twins'6

78 3 4
                                    

Mereka berdua telah sampai pada rumah mereka. Keadaan mereka yang semula tertawa menjadi diam tanpa sepatah kata. Pemandangan yang sangat tak ingin mereka lihat setelah kejadian 5 tahun yang lalu kini terjadi kembali dihadapan mereka.

Nicho,yang memegang status kepala keluarga didalam keluarga mereka tengah berkelahi dengan kaka pertama mereka,Rafi.
Nampaknya Rafi telah ditampar keras oleh Nicho dikarenakan Rafi yang memegang pipi kirinya yang tampak berdarah.

Nicho dan Rafi sadar akan kehadiran Nayya dan Nanda. Dengan cepat Rafi menutupi pipinya namun semuanya sudah terlambat.

"Hey sayang,baru pulang sekolah?gimana sekolahnya?"

Nicho langsung mendekat kearah Nanda dan Nayya,atau lebih tepatnya kearah Nayya. Nicho ingin menyentuh pipi Nayya namun dengan cepat ditangkis kasar oleh Nayya. Jujur,ini adalah yang ketiga kalinya ayah mereka berbuat kasar terhadap Rafi namun lembut terhadap mereka.

Karena Nayya,tak bisa melihat orang yang dia sayangi tersakiti apalagi menyakitinya dihadapan mata kepalanya sendiri.

"Jangan pernah lo sentuh gue!"

Suara Nayya yang nyaring begitu menggelegar dengan tatapan horornya yang tajam. Inilah yang disukai Rafi dari mereka berdua. Bisa menempatkan sisi kejamnya mereka pada tempatnya.

Jika kalian menduga Nayya tak bisa marah seperti Nanda itu salah besar. Karena jikalau keadaannya sudah seperti ini Nayya bisa lebih mengerikan daripada Nanda. Karena sifat Nayya lebih dewasa disaat seperti ini daripada Nanda.

Nayya langsung pergi kedalam kamarnya dan membanting pintu kamar dengan keras. Nanda menatap tajam ayahnya dan berlalu untuk menuju kamarnya juga.

"Nay! Ini gue Nanda"

Nanda terus mengatakan itu dengan mengetuk pintu sambil sesekali mengutak-ngatik ganggang pintu. Namun,hasilnya tetap saja sama,nihil.

Nanda beranjak beralih kekamar Rafi. Dia mendapati Rafi yang tengah rebahan diatas kasur dan memegangi pipi kirinya. Melihat kedatangan adiknya itu Rafi segera duduk dan menyandarkan badannya di dinding kasur.

Sebelum aku kekamar Rafi,aku terlebih dahulu pergi ke dapur untuk membuat kompres dari es untuk mengobati lukanya. Sesaat sampai,aku duduk di pinggiran kasur Rafi dan menaruh kompresannya di atas meja.

Dalam kondisi seperti ini dia masih bisa senyum? Kaka yang hebat!. Aku mengerti dari senyumannya,mustahil jika dia merasa tak kesakitan. Hanya saja dia meyakinkan padaku bahwa dia bisa melindungiku dari kejahatan apapun. Akan tetapi dalam sikon seperti ini bohong jika dia kuat.

"Huft,gausah sok kuat. Kalau mau nangis,nangis aja! Gue ngerti kok"

Nadanya lembut namun artinya mendalam. Dengan cepat Rafi memelukku dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku. Tenang tak ada suara dan hanya terdengar suara isak tangisan.

Rafi melepaskan pelukannya dengan mata yang sebam akibat menangis dan kembali menarik ujung bibirnya,senyum. Dengan sangat hati-hati aku mengobati luka memar dan sedikit darah di pipi kirinya. Yang diobati? Hanya bisa menahan sakit dengan cara memejamkan mata.

"Nayya mana?"

"Di kamar,lagi nenangin emosinya. Pada dasarnya sih gue cuman berhapap agar dia ngak mecahin barang-barang yang ada di kamar. Semoga aja setannya peka"

Perkataan Nanda mampu membuat Rafi tertawa akan tetapi di tahannya.

"Kalau mau ketawa,ketawa aja! Jangan di tahan"

Senja sebentar lagi datang namun Nayya belum keluar kamar. Hal itu membuat Nanda juga Rafi merasa khawatir. Bagaimana ngak khawatir? Karena Nayya akan melakukan apa saja agar dia bisa meluapkan emosinya termasuk menyakiti diri sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang