chapter 22

3.6K 329 60
                                    

¤¤¤¤¤
©amonthbefore
.
.
.

Peselingkuhan bukan istilah pas yg harusnya di ungkapkan.
Perselingkuhan itu berdasar pada asas mau sama mau.
Ingin sama ingin.
Cinta sama cinta.

Eunha menilai bahwa apa yang terjadi antara dirinya dan Jungkook masih belum benar benar clear.
Ia pergi setiap hari menjenguk lelaki itu berharap akan mendapat sedikit penjelasan.
Tapi tidak sedikitpun ada yg tersirat~

Jangan beranggapan bahwa eunha telah mengetahuinya kalau wanita yg dimaksud jungkook adalah yeri.

Eunha hanya depresi, ketika itu ia akan menyebutkan secara acak atau bahkan menerka nerka siapa saja yg terlihat disekitarnya yg mungkin terlibat dalam skandal perselingkuhan dengan calon suaminya.

Suatu hari ia melihat yeri disana, sejam setelah nayeon menelpon bahwa peralatan medis tidak jadi dicabut oleh pihak RS.
Hatinya menjadi tentram setelah mengamuk beberapa hari yg lalu berfikir bahwa jungkook mati tanpa mendapat maaf darinya.

Seberapa keras eunha mencoba namun ia tetap kalah.
Hatinya benar benar lembut, ia tak tega melihat jungkook menderita seperti ini.

Tentu saja, karna eunha tidak pernah melihat secara langsung jungkook yg ia sebut penghianat benar benar menghianatinya.
Tidak ada bukti sedikitpun.
Mereka tidak punya jejak cinta.
Bahkan tidak ada kontak wanita asing di telpon genggam Jungkook.

'Dia pasti berbohong padaku' eunha selalu mengisi sebuah monolog positif untuk dirinya sendiri.

"ehm kau.. Yeri ya? " eunha berucap sedikit lupa dengan nama yeri.
Padahal tidak.

Yeri terkejut, awalnya dia duduk sendiri disana lalu terkesiap melihat eunha mendekat dan terdengar ramah.

Berbeda dengan kemarin.
Saat hari itu.

Yeri bergumam pelan intuisinya berfikir apakah eunha benar benar sedang terganggu jiwanya.

"a anyeonghaseo kak eunha" jawab Yeri membungkuk pelan.

Yeri menggeser duduknya, sementara eunha mengambil posisi itu. Wanita itu terlihat sangat khawatir, ia membawa sebucket bunga kecil menggantikan bunga lain yang bahkan masih segar diatas nakas.

"aku minta maaf soal yang kemarin.. aku tidak berfikir bahwa itu kau, aku benar benar depresi.. jungkook.. dia..."

"Bisa saja mati..." eunha berucap pelan, manik matanya menatap yeri dengan tatapan sendu.

Yeri diam disana, dia tidak paham apa yang terjadi. Dia tidak bertanya pada Nayeon, sementara Eunha disana memegangi punggung tangan Jungkook mengucapkan beberapa kalimat mantra berharap untuk kesembuhan.

"n..ne tidak apa apa kak" yeri memutuskan membalas kalimat itu, seribu pertanyaan muncul namun hatinya menjadi kasihan. Eunha adalah orang pertama yang ia lihat pagi ini, dia begitu lelah.. wajah dan matanya tidak karuan.

"ehm jadi apa nayeon yang menyuruhmu menjaga jungkook? Aku dengar tadi pagi eomma kambuh"

Yeri mendudukkan diri namun telinga terasa kelu, benar-benar tidak paham. Sekarang bahkan eunha bertanya perihal yang ia tidak tahu harus menjawab apa.

Eunha menatap yeri lama karna tidak mendapat jawaban.

Sedetik kemudian ia tersenyum.

"aku fikir nyonya jeon membutuhkan perawat disana"

"terimakasih kau boleh pergi sekarang yeri"

Yeri terdiam. Bahkan disaat seperti ini ia harusnya tau diri, eunha tetap menjadi yang pertama yang paling perduli pada Jungkook.

A MONTH BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang