4. Sakit

22 2 0
                                    


BRAK!

Terdengar suara tas dilempar kemeja, mata penghuni kelas langsung melihat kearah suara. Rora pun terkejut saat sebuah tas dibanting tepat diatas mejanya. Sontak mata Rora melihat siapa pelakunya.

“Ana? Ada apa?” ucap Rora sambil berdiri mendekati Ana. Keadaan Ana terlihat kacau, wajahnya menahan tanggis dengan mata sangat sembab, matanya merah dan menatap Rora tajam.

PLAK! Seketika tamparan keras mendarat dipipi kiri Rora. Seisi kelas terkejut dengan kelakuan Ana. Mereka yang biasanya terkenal akur sekarang terlihat sedang berseteru.

“Ana! Apa-apaan sih kamu! ” ucap Lian mendekati Rora yang membeku ditempatnya. Bahkan menatap Ana lagi pun tak mampu.

“DASAR MUNAFIK! KAMU BILANG IAN GAK PUNYA PACAR? IAN SUKA SAMA AKU? IAN COWO BAIK? Tapi mana? Bahkan sekarang dia tambah ngejauh dari aku! Dan kamu tau? Aku tanya dia kenapa dia ngejauh?DAN DIA BILANG GAK PERNAH SUKA SAMA AKU! AKU CUMA MAINAN BUAT DIA! AKU CUMA BAHAN TARUHAN!” air mata Ana pun luruh, semua penghuni kelas dibuat tercengan dengan penuturan Ana itu.

Tidak terkecuali Eros yang duduk tenang dengan wajah meremehkan. “sudahku duga.” Guman Eros. Rora juga sangat terkejut dengan  perkataan  Ana. Tidak disangka sepupunya itu melakukan itu pada temannya. Dengan sangat marah Ana menarik rambut Rora keras.

“Kamu pasti tau kalo Ian cuma mainin aku! Kamu pasti juga mau mainin aku! Kamu pasti cuma pura-pura temenan sama aku! DASAR MUNAFIK! JALANG! BITCH! ASDFGHJKL.....” Ana terus mengumpat pada Rora dan terus menuduh Rora sambil menjambak dan mencakar Rora.

Rora sebenarnya bisa saja melawan tapi dia tidak ingin menyakiti temannya. Elin dan Lian berusaha keras melerai mereka, namun kemarahan Ana benar-benar mengebu dan sulit untuk melerainya.

Ana terus saja mencoba menjambak dan mencakar seluruh tubuh Rora dengan kuku-kukunya yang panjang. Ana seakan tidak peduli bahwa dia dan Rora menjadi bahan tontonan seluruh kelas. Rora hanya bisa mencoba menarik tangan Ana dari tubuhnya. Sampai ia tidak sadar bahwa ada luka bekas cakaran panjang di tanggannya.

Dari kejauhan Eros melihat tangan Rora mengeluarkan darah, bahkan darahnya sampai menetes kelantai. Melihat itu Eros langsung berdiri ingin melerai, namun niatnya itu diurungkan saat seorang siswa laki-laki menarik tangan Ana keras sampai Ana tersentak melepaskan jambakan rambut Rora.

“Ngapain kamu buat keributan hah?!” ucap laki-laki itu.

“Aku tau pasti kalian sekongkolan kan! Kamu minta dia buat deket sama aku biar kamu gampang mainin aku! JAWAB IAN!” ya laki-laki itu adalah Ian. Dia menatap Ana jengah.

“Dia gak ada urusannya sama masalah kita. Aku bahkan gak kenal siapa dia. Selama ini kalian dibohongi sama cewek ini, aku gak pernah punya sodara kayak dia. Dia cuma ngaku-ngaku jadi sepupu aku. Dia gak ada sangkut pautnya sama masalah kita.” Rora dan semua penghuni ruangan tersebut pun sangat terkejut mendengarnya.

Perkataan Ian barusan benar-benar menyakiti perasaan Rora. Air mata Rora hampir jatuh mendengar penuturan Ian. Sepupunya yang paling dia sayangi sekarang tidak  pernah mau mengakui Rora. Sakit yang dia rasa dihatinya membuat dia lupa darah terus menetes dari tangannya.

Dengan cepat Ian menyeret Ana keluar kelas meninggalkan Rora yang masih terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Lian dan Elin terkejut melihat darah menetes dari lengan Rora. Mereka berdua langsung panik melihat Rora yang sangat pucat.

“Ra, ayo ke UKS. Tanganmu darahnya gak mau berhenti.” Saat Lian menarik tangan Rora.

BRUK

[ #HSS ] EXIRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang