TIGA

11 0 0
                                    

Satu tahun silam. Tepat 19 maret 2017. Ulang tahun Naomi yang ke 16 tahun.

"Naomi! Naomi!" Teriak Ayah dan kak Nada. Terdengar jelas oleh telinga Naomi. Ayah dan kak Nada histeris meneriakan namanya di podium penonton. Sedangkan Naomi tengah menghadapi final pertandingan bela diri karate cabang putri tingkat Nasional.

Naomi tersenyum sumringah kepada Ayah dan kakaknya, menandakan dirinya percaya bahwa ia akan menjadi sang juara.

Benar saja, tak lama dari itu Naomi berhasil merebut kejuaraan tingkat Nasional dan mendapat medali emas.

Medali ini akan menjadi medali emas ke lima yang akan ia pajang di dinding kamarnya bersama medali-medali lainnya.

"yey sudah kakak bilang kamu pasti akan menang, kakak sudah yakin sejak awal" ucap Nada sembari memeluk Naomi di hari kebahagiannya itu.

"Oneesan (kakak perempuan). Terima kasih telah percaya padaku" Jawab Naomi sambil membalas pelukan kakaknya itu.

Nada menghela nafas panjang "berhenti memanggil kakak dengan sebutan oneesan. Karena kakak nggak bakal ngerti dengan ucapanmu Naomi" ucap Nada sembari melepas pelukannya dari sang adik dengan wajah menahan tawa.

Naomi menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali "haha. Gomen na sai (maaf). Aku tidak akan mengulanginya lagi" balas Naomi tersenyum sumringah.

Nada mengangguk "permintaan maaf diterima" ia pun tertawa lepas melihat tingkah adiknya.

Naomi pun ikut tertawa karena bagi Naomi suara tawa kak Nada itu sangatlah renyah seperti kerupuk yang mampu membuatnya ketagihan untuk terus menerus memakannya.

"Naomi putri kecil Ayah kamu hebat sekali tadi, ini minumlah kamu pasti sangat haus dan lelah" ucap Ayah yang baru saja tiba membeli air mineral.

Naomi mengambil air mineralnya dan langsung memeluk sang Ayah.

"Terima kasih Ayah" ucap Naomi sembari memeluk sang Ayah dengan erat.

Ayah membalas pelukan Naomi dan mengatakan "dan selamat ulang tahun untuk putri kecil Ayah yang gagah" Ayah mengelus puncak kepala Naomi dengan lembut.

Nada histeris "selamat ulang tahun yang ke enam belas adikku"

Naomi melepaskan pelukkannya dari sang Ayah. "apakah tidak ada kue ulang tahun?" Tanya Naomi polos.

Ayah dan sang kakak saling menatap satu sama lain tak lama dari itu mereka tertawa bersama. Mereka lupa menyiapkan kuenya.

"kita pulang kerumah dulu. Nanti malam Ayah akan membelikan kue yang spesial untuk Naomi oke?" ucap Ayah yang tidak ingin melihat Naomi kecewa.

Naomi tersenyum pepsodent "Haik (iya)" ia mengangguk paham.

"oh iya jangan lupa besok Naomi akan ada pertandingan lagi kan? Kalo besok dapet medali emas Naomi bakal pergi ke Jepang loh" Ucap Ayah mengingatkan Naomi.

Nada menambahkan ucapan Ayahnya "kamu emang adik kakak yang keren. Kalo kamu menang terus kamu ke Jepang kakak ikut yah?" ucap Nada usil.

"Aku pasti akan menjadi juara karena aku sangat ingin pergi ke Jepang. Kalo aku pergi ke Jepang Ayah dan Kakak harus ikut bersamaku" ujar sang adik.

"siap dong" balas Nada mengacungkan jempolnya.

"baiklah, kalo begitu mari kita pulang" Ayah pun merangkul Nada dan Naomi untuk pulang bersama.

Saat malam tiba, Ayah sudah siap untuk pergi membeli kue ulang tahun Naomi. Waktu itu pukul 20.00 WIB. Cuaca lumayan cerah dengan angin yang sangat sejuk.

Ayah memakai kemeja biru muda pergi dengan mengendarai motornya. Saat sampai, Ayah memarkirkan motornya di sebuah toko kue yang bernuansa putih bertuliskan "character bakery". Ayah sengaja membeli kue karakter agar Naomi senang saat memakannya.

Setelah Ayah selesai membeli kue dan keluar dari tokoh tersebut pandangan Ayah tertuju pada segerombol anak muda yang tampak sedang melakukan kekerasan terhadap seorang gadis di sebuah lorong sempit di sebrang jalan.

Dengan membawa kue ulang tahun milik Naomi Ayah pun menghampiri segerombol anak muda itu untuk menghentikan aksi mereka. Beruntung Ayah pernah ikut latihan karate jadi Ayah menguasai bela diri sama seperti Naomi. Saat ini bela diri itu sangatlah berguna.

Ayah pun berhasil membuat segerombol anak muda itu lari terbirit birit ketakutan. Saat Ayah hendak bertanya kepada anak gadis itu apakah dia baik-baik saja tiba-tiba.

DUAR!!!

Suara tembakan menembus kepala Ayah dalam waktu yang begitu cepat. Ayah memegang kepalanya yang mengeluarkan darah. Pandangan Ayah pun mulai gelap dan naas Ayah pun terjatuh ke tanah tak sadarkan diri. Alhasil kue yang di pegang Ayah pun terhempas hingga hancur tak bersisa.

Karena kejadiaan tragis itu Naomi tidak jadi ikut lomba kejuaraan bela diri. Kesempatannya pergi ke Jepang hangus begitu saja. Tapi bagi Naomi hal itu tidaklah penting di banding dengan ia yang harus kehilangan ayahnya untuk selama-lamanya.

Semenjak saat itu Naomi kehilangan semangatnya untuk mengikuti pertandingan bela diri. Dan itulah kenapa kak Nada mengira alasan Naomi tidak mau ikut pertandingan bela diri lagi karena Naomi menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian Ayah.

Padahal, alasan Naomi tidak mau ikut pertandingan lagi karena ia sudah kehilangan seseorang yang selalu menyemangati dirinya lebih dari dirinya sendiri. Dan seseorang penyemangatnya itu adalah sang Ayah.

OneesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang