Merindukannya

9 1 0
                                    

"Ummi ummi" gadis kecil itu memanggil ibunya yang sedang sibuk memasak, hari ini ibunya memasak sayur bayam untuk sikecil karena ia hanya suka sayur bayam dan tidak menyukai sayur yang lain

"Iya kak, ada apa kak ? Sepertinya anak ummi yang cantik ini sedang bahagia ya?" Haifa tersenyum ke arah putri kecilnya yang berumur 6 tahun itu sambil mematikan kompornya,karena sayur sudah masak

"Ummi tau gak ? Tadi Kana bertemu sama teman baru disekolah Kana, mereka semua baik sama Kana...." dengan riang gadis kecil itu menceritakan semua yang ia alami disekolah barunya.

Pagi itu Kana mulai bersekolah di SD Assyifa, ia sangat senang, karena semua teman-teman baik padanya, itu karena Kana merupakan anak yang mudah bergaul dan ceria, Kana tidak segan-segan membantu temannya untuk belajar membaca, karena tidak semua temannya sudah lancar membaca seperti dirinya.

"Alhamdulillah, anak ummi ternyata senang sekali ya di sekolah barunya." Haifa tersenyum mendengarkan cerita sang putri, karena pada awalnya ia takut anak sulungnya ini tidak menyukai sekolah barunya itu, ternyata dugaannya salah, ia lega mendengar cerita dari putri kecilnya itu.

"Senang dong ummi. Ummi Kana mau makan, ummi suapin Kana ya," Ucap Kana sambil memegangi perutnya dengan wajah yang meringis seakan-akan ia begitu lapar, padahal ia baru saja menghabiskan roti yang seharusnya diberikan kepada Adiknya

"Iya nak, sini ummi suapin kakak ya." Haifa mengambil piring dan memasukkan nasi serta sayur bayam untuk disuapin kepada Anaknya itu.
Sore itu mereka riang sekali, tertawa, karena Kana dengan semangatnya menceritakan kisah yang ia lalui hari ini, mulai dari ia masuk SD sampai ia pulang dari tempat mengajinya, mereka tertawa tanpa beban.

"Aku rindu, aku rindu saat aku dan ummi tertawa tanpa beban, aku rindu kebersamaan dengan ummi" Gadis remaja yang memakai gamis navy dengan jilbab yang senada duduk di bangku taman dengan wajah sendu dan air mata yang ditahannya, Ia rindu umminya.

***

"Assalamu'alaikum Kana." seorang gadis berusia 16 tahun itu menyapa sahabatnya yang kini duduk termenung dengan wajah sendu dan dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Assalamu'alaikum" Ia mengulang kembali salamnya karena tidak mendapat tanggapan dari sahabatnya itu, hening

"Askana Sakhi Fadillah" gadis itu akhirnya memanggil dengan nama lengkap sahabatnya itu, namun nihil sang sahabat mala semakin terisak.
Melihat sahabatnya kini dalam keadaan sedih, dia jadi tidak tega melihatnya. Sebagai seorang sahabat ia tentu tidak ingin melihat sahabatnya sedih, tak disadari tenyata ia juga turut menangis. Setelah 10 menit memandangi sahabatnya dalam keadaan iba, akhirnya iya menepuk pelan tangan sahabatnya itu sambil memanggilnya kembali

"Kana," ia memanggil dengan lembut sahabatnya itu.

"Astaughfirullah, iya Diva," jawab Kana sambil mengusap air matanya, Kana tersenyum tulus, seakan sedetik yang lalu ia tak menangis.
Mengerti dengan keadaan sang sahabat akhirnya Diva buka suara.

"Kana, gue tau gue gak pantas ngomong kayak gini, karena lo bahkan lebih kuat dari gue, tapi ingatlah Kan,lo sering nasehatin gue ketika gue lagi punya masalah, lo bilang sama gue 'Setiap manusia punya masalah, apapun kondisi kamu saat ini, ikhlaskanlah, itu cara Allah menguji kesabaran dan keimanan kita sebagai manusia, jadi kita sebagai hambanya harus tetap bersyukur apapun yang diberikan oleh Allah, baik itu kebahagiaan maupun kesedihan' gue tau lo itu kuat Kan, lo pasti bisa ngehadapin semuanya, lo sahabat gue satu-satunya yang tetap tersenyum, walaupun gue tahu dalam hati lo itu sedih Kan, nangis aja Kan, Sini gue peluk, nangis, kalau nangis bisa bikin lo tenang"

Kana menangis dalam pelukan Diva, dia merasa beruntung punya sahabat seperti Diva, padahal ia baru satu tahun mereka saling mengenal, tapi mereka sudah menjadi sahabat yang begitu dekat dan mengenal satu sama lain.
Diva sadar kalau ia bukan wanita muslimah yang sholehah, sebelum bertemu dengan Kana, Diva bahkan memakai pakaian yang bisa dibilang tidak sopan, yang menampakkan paha dan dadanya, namun setelah bertemu dengan Kana, Diva berubah, walaupun dia belum berpakaian seperti Kana, Namun pakaian yang dipakai oleh Diva sekarang sudah pakaian yang termasuk sopan, Diva sekarang memakai celana jins dan tunik serta jilbab dikepalