[3.5] Mark&Donghyuck; Pemeran Utama

2.1K 160 27
                                    

Mark merasa buruk. Hari ini dia benar-benar merasa buruk. Bagaimana usahanya untuk merebut perhatian sang kekasih berhadiah sebuah hantaman di wajahnya, bagaimana kawan-kawan karibnya tak ada satupun yang mencari dirinya bahkan mencoba menghubunginya seharian, meski ia tahu mereka pasti ada di dekat sang kekasih saat ini, bagaimana sang ayah yang baru pulang dari dinasnya tak mau tahu mengenai alasan nilai-nilainya yang hancur pada ulangan akhir kali ini dan langsung menghajarnya sebab akademiknya yang menurun, terlebih melihat lebam yang mampir di wajahnya membuat sang ayah mengira anaknya hanya bermain di sekolah.

Sehingga yang Mark Lee tahu mengenai hari ini adalah betapa tak adilnya dunia padanya saat ini.

Pria leo itu masih menunduk. Melipat kakinya dan mengikatnya rapi pada lutut dengan kedua tangannya yang terkait satu sama lain. Langit yang masih tampak mendung walau kelam sudah menghampiri menandakan bahwa sore tadi hujan baru saja bertandang. Pun menambahkan daftar kesialan pada diri Mark Lee yang kini masih memilik tetesan air di helai rambutnya. Menambah lepek sebab keringat dan air yang menempel di sana. Meski kini pemuda itu membiarkan saja sebagian rambutnya menutupi wajahnya dan membuat belengket oleh rambut pada wajahnya yang kini begitu sayu.

Pun ketika menit berlalu selepas ayahnya pergi yang tentu dengan bantuan rujukan dari sang ibu yang menangis tersedu dan suara tapak kaki yang bertemu dengan lantai dari arah balkon kamar, yang Mark jelas tahu siapa pelakunya, tak membuat pria kelahiran Kanada itu mengangkat kepalanya sedikitpun. Bahkan ketika sepasang lengan merengkuhnya, ia masih bergeming. Tak ada perubahan sekalipun itu detak jantungnya yang seolah sudah berpasrah akan takdirnya hari ini. Menganggap segalanya akan menjungkir balikkan kenyataan dari sesuatu yang diatur indah oleh bayangannya namun ternyata hanya sebuah perih yang menggores dadanya.

Tak ada yang bersuara. Bahkan ketika dagu Mark sudah diangkat dan mempertemukannya dengan tatapan sayu milik Donghyuck yang masih berlinangan air mata, mereka masih membungkam bibir masing-masing. Memberikan sunyi waktu yang diinginkan. Pun ketika kapas dengan antiseptik sudah menempel di ujung bibir Mark, plester lengan yang tadi tergores sebab bertemu dengan ujung ranjang, serta kain kompres dengan es di dalamnya sudah menyentuh lebam di pipi yang lebih tua, keduanya hanya bertukar pandang penuh luka dan derai dari kandung air mata.

Mark memutuskan pandangan mereka terlebih dahulu. Mencoba menggerakkan tubuhnya yang begitu remuk sebab seharian membolos untuk berjalan tanpa arah serta tanpa henti walau sekejap. Menghasilkan alas sepatu yang makin tipis, lalu tegang pada seluruh otot kakinya. Pun seharian ia tak berhenti walau dahaga serta rontaan perutnya menggelegar, lebih lagi ia tak dapat merasakan hangatnya makan malam dari sang ibu sebab masalahnya dengan sang ayah.

Pemuda itu mengambil alih kompres dari tangan Donghyuck. Membawanya serta ke kamar mandi untuk melepaskan seragam sekolahnya yang sudah lusuh dan membasuh dirinya asal dengan air panas untuk menetralkan hawa dingin yang sudah seperti meresap ke dalam tulang belulangnya. Membiarkan kosong tetap mendominasi tatapan dan pikirannya kali ini.

Kemudian saat Mark keluar dari kamar mandi, matanya menatap sosok tetangganya itu menggantikan posisi dirinya. Masih meringkuk di depan almari pakaian milik Mark dengan kepala yang menunduk ditenggelamkan dalam lipatan kakinya.

"Pulanglah. Renjun dan Jaemin juga kan menginap di tempatmu."

Itu kalimat pertama yang Mark katakan hari ini pada orang lain. Donghyuck mendongakkan kepalanya. Menoleh pada sosok yang baru saja selesak mengganti bajunya dengan yang tersampir di gantungan di balik pintu. Mata beruangnya masih menatap Mark yang menghempaskan seragamnya pada keranjang baju kotor dan kemudian membawa kaki panjang itu ke arah ranjang sembari masih menenteng kain kompres darinya tadi.

"Ibuku bilang bahwa tak baik pergi tidur dengan perasaan marah."

Dahi Mark mengernyit. Donghyuck memang sudah menegakkan kepalanya, membuat pandang keduanya kembali bertemu setelah tadi sempat terpisah beberapa menit sebab raga yang tak lagi berdampingan secara harfiah dalam satu ruang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

please wait... [MarkHyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang