Saat ini aku sudah sampai dirumah. Aku tinggal dengan nenek-kakek, karena rumah nenek-kakek lebih dekat dengan sekolahku. Sebenarnya bukan hanya itu alasanku tinggal dirumah nenek dan kakekku. Sebenarnya rumah ini bukan seperti rumah, namun seperti kos-kosan. Orang-orang dirumah ini tidak ada yang benar-benar menganggapku.
"Assalamualaikum"
"Waallaikumsalam, udah pulang mbak Rora" ucap Bi Inah. Bi Inah adalah ART dirumah nenek. Kurasa aku lebih dekat dengan Bi Inah dari pada orang di rumah ini.
"Iya Bi."
"Udah makan siang belum? Mau saya bikinin apa?" tanya Bi Inah.
"Gak usah Bi. Aku langsung kekamar aja." Aku pun langsung naik tangga menuju kamarku. Kamarku ada dilantai 3, lantai paling atas dan paling kecil. Lantai 3 hanya ada 1 kamar dan dan gudang, tepat ini sangat jarang dijamah oleh orang-orang dirumah ini. Jam segini biasanya rumah sepi. Nenek biasanya tidur siang dan kakek pergi ke Perusahaannya, dirumah ini juga ada saudara ibuku.
"BI INAH!!!" terdengar suara teriakan seorang bocah laki-laki dari lantai bawah.
"Bi Inah!!! Kok lama sih! Nih tasku! Aku laper, bawain makanan kekamarku! Jangan pakek lama!" ucap bocah itu dengan sangat keras.
Dia cucu nenek dan kakek dari anak kedua mereka. Marco. Dia sekarang duduk di bangku sekolah dasar kelas 5 SD. Bisa dibilang sifatnya benar-benar buruk, suka membentak, sombong, kasar, dan setiap keinginannya harus dituruti. Kedua orang tuanya sangat memanjakannya.
Tante Diana dan Om Eldric. Marco memiliki seorang kakak yang lebih tua 3th dariku. Sifat kakak Markus tidak seburuk Marco, hanya dia orang yang terlalu dingin. Keluarga mereka tinggal dilantai 2. Mereka adalah keluarga yang paling jauh denganku. Bisa dibilang aku tak suka mereka dan merekapun tak suka padaku.
Sebenarnya hubungan ibuku dan kakak-kakaknya cukup dekat. Hanya saja mereka diliputi rasa sombong yang sangat besar. Mereka suka menyombongkan apa yang mereka satu sama lain. Hal itu yang palingku benci. Seburuk-buruknya sifat mereka, ibuku selalu tidak suka saat aku menunjukan rasa ketidak sukaanku pada mereka. Sejauh ini aku selalu menutupi rasa tidak sukaku pada mereka. Selalu memakai topeng dihadapan mereka.
MALAM
Kami biasa makan bersama pada malam hari. Semuanya berkumpul nenek-kakek, om Eldric-tante Diana, dan kakak pertama ibuku om Tian-tante Dona.
Aku duduk disamping kak Karin, anak dari om Tian dan tante Dona. Disisi yang lain aku bersebelahan dengan Marco. Suasana yang awalnya tenang tiba-tiba pecah saat sebuah suara terdengar.
"Ra, kamu satu sekolah sama Rian ya? Sekelas gak?" tanya tante Diana.
"Aku nggak sekelas sama Kak Ian." Jawabku singkat.
"Bagus deh, jangan deket-deket sama dia ya, Ra. Keluarganya suka buat masalah, pasti dia juga bisa bikin keluarga kita bermasalah juga. Tante denger-denger juga dia termasuk anak geng ya. Dasar buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Diakan gak pinter nilai UN SMP-nya kan jelek. Jauh kan dari nilaimu, Ra?" ucap tante Diana.
"Udah lah, makan jangan berisik." Ucap kakek tegas.
Suasana kembali hening. Inilah yang selama ini tak kusuka dari keluarga ini. Mereka menjelek-jelekan anggota keluarga mereka sendiri tanpa rasa bersalah. Mememang yang lain hanya diam, namun dalam hati mereka masing-masing pasti menyetujui ucapan tante Diana.
Jujur ucapannya cukup keterlaluan, bahkan tidak ada yang berani menyangah ucapan tante Diana. Mereka hanya bisa terdiam tak mau tau.
Segera kuselesaikan makan malam memuakan ini dan segera pamit kembali kekamar. Rutinitasku dirumah ini hanya tidur, berangkat sekolah, pulang, dikamar, makan malam dan dikamar lagi. Aku tidak suka berkumpul dengan mereka setelah makan malam, karena mereka suka membicarakan orang lain seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ #HSS ] EXIRIL
Dla nastolatków-Aurora- Didunia ini tidak ada yang abadi. Semua kejadian didunia ini adalah karya Tuhan. Terimakasih sudah datang padaku dan menariku dari kegelapan yang selama ini membelenguku. Terimakasih sudah menyadarkanku. -Julion- Aku yang harus berterima...