Gadis manis dengan rambut yang dikuncir kuda yang kini tengah duduk sendirian di dalam kelasnya, matanya tertutup dengan earphone yang menyumbat di kedua telinganya. Namanya adalah Naomi.
Naomi menganggukkan kepalanya yang seolah mengikuti hentakan tiap nada musik yang mengalun di telinganya. Alunan itu merupakan original soundtrack dari anime favoritnya. Naruto.
Sesekali mata Naomi terbuka memandangi ke jendela kaca kelas yang langsung tertuju pada lingkungan luar kelas.
Hal ini sangat membuat Naomi tenang. Pulang telat di banding teman-temannya seolah memberi ruang untuk Naomi menikmati hari-harinya.
Sekolah memang terkadang menyulitkan dengan kompetisi nilai-nilai yang dituntut selalu sempurna, tapi sekolah juga mampu memberi Naomi banyak arti hidup, dimana ia belajar mengenal 1001 jenis karakter manusia. Mulai dari pemarah, malas, egois, ramah, dermawan, pendiam seperti dirinya dan juga cerdas.
Naomi selalu sadar ia memang bukan orang yang begitu cerdas, karena bagi Naomi cerdas adalah milik mereka yang berbeda dari yang lain, cerdas adalah milik mereka yang mampu terus mengasah kemampuan mereka .
Kemampuan itu Naomi artikan sebagai sebagai kekuatan yang bukan berasal dari pelajaran sekolah saja, tapi dari apa yang dapat kita lakukan diluar itu.
Makanya Naomi tertarik jika ikut ajang lomba bela diri. Dimana bagi Naomi ajang itu sangatlah bermanfaat baginya, terutama dalam menampung kemampuan-kemampuan fisik sekaligus mencetak prestasi.
Tap!
Tiba-tiba mata Naomi melihat dari kaca jendela kelasnya dua siswi yang tampaknya sedang bertengkar di pinggir kelas.
Naomi berdiri dan berniat untuk memisahkan perdebatan yang terjadi diantara mereka. Naomi pun berlari sembari melepas earphone dari telinganya.
"berhenti!" Ucap Naomi tegas.
Dua siswi itu pun seketika berhenti berdebat dan langsung menatap Naomi kompak.
Naomi melihat salah satu siswi yang tampaknya telah menangis sembari teduduk dan satunya lagi dengan wajah sinis tapi cantik tengah berdiri. Dan yang Naomi tau gadis berwajah sinis yang sedang ia lihat itu adalah Cindi teman satu kelasnya.
"lo lagi lo lagi" ujar Cindi memutar bola matanya seolah tak suka dengan kehadiran Naomi.
Naomi menghiraukan ucapan Cindi dan lebih memilih untuk membantu salah satu gadis yang terduduk itu untuk bangkit. "kamu nggak papa?"
Gadis itu mengangguk dan langsung berlari meninggalkan Cindi dan Naomi.
"urusan kita belum selesai!" ucap Cindi setengah berteriak kepada gadis yang baru saja pergi meninggalkan mereka berdua.
Naomi menghela nafas dan memberanikan diri untuk berbicara kepada Cindi. "Kamu nggak boleh bersikap kasar seperti itu" papar Naomi pelan.
Cindi tersenyum licik "lo itu kenapa sih Naomi? Selalu aja ikut campur urusan gue. Urus idup lo sendiri aja nggak becus kan?"
Naomi terdiam.
Cindi melanjutkan ucapannya "lo nggak tau kan tuh cewek tadi abis ngejambak gue cuma karna cowoknya yang ngejer-ngejer gue. Gue nggak salah dan dia seenaknya ngejambak gue? Dia nggak tau gue bisa berbuat lebih dari apa yang dia perbuat ke gue" Ucap Cindi yang tampak menjelakan kesalah pahaman.
"Tapi kamu nggak boleh bersikap kasar--"
Belum usai Naomi berbicara, Cindi pun memotong ucapan Naomi "Nggak boleh bersikap kasar? Itu aja yang bisa lo omongin dari dulu ke gue. Hahah lo lucu ya Naomi, lo juga nggak suka kan kalo gue ngebuli lo? Dan gue pun sama. Gue nggak suka orang itu nganggep gue remeh dan nyalahin gue atas persoalan yang itu sendiri bukan salah gue"
Naomi menelan salivanya "kalo gitu berhenti ngebuli orang lain, kalo kamu sendiri nggak suka orang lain ngebuli kamu" ucap Naomi.
Cindi tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Naomi. Ia merasa geli melihat Naomi yang merasa seolah dirinya benar dan baik.
Cindi tertawa kecil "Yang harus nya lo salahin itu cowok yang ngejer-ngejer gue dong, karna dia ceweknya jadi bikin masalah sama gue"
Naomi diam karena ia pikir ia tak seharusnya ikut campur dengan urusan mereka.
Cindi meniup poninya "perasaan manusia itu memang mengagumkan ya?"
Naomi masih terdiam karena ia mulai tak paham dengan pembicaraan Cindi.
"Pertamanya hanya dengan betatapan saja sudah merasa senang, dibalas sedikit langsung berterima kasih, lama kelamaan semakin berharap. Kecewa kalo nggak mendapatkan sebanyak apa yang kita berikan, pada akhirnya orang yang berharap lebih itu akan merasa dirinya bodoh"
Naomi menghela nafas "Aku nggak ngerti apa yang kamu maksud" ucap Naomi sembari mengabaikan ucapan Cindi dan memilih untuk pergi begitu saja.
"Makanya maksud gue jangan terlalu berlari ke depan sendirian, lakukan hanya sampai batas yang dapat kau tanggung. Karena rasa cinta bisa berubah menjadi benci dalam sekejap" tambah Cindi.
Naomi hanya terus berjalan meninggalkan Cindi. Dibalik wajah Naomi yang tampak seolah tak perduli ternyata ia hanya menertawakan dirinya sendiri.
"Cinta? Haha" tawa Naomi dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneesan
Teen FictionGadis kecil itu adalah Naomi. Tapi saat beranjak remaja, ia lebih sering dipanggil Naomi-Chan. Bukan karena mengikuti tren nama panggilan supaya eksis, tapi karena ia sangat menyukai anime Jepang.