2 MINGGU KEMUDIAN
Dari yang selalu kulihat, hubungan Kak Ian dan Ana semakin dekat. Seperti janjiku aku tidak pernah menyapa Kak Ian atau pun membicarakan tentang dia. Saat Ana selalu bertanya apa kesukaan Kak Ian, aku selalu menjawab.
"Aku kan gak terlalu deket sama dia, mana aku tau."
Aku juga meminta pada teman-temanku untuk tidak memberi tahu orang lain kalau kami bersaudara.
AUTHOR POV
Saat ini 4 orang siswi sedang duduk dikantin dengan menyantap makanannya masing-masing. Sembari bersanda gurau untuk mengisi pembicaraan.
Dari kejauhan ada segerombolan siswa putra yang sedang memperhatikan keempat siswa itu, lebih tepatnya seorang siswa tak henti-hentinya memandang seorang siswi berparas cantik.
"Woy! Jangan diliatin mulu. Samperin trus ajak ngobrol." Ucap salah satu siswa disitu.
"Bacot!" jawab lelaki yang sedari tadi memandang seorang gadis.
"Sante lo bos, diambil orang baru tau rasa. Denger-denger dia baru deket sama anak S4. Kalah cepet kau bro"
"Anak S4? Siapa?" tanyanya.
"Riando Gilan. Masak kau gak tau dia?"
"Rian? Apa bagusnya Rian, anak berandalan trus katanya dia juga pernah kena kasuskan. Cewek baik-baik kayak Ana gak cocok sama cowok gak bener kayak Rian." guman cowok itu."Sans loh bro, kalo emang kau gak mau si Ana deket sama Rian makanya cepetan jadiin pacar. Kau mah cupu Ros."
Eros Kenzie Aditama. Pemuda yang bisa dibilang cukup tampan, kulitnya yang sawo matang, dan wajahnya manis. Ia secara tiba-tiba beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri sekumpulan siswi yang tengah menyantap makanannya masing-masing. Saat ia sudah dekat dengan mereka...
"Anasthasia!" teriak Eros. Seketika seluruh mata dikantin menuju ke sumber suara.
"Aku suka sama kamu, aku mau kamu jadi pacarku!" seketika seisi kantin langsung bersorak. Ana terlihat gelisah dan bingung. Beberapa saat dia hanya bisa terdiam, ditatapnya Ana meja paling ujung yang terlihat Rian yang juga sedang menatap kejadian yang tengah terjadi dikantin. Eros masih menunggu jawaban Ana sembari menatap Ana dalam dan penuh harap. Ana pun berdiri.
"Maaf, Ros. Aku belum mau pacaran dulu." Ucap Ana dengan tersenyum manis pada Eros. Tersirat guratan kecewa diwajah Eros.
"Oh, oke." Eros langsung melangkah kakinya pergi dari kantin. Setelah Eros benar-benar pergi Ana kembali melanjutkan makannya.
"Jahat banget sih alasanmu. Langsung bilang aja gak suka sama dia kok susah." ucap Lian.
"Udahlah biarin aja." Ucap Ana.
"Dasar kamu, Na. Btw Eros keren lo, berani langsung nembak ditempat umum lagi." Jelas Elin.
"Iya juga, ya. Lagian kenapa cowok kayak Eros kamu tolak, dia ganteng kok, manis pula. Dia juga baik orangnya gak aneh-aneh. Kenapa kamu tolak?" tanya Rora.
"Apaan sih! Kalo kamu mau, jadian aja sana sama Eros. Lagian kaliankan tau aku lagi deket sama Rian juga." Ucap Ana marah. Seketika mereka semua tertawa.
"Iya iya, gak usah marah kali Na. Bercanda juga" jawab Rora.
Semenjak hari itu kelakuan Eros agak berubah. Dia bisa dibilang semakin nakal. Ia jadi sering bolos, tidur dikelas, bahkan ia sekarang sering nongkrong dengan geng anak nakal. Fyi-bukan gengnya Ian. Hubungan Ana dan Ian juga semakin dekat. Beberapa hari yang lalu mereka jalan bersama.
