang ntah kemana, pandangannya kosong.

"Tidak, kami sudah mengkonfirmasi semua identitas yang ada di dompet korban"

"Baiklah, terimakasih pak. Kami akan segera ke rumah sakit"

Kedua polisi itu mengangguk dan pamit permisi dari sana.

"Mom, tenang ya. Kita susul daddy kerumah sakit. Mommy tunggu di sini Louis ambilin jaket dulu sekalian bangunin Leo sama Liam, yah? mommy jangan mikir aneh aneh ya"

Tanpa menunggu jawaban Jennie, Louis berlari ke lantai dua menuju kamar orang tuanya mengambil jaket tebal dan kunci mobil lalu ke kamar Leo dan Liam yang masih tidur.

"Bang!bang! bangun bang" Louis mengguncang tubuh Leo kuat.

"Ngghhh, kenapa sih?"

"Bang, daddy-"

"Kenapa daddy?" Tanya Liam yang juga ikut terbangun gara gara Louis berisik.

"Daddy kecelakaan, buruan bangun kita susul ke rumah sakit. Mommy udah nungguin di bawah"

"HAH?" reaksi kaget mereka berbarengan.





Leo mengemudikan mobil nya kencang, dia tidak ingin sesuatu yang lebih buruk terjadi pada daddy nya. Lihat saja sekarang wanita yang berada di sebelahnya hanya bisa menangis tanpa henti sambil menyebut nyebut nama daddy nya. Tangan wanita itu dari tadi tidak pernah berhenti mengusap wajahnya gusar.

"Mom, udah ya. Jangan nangis gini" Liam menenangkan Jennie.

Jennie tidak menjawab dan hanya melanjutkan tangisnya. Triple L dibuat bingung harus bagaimana, di samping itu mereka juga khawatir dengan keadaan Limario yang sama sekali belum mereka ketahui.





"Sus, mau tanya pasien atas nama Limario Manoban korban kecelakaan ada di ruangan mana ya?" Loius bertanya pada perawat jaga di ruang informasi.

"Dokter Limario?"

Dia ngangguk. Suster itu mengecek komputer di depannya.

"Dokter Limario masih berada di ruang operasi 2, dari sini lurus aja nanti mentok belok kanan. Ruangannya di sebelah kiri" Jelas nya.

"Oke makasih"


Mereka sudah berada tepat di depan ruangan operasi, lampu merah yang ada di depan pintu itu masih menyala yang menandakan tindakan operasi masih di langsungkan.

"Lim" lirih Jennie.

Leo tidak tega melihat mommy nya yang dari tadi terus terisak isak, dia merangkul Jennie dan mengusap rambutnya agar dia bisa sedikit tenang.

"Mom, daddy pasti baik baik aja kok" Ujarnya.

Leo sudah bisa merasakan lehernya kini basah oleh air mata Jennie. Sunguh, dia belum pernah melihat Jennie nangis seperti ini sebelumnya.





Tidak lama setelahnya pintu operasi terbuka dan dokter bersama perawat dengan baju hijau yang mereka gunakan keluar dari sana.

"Dok, bagaimana keadaan suami saya?" Tanya Jennie.

Dokter itu menghela nafasnya, matanya menatap satu persatu Jennie beserta Triple L yang menatapnya menunggu jawaban. Kabar baik pastinya.

"Cidera yang dialami oleh dokter Limario sangat hebat, dia mengalami pendarahan di bagian kepala. Untung saja dia tepat waktu di tangani, jika tidak beliau tidak akan bisa di selamatkan. Paru-paru nya mengalami gangguan karena benturan kuat stir mobil pada dadanya, saat ini dia masih ketergantungan oksigen untuk bernafas. Dia juga mengalami patah tulang di tangan kiri. Dengan keadaannya sekarang, kita semua belum tau kapan dia akan sadar. Untuk saat ini, dia masih dinyatakan koma" Jelasnya panjang lebar.

Jennie melemah, sebagian raganya seakan hilang sehingga kekuatannya untuk berdiri tak ada lagi. Kepala nya seketika pusing mendengar penjelasan dokter yang menurut nya tak masuk akal. Dia tidak bisa terima dengan keadaan Limario sekarang, dia hanya ingin Limario-nya bersama mereka, tertawa dan bercanda seperti biasa.

"Tapi, daddy pasti sembuhkan dok?" Louis bersuara.

"Saya akan berusaha untuk itu. Setelah ini dokter Limario akan dibawa ke ruang rawatan. Saya mohon jangan terlalu banyak dulu yang menjenguk, karena beliau masih butuh banyak istirahat"

Triple L mengangguk dan membawa Jennie kembali duduk di kursi tunggu, nafas mommy mereka sekarang menjadi satu satu, sulit bernafas oleh tangisnya.

"Mom, jangan sedih ya. Ada aku, Loius sama Liam disini. Kita harus kuat supaya daddy cepat sembuh" bujuk nya.

"Mommy takut" lirih Jennie.

Mereka bertiga pun langsung memeluk Jennie, biasanya hal ini ampuh untuk meredakan ketakutan dan kekhawatirannya.

********
tiit tiiiit tiiiit tiiiit

Begitu lah bunyi suara yang di keluarkan oleh alat detektor aktifitas jantung atau nama lainnya EKG yang ada di ruang rawatan Limario.

Lelaki itu bertelanjang dada dengan banyak tempelan di sana, di dada sebelah kirinya terdapat memar yang sangat jelas. Mungkin itu bekas benturan yang di katakan dokter tadi. Tangannya pakaikan gips untuk patah tulang yang ia alami, begitu juga dengan kepala nya di penuhi oleh perban putih, tak lupa juga dengan alat yang ada di hidungnya untuk membantu dia untuk bernafas. Di tangan kanannya di tancapkan selang infus yang mengantung di sebelahnya.

Bagaimana keadaannya? cukup mengkhawatirkan.

Jennie duduk disana, menatap lurus pada lelaki yang terbaring lemah di depannya. Lelaki yang ia cintai, yang ia harapkan kepulangannya di malam itu tapi sekarang malah membawanya untuk hadir di rumah sakit.

Ini bukanlah kado ulang tahun yang dia inginkan. Dan tidak akan pernah dia ingin kan sepanjang hidupnya.

Jennie mengusap pipi Limario yang banyak sekali terdapat goresan luka di sana, air matanya kini terjatuh lagi. Jika dia bisa, biarlah dia saja yang mengantikan posisi suaminya daripada harus melihat Lim terluka seperti ini.

"Sayang, jangan tinggalkan aku hmm? jangan seperti ini, ini tidak lucu. Kau tau?" monolog nya.

"Aku merindukan mu, Lim. Cepatlah bangun, jangan siksa aku seperti ini. Aku tidak sanggup"

Mau bagaimana pun Jennie bicara, nama nya orang koma tidak akan merespon kata katanya. Lagi lagi hanya suara EKG itu yang menjawab perkataan Jennie.
.
.
.
TBC

BABY? (SESSION 2) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang