Seorang laki-laki berjalan gontai ke arah gundukan tanah yang belum mengering. Sorot matanya menatap sendu ke batu nisan yang tertancap dengan sempurna diatasnya.
Dia mensejajarkan tubuhnya dengan batu nisan itu. Meletakkan bucket bunga Lily diatasnya. Tanpa disadari dan diinginkan, dia menangis.
Air matanya bagaikan roket yang terus diluncurkan. Tidak ada habisnya sampai dia lelah.
"Kalau Raka ikut ke sana, boleh?" tanyanya pada diri sendiri. Bodoh! Tentu saja batu nisan itu tidak akan menjawabnya. Ya, nama laki-laki itu adalah Raka Farhanditya.
Tak terasa, sudah setengah jam Raka menangis diatas tanah lapang tak berpenghuni itu.
Langit tanpa batas itu sudah menunjukkan gurat mega miliknya. Jika saja keadaannya tidak seperti sekarang, itu adalah hal yang menarik untuk dinikmati keindahannya.
Namun, gurat senja itu pergi, berubah ditutupi kelamnya kelabu awan. Seolah mewakili rasa sendu Raka.
"Bahkan semesta pun tahu, ada yang perlu sembunyi disini." ucapnya sambil tertawa, bukan, tertawanya bukan sebuah candaan yang lucu. Tersirat luka, hampa, kesepian dan sedih dalam nadanya.
Rintik hujan sudah mulai turun, meredam tangis Raka. Menghapus jejak air matanya yang mengalir tanpa aba.
Saat ingin beranjak dari duduknya, seseorang menepuk bahunya pelan. Raka mengalihkan pandangannya yang sedikit mengabur akibat tangisnya tadi.
Ditangkapnya, sosok yang akhir-akhir ini dirindukannya. "Sebegitu pengaruhnya kehadiran kamu dihidup saya, ya?" Raka menyangkal apa yang dilihatnya barusan.
"Pergi, jangan khawatirkan saya. Saya nggak mau dibayang-bayangi oleh tokoh ilusi yang saya hasilkan sendiri. Miris!"
Sosok itu menangkup keseuruhan pipi Raka, kemudian menghapus jejak air matanya. Seperti ombak yang menghapus jejak yang tercipta diatas pasirnya.
"Sssttt..! Jangan sedih, aku disini. Ini sungguh bukan ilusi." sosok itu berucap pelan, bahkan Raka dapat merasakan embusan napas lembutnya yang menerpa wajahnya.
"Kamu? Ah, enggak mungkin! Masa iya saya gila? Jelas-je_" belum selesai Raka berujar, sosok itu sudah meletakkan telunjuknya di bibir Raka. Menyuruhnya diam.
"Karena dalam hidup itu ada pertemuan dan juga perpisahan." jelas sosok itu.
"Saya nggak ngerti." entahlah, mungkin pikiran Raka sedang kacau.
"Kamu sungguhan_" Raka tidak melanjutkan ucapannya. Menampar jauh persepsi sebelumnya. Mensugestikan dirinya, kalau ini benar kenyataan.
Sepersekian detik kemudian, Raka memeluk sosok itu dengan erat. Tidak ingin jauh darinya. Tidak ingin kehilangan dia lagi untuk kedua kalinya.
Semesta terkadang memang curang, mengambil dan mengembalikan sesuatu tanpa meminta izin.
Tbc,
Gimana PROLOG nya guys?! Penasaran nggak? Nggak yah?
Ayo, asumsikan semua pendapat kalian. Kami suka, dukung kami ya, satu vote sangat berharga.
Love,
Neda- 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo-Lea(Ving)
Teen FictionKarena hidup sudah ditakdirkan untuk mencintai dan ditinggalkan. - Raline dan Relina yang sama-sama berharga. - Tentang perjalanan hidup yang tak tahu arah yang kita inginkan. Semesta tak seharusnya menyiksa kita lebih dari yang disanggupi. Ketika s...