Hari ini kelas XS 1 mendapat mata pelajaran Bahasa Inggris, Ms. Elis meminta kami membuat kelompok untuk mengerjakan tugas.
Rora satu kelompok dengan Eros dan 2 temannya yang lain. Selama mereka mengerjakan tugas Eros sama sekali tidak membantu, dia hanya terus berkutat dengan ponselnya. Rora mulai geram dengan kelakuan Eros langsung saja merebut ponsel Eros dan memasukannya ke saku dadanya.
"Apaan sih, main rebut aja. Sini balikin!" ucap Eros.
"Tulis dulu nih, baru aku kembaliin!" Rora langsung saja menyodorkan buku cetak dan kertas tugas mereka.
"Ngapain juga harus nulis, nanti juga cuman dibacakan bawa aja buku cetaknya gitu aja ribet! Mana sini ponselku!"
"Ms. Elis minta kita nyalin dulu, ikutin aja kenapa sih! Cepet tulis!"
"MALES!" ucap Eros dengan wajah mengejek.
"Mana sini ponselku! Atau kamu mau aku ambil sediri? Gak papa sini aku mau kok ambil sendiri." Lanjut Eros dengan tangan hampir terulur.
PLAK
Langsung saja Rora pukul tangan Eros dan menatapnya tajam. Godaan Eros tidak mampu membuat Rora mengalah.
"Kurang ajar! Jangan mesum! Tulis atau namamu aku tipex dari kertas tugas trus aku lempar ponselmu keluar jendela." Ancam Rora.
Kedua teman sekelompok mereka hanya bisa terdiam. Eros pun berdecak dan langsung mengambil kertas tugas kami dan bolpoin.
"Udah mana sini! Cepet!" Ucap Eros dengan nada pasrah.
Setelah Eros selesai dengan tugasnya, Rora langsung mengembalikan ponsel Eros.
"Nih!" ucap Rora dengan mengulurkan ponsel hitam milik Eros. Entah kenapa Eros mulai meraba-raba ponselnya itu.
"Anget jir.... Bekas su-"
PLAK!
Belum sempat Eros menyelesaikan kalimatnya, sebuat tanggan sudah mendarat mulus dikepalanya.
"Dasar mesum." Desis Rora.
Eros hanya tersenyum sambil mengusap-usap kepalanya. Rora berusaha untuk menutupi rasa malunya. Sebenarnya dia malu setengah mati, tapi Rora berusaha tetap cuek pada godaan-godaan Eros.
Sejak Rora dan Eros satu kelompok saat itu, Rora merasa mereka semakin sering mendapat kelompok yang sama. Karena itu juga Eros terus-terusan menggoda Rora.
1 SEMESTER BERLALU
Seperti biasa Rora berangkat sekolah dengan Marco. Hari ini mereka berangkat sekolah cukup pagi dan Rora sampai disekolah jm 6.25. keadaan sekolah masih sepi, Rora hanya termenung duduk dibangkunya kadang dia melihat ponsel pintarnya satu persatu siswa kelas XS 1 mulai berdatangan. Beberapa siswi putri juga menyapa Rora. Rora belum terlalu dekat dengan beberapa siswa dikelasnya. Dan....
BRAK!
Terdengar suara tas dilempar kemeja, mata penghuni kelas langsung melihat kearah suara. Rora pun terkejut saat sebuah tas dibanting tepat diatas mejanya. Sontak mata Rora melihat siapa pelakunya.
Cie digantung 😂 maaf ya sekali lagi kalao alurnya cepet banget. Seperti yang aku jelasin di part 1. Aku mau inti cerita dan konflik-konflik dimasa kelas 12. Tolong dipahami dan dimengerti. See u next 😉🖐
.
.
.
.
.
.
noonall
KAMU SEDANG MEMBACA
[ #HSS ] EXIRIL
Teen Fiction-Aurora- Didunia ini tidak ada yang abadi. Semua kejadian didunia ini adalah karya Tuhan. Terimakasih sudah datang padaku dan menariku dari kegelapan yang selama ini membelenguku. Terimakasih sudah menyadarkanku. -Julion- Aku yang harus berterima...