10

211 61 1
                                    


"kalau mati ya balik ke Yang Maha Kuasa. Kalau putus mau balik ke siapa? Mantan?"
-Arana Daniswara















.
.
.
.
.



















"PAPA tidak mau tahu. Kamu harus jemput Sherin hari ini."

"Pa!"

"Jemput Sherin atau semua fasilitas kamu papa sita, termasuk basecamp kamu selama tiga tahun!"

Tutt tutt

Arka memukul stir keras. Papa nya selalu saja seperti itu. Selalu saja berhasil mengalahkan Arka dengan kata-kata yang sama.

Titt

Arka kembali memukul stir mobil dengan lebih keras. Satu berita yang buruk kembali menghampirinya.

Arana hilang dari radar GPS.

"Anjing!"


🔥I'm not agent 🔥


Tok tok

Arana melirik Fani yang duduk di sebelah kanannya lalu beralih pada Fino yang duduk di sebelah kirinya. "Bang, buka pintu gih."

Fani dan Fino menghela napas bersamaan. Mereka sudah terbiasa oleh Arana yang setiap kali mampir ke rumah mereka, pasti seperti ini. Berlaku seenaknya. Untung saudara, begitu pikir Fani dan Fino.

"Gue datang jadi tamu bang."

Saat Fani dan Fino berdiri bersamaan, Arana ikut berdiri. "Nggak usah deh, biar gue aja yang buka, kali aja itu Reina."

Arana berdiri dan melangkah ringan. Saat membuka pintu dia menemukan sosok yang membuatnya langsung tersenyum. Dugaannya ternyata tidak salah. Tapi, senyum Arana hilang saat menemukan sosok lain yang asing di matanya.

"Siapa?"

"Reno pacar Reina." Cowok di belakang Reina menyahut dengan cepat. Arana melihat Reno dengan pandangan menelisik.

"Udah pacaran aja lo, kampret. Masih bocah juga." Reina berdecak, "berhenti anggep gue bocah! Gue lebih tua 6 bulan dari lo kali."

"Tradisi tetap tradisi sih. Ruang latihannya masih bisa dipakek kan?" Reina menghela napas. Sementara Arana menyunggingkan senyum miring.

"Nggak ya, Arana. Reno bisa bonyok semua!"

"Gue tunggu di tempat 5 menit dari sekarang. Cuma 10 menit aja. Pacar lo nggak akan mati di tangan gue." Arana melenggang pergi begitu saja sementara Reina menghela napas.

"Nama nya Arana Daniswara. Bisa kan lo lawan dia?"

"Dia, dia bukannya dia ketua geng tawuran SMA sebelah?" Reina maenaikkan sebelah alisnya. "Kok lo bisa tau?"

"SMA kita pernah tawuran sama anggota geng dia, Panda. Dua temen kita meninggal karena dia. Dia saudara kamu?"

"Saudara gue bukan pembunuh. Intinya lo berani lawan dia nggak?"

Reno terdiam sesaat lalu meneguk ludahnya susah payah, "oke, tapi aku nggak yakin menang. Karena perempuan itu harusnya di jaga, bukan diajak adu pukul."

"Gue cuma berharap lo masih hidup sih, tapi paru-paru lo?"

"Kalo lo pacar Reina, lawan gue. Kalau lo nggak berani maju, gue bakal minta Om Nugroho larang lo jadi pacarnya Reina. Reina harus punya cowok yang bisa ngelindungi dia." Arana muncul dari balik pintu dengan tank top hitam dan celana pendek.

I'm not AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang