Brak!!!
Tangan Nada menepuk meja makan dengan kuat.
Naomi terkejut menatapnya dengan penuh rasa ketakutan. Wajah Nada menggambarkan amarah yang tak pernah Naomi lihat sebelumnya.
Lagi-lagi Nada menatap Naomi dengan rasa kebencian yang terus ia luapkan.
"Ini sudah ke empat kalinya kakak dipanggil ke sekolah karena ulah kamu Naomi! Kakak harus kayak gimana lagi supaya kamu nurut sama Kakak?! Kamu bener-bener buat Kakak marah! Kenapa Naomi kenapa? Jangan jadiin kemampuan bela diri kamu sebagai ajang pamer di sekolah! Jangan!!" Teriak Nada di hadapan Naomi sembari melempar amplop yang berisi surat panggilan wali murid.
Naomi terus menatap amplop itu dan hanya diam membisu mendengar ucapan kosong sang kakak tentang dirinya, Naomi tak dapat membantah ucapannya, karna bagi Naomi dia adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.
Naomi hanya duduk di meja makan mengingat pagi ini ia harus berangkat ke sekolah, Naomi sudah kebal mendengar omong kosong Nada tentang dirinya di setiap pagi, mungkin omong kosong itu Naomi jadikan sarapan yang nikmat.
Nada sang kakak suka main tangan semenjak sang Ayah meninggal. Tak heran kenapa Nada jadi begitu, mungkin karena ia terlalu kesal dengan kelakuan Naomi yang semakin hari semakin menjadi pribadi yang brutal.
Plak!!
Nada menampar Naomi dengan keras tepat di bagian pipi kanan Naomi.
Ini sudah kesekian kalinya, terkadang bibir Naomi mengeluarkan darah akibat tamparan keras itu.
"Jangan cuma bisa diam! Kakak cuma pengen kamu jadi Adik yang bermanfaat buat keluarga! Ngangkat derajat keluarga! Jangan jadi berandalan di sekolah! Lihat piala-piala kamu yang kamu raih, kemana kamu yang dulu Naomi? Kemana? Kakak nggak suka kamu ngancurin masa depan kamu perlahan lahan yang malah membuat kakak semakin tersiksa dengan kelakuan kamu!" Nada mengeraskan suaranya di hadapan sang Adik yang kini menatapnya dengan penuh darah di bagian bibirnya.
Naomi tetap bertahan dengan omong kosong itu, Naomi hanya membiarkan Nada memarahinya dengan puas hingga kak Nada merasa lebih baik dari pada sebelumnya.
Nafas Nada tampak terengah engah, setiap bulir keringat mengalir di keningnya. Ia mulai menarik nafas dalam-dalam untuk melanjutkan kalimatnya terhadap sang adik.
"Kakak ngerti, kamu nyalahin diri kamu karena Ayah yang meninggal satu tahun yang lalu, kakak ngerti, tapi kakak nggak pernah membenci kamu. Karena kamu Ayah meninggal Naomi!! Ayah meninggal!! Ingat itu ulah kamu!!" Jelas Nada pada Naomi.
Pertama kalinya Naomi mendengar Nada membahas tentang kematian Ayahnya, ia seperti menyudutkan Naomi tentang kisah tragis yang di alami sang Ayah. Kali ini Naomi sudah tak tahan lagi, Naomi ingin menangis namun air matanya tak dapat ia keluarkan dengan mudah.
"Kak! Naomi nggak salah! Naomi nggak salah!!" Naomi menghentakan tangannya di atas meja makan, dan berteriak kepada sang Kakak.
Naomi meraih tasnya dan langsung berlari meninggalkan Nada di ruang makan.
"Naomii!!!" Teriakan Nada terdengar sampai di halaman depan rumah.
Nada pasti sangat kesal dengan kelakuan Naomi saat ini.
Sungguh Naomi tak pernah membantahnya bahkan membentak Nada, tapi kali ini sang Kakak sudah keterlaluan dengan Naomi.
"Kenapa Kak Nada menyudutkan ku atas kepergian Ayah satu tahun yang lalu? Kenapa?" Batin Naomi menggerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneesan
Teen FictionGadis kecil itu adalah Naomi. Tapi saat beranjak remaja, ia lebih sering dipanggil Naomi-Chan. Bukan karena mengikuti tren nama panggilan supaya eksis, tapi karena ia sangat menyukai anime Jepang.