5. Friends

28 2 0
                                    

Aurora POV


Sudah hampir 4 jam aku terbaring diranjang Rumah sakit ini sejak sadar tadi. Saat ini sudah pukul 2 siang. Kakek sudah pergi terlebih dahulu karena harus kembali ke Perusahaan. Saat ini tinggal Nenek dan tante Diana yang menemaniku.

“Mom, bentar lagi Marco pulang sekolah. Aku harus pulang Mommy mau pulang apa disini?” tanya tante Diana.

“Mommy pulang aja, Na. Mommy capek pengen tidur siang. Kamu gak papakan ditinggal?”  tanya Nenek padaku.

“Nanti kesini lagi gak Nek?”

“Nanti malem biar Diana kalo enggak Dona yang nemenin kamu, Nenek udah tua gak kuat tidur di Rumah Sakit. Lagian jangan manja kayak anak kecil deh. Kamukan udah besar harusnya bisa mandiri. Ya udah Nenek tinggal dulu. Yok, Di!” Nenek dan tante Diana langsung saja meninggalkan ruang rawat inapku. Sepi.

Diruang rawat yang bisa dibilang sangat mewah ini aku sendirian. Kuhabiskan waktuku dengan menonton TV atau mengecek ponselku. Kadang aku penasaran dengan keadaan Sekolah. Tapi ingatanku langsung teringat dengan kejadian tadi pagi. “Ah sudahlah aku gak mau ingat-ingat lagi.” gumanku lirih.

Aku benar-benar bosan berada dikamar ini sendirian. Tidak ada kegiatan yang benar-benar mnghilangkan kejenuhanku. Sekarang sudah jam setengah 5. Tiba-tiba ada yang mengetuk pitu ruang rawatku.


TOK! TOK! TOK!




“RORAAAAAA!” langsung saja terdengar suara teriakan saat beberapa orang berseragam masuk ke ruang rawat inapku.

Aku terkejut sekaligus senang saat teman-teman sekelasku datang menengokku. Memang tidak semua, tapi kehadiran teman-teman terdekatku sudah membuatku senang. Langsung saja Elin dan Lian menghampiri ranjangku.

“Rora, gimana keadaanmu sekarang. Tau gak kelas rusuh banget gak ada kamu, gak ada yang marah-marah.” ucap Lian. Aku tersenyum mendengarnya.

“Dasar! Aku udah mendingan kok. Makasih ya kalian udah sempet dateng kesini. Padahal hari ini kan pulangnya sore banget.”

“Sante kali, Ra. Masak temen sakit kita gak nengokin sih.” Ucap Doni, ketua kelas XS1.

“Gimana keadaan kelas tadi?” tanyaku. Mereka saling pandang satu sama lain seperti bingung.

“Ra... tadi Ana sama sekali gak balik ke kelas. Tasnya juga masih disekolah, tadi kita titipin ke TU. Terus kita juga tanya anak S4 katanya Rian juga gak balik kekelas.” Ucap Elin.

Langsung saja Lian menyikut Elin dan berbisik “kok malah cerita sih.” Elin hanya menyengir tak berdosa.
Dalahm hatiku aku merasa bersalah dan sedih. Aku takut kehilangan temanku dan Ian tidak akan pernah mau mengenalku. Aku terus memikirkan Ana dan Ian, sampai aku tak sadar sedari tadi teman-teman mengajaku bicara.

“Rora, kamu dari tadi denger gak sih. Udah lah, Ana sama Rian gak usah dipikirin.” Ucap Lian sedikit jengkel.

“Iya, maaf tadi ngomong apa?”

“Ish~ Tadi dikelas Pak Bian.........” obrolan mereka terus mengalir.

Kadang kekonyolan Rudi dan Aldo membuat kami tertawa terbahak-bahak, ada juga Rosa dan Doni yang selalu berseteru. Mereka berdua selalu dijodoh-jodohkan karena selaku ketua dan wakli.

Suasana kamarku yang tadinya sepi menjadi sangat ramai, tapi hal itu membuatku sangat senang.

“Btw, Ra. Kenapa sendirian? Bunda sama Ayahmu kemana?” tanya Rosa.

“Aku dikota ini tinggal sama nenek-kakekku. Bunda sama Ayahku ada dikota lain.” Jelasku.

“Emang mereka gk kesini?” tanya Indi.

“Mereka lagi ada perjalanan bisnis kata Kakek jadi belum bisa kesini.”

“Terus yang jagain kamu siapa?” tanya Lian

“Kata nenek nanti habis maghrib tante Diana mau kesini.”

“Oh gitu, Eh temen-temen bentar lagi maghrib ini. Mau pulang apa nanti nunggu maghrib sekalian?”  tanya Rosa.

“Sekarang aja deh, nanti aku dimarahin ibuku lagi pulang habis maghrib.” Kata Putri dan diangguk i beberapa teman-teman yang lain. Padahal aku masih ingin mereka disini.

“Yaudah yuk. Ra, kita sama temen-temen pamit ya, semoga lekas sembuh dan cepet balik kesekolah bareng kita. Maaf gak bisa bawa apa-apa.” Ucap Doni.

“Aku yang makasih kalian mau kesini nengok aku. Hati-hati dijalan ya...”

“Ra, aku pamit ya. Besok pulang sekolah aku kesini lagi.” Kata Elin.

“Aku juga besok kesini lagi.” Tambah Lian.

“Iya iya udah sana, nanti kalian dicariin.” Jawabku.

“Eh tunggu! Aku kebelet, Ra numpang kamar mandi bentar.” Ucap Eros yang sedari tadi hanya duduk dipojok sofa sambil bermain game. Aku sampai tidak sadar akan kehadirannya.

Langsung saja Eros menaruh ponselnya disofa dan berlari kekamar mandi.

“Ih, dasar ya tu orang. Kenapa gak dari tadi coba, sibuk banget sama gamenya.” Gerutu Putri yang sudah hampir membuka pintu ruang rawatku. Tak lama kemudian Eros keluar dari kamar mandi.

“Udah yuk!” ucap Eros.

“Yaudah ya Ra, cepet sembuh.” Lanjut Eros menghampiri ranjangku sebentar.

“Iya makasih, kalian hati-hati dijalan ya.”

“Iya, bye Ra.”


Setelah semua teman-temanku pergi, rasanya ruang rawatku kembali sepi. Aku kembali ditemani dengan suara Televisi yang sedari tadi masih menyala. Lagi-lagi aku sendirian lagi.


Maaf ya part ini pendek. Makasih banget buat yang udh baca 😊
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
noonall

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ #HSS ] EXIRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang