Prolog

76 4 0
                                    


GADIS kecil itu adalah Naomi. Tapi saat beranjak remaja, ia lebih sering dipanggil Naomi-Chan. Bukan karena mengikuti tren nama panggilan supaya eksis, tapi karena ia sangat menyukai anime Jepang. Seperti saat ini, Naomi-Chan tidak memperdulikan waktu dan kamarnya yang berantakan karena memakai pernak pernik ala-ala anime Jepang. Rambutnya dikuncir kuda dengan pita berwarna putih, memakai baju berwarna merah dengan rok pendek yang melingkari pinggulnya.

"Ohayo gozaimasu" Teriak Naomi sembari tersenyum ceria dan melambaikan kedua tangannya di depan cermin. Meski ia tidak paham dengan apa yang ia ucapkan. Ia tetap membayangkan jika dirinya adalah seorang tokoh di dalam sebuah kartun Jepang. Aneh memang.

Nao Tomori. Naomi sangat menyukai karakter itu, baginya menjadi gadis yang licik, jenius dan misterius bak seorang detektif itu adalah hal yang sangat menyenangkan.

Naomi terus tersenyum dan melompat senang di depan cermin sambil berkhayal sepuasnya ia memainkan tiap titik imajinasi yang menyebar disetiap binaran bola matanya.

Naomi memang seorang anak piatu. Ia hanya memilki Ayah dan satu kakak perempuan yang sangat ia sayangi. Ibunya telah meninggal pada saat melahirkannya. Pahit memang. Tapi itulah kenyataan yang harus Naomi hadapi.

Setidaknya ia bisa bersyukur masih memiliki dua orang keluarga yang sangat menyayangi dirinya.

"Kamu, gila ya?"

'Gubrak!'

Naomi jatuh terpeleset, saking terkejutnya mendengar suara yang tak asing di telinganya. Naomi menoleh ke asal suara itu dan tertegun semakin bingung. Seorang gadis kecil, 4 tahun lebih tua dari usianya, dengan wajah cantik seperti boneka, dengan overall jeans berdiri memegang sapu mengawasi Naomi dengan pandangan polos, tapi kritis. Naomi buru-buru bangkit, salah tingkah, takut, kesal sekaligus gugup.

"Kamu gila?" Gadis kecil itu kembali mengulang pertanyaannya kepada Naomi.

Naomi menggeleng, bukan karena ia tidak ingin disangka gila, tapi ia menggeleng karena tidak paham dengan pertanyaan gadis itu.

"Kalo nggak gila, kenapa lompat-lompat sambil senyum-senyum sendiri di depan cermin?"

Kali ini Naomi paham apa yang dimaksud kakaknya itu. Sebab, orang normal tidak mungkin melakukan apa yang dilakukannya.

Anada Ayunda. Kakak perempuan Naomi yang kini masih menatap Naomi dengan sinis.

Naomi malu, tapi merasa perlu menjelaskan apa yang ia lakukan kepada sang kakak.

"Naomi suka sama anime. Makanya Naomi pake baju kayak gini dan lompat-lompat di depan cermin"

"Kakak tau kok. Tapi kan kamu harus siap-siap buat latihan karate sore ini. Nanti Ayah pasti nanyain ke kakak apa kamu udah siap berangkat ato belum"

Naomi mengangguk polos mendengarkan tiap bait yang diucapkan oleh Kak Nada.

"Gomen na sai" Ujar Naomi pelan dan terdengar samar-samar oleh sang Kakak.

"Cepet mandi sana, nanti biar kakak kasih tau Ayah buat anterin kamu ke Jojo (tempat latihan)"

"Haik" Naomi tersenyum lega, karena kak Nada tidak marah padanya atas kelakukannya yang aneh ini.

Oke. Tambahan.

Inilah Naomi Bianka. Gadis yang selalu berhasil mendapatkan medali dan banyak penghargaan atas semua pertandingan lomba bela diri yang ia ikuti.

Prestasi itu ia dapatkan karena dukungan dari sang Ayah dan juga Kak Nada.

Ayah bilang "Ayah benci kekalahan, tapi Ayah berharap kamu akan mengalahkan Ayah dalam meraih kesuksesan"

Kata-kata itu yang selalu Naomi jadikan benteng agar Naomi tidak mudah menangis.

OneesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang