"Suka sama orang itu tidak bisa di cegah kan?"
–Xaquila Tavisha–
.
.
.
.
.
.
."BANGSAT ih! Gue mau tidur juga!" Clara meringis saat Arana menatapnya dengan mata sayu namun tajam.
"Kamu dicari Pak Angga di depan." Arana berdecak kesal, "bilangin kalo gue masih ngantuk!"
Tok tok
Clara meringis lalu menatap Arana. Arana menggeram rendah lalu bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah pintu dengan kaki di hentak hentakkan. Dia membuka pintu lalu menatap sosok didepannya dengan mata melotot, "BANGSAT IH! GUE MASIH NGANTUK INI MONYET!"
Angga spontan menutup matanya saat Arana berteriak di depan mukanya dengan sangat keras hingga telinganya berdengung.
"Ikut gue ben--"
"Ntar kan bisa! Sekarang masih jam dua pagi!" Angga meringis sementar Arana melotot. "Ini masalah urgent Ara, gue nggak bohong."
Arana berdecak lalu menutup pintu dengan keras. Clara meringis lalu menatap Arana yang tengah mengambil mantel coklatnya lalu mencepol rambutnya asal--dengan pandangan kaku.
"Ara a---"
Arana menatap tajam Clara, "Diem!" Clara langsung membungkam mulutnya.
Arana kembali membuka pintu lalu menatap Angga tajam, "gak penting gue bunuh lo!"
Angga tersenyum lalu menepuk kepala Arana pelan--yang sayangnya langsung ditepis kasar Arana. "Astaga, jangan ngambek kayak gitu dong. Gue makin sayang entar." Angga merengkuh Arana erat lalu menggoyangkannya pelan.
"Mampus aja lo setan! Gue nggak bi-bisa napas!" Angga terkekeh lalu menatap Arana yang kini menatapnya kesal. "Udah lah, jangan ngambek. Masih pagi ini tuh." Angga merangkul Arana lalu mengajak gadis itu berjalan beriringan.
"Itu lo tau kalo ini masih pagi! Lo pikir gue makhluk nokturnal apa?!"
"Ya maap. Tapi lo jangan berisik dong, kasihan yang lain masih pada tidur."
"Bodo amat. Gue bangun ya mereka juga harus bangun."
"Astaga. Keegoisan lo makin menjadi aja Ara."
"Bodo."
🔥I'm not agent 🔥
"Lo dapat undangan resmi."
Arana mengerutkan dahi bingung. Dia menatap undangan tebal dengan warna emas elegan lalu menatap Angga dengan pandangan bertanya.
"Siapa? Ada yang mau nikah?" Angga mengangguk kaku membuat Arana cepat-cepat menarik undangan yang sedari tadi Angga julurkan kepadanya.
Firasatnya sudah jelek.
Sesaat setelah membuka kertas undangan tersebut, Arana mendengus keras lalu memukulkan undangan itu pada pahanya hingga terbelah menjadi dua kemudian melemparnya asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Agent
Teen FictionHidup Arana sebenarnya normal. Normal sekali. Bangun tidur, sekolah, pulang, tawuran, main ponsel, dan tidur. Siklus hidupnya ya hanya seperti itu. Arana bukan gadis penurut memang, bukan juga gadis yang sangat baik. Arana itu gadis pembangkang. Sus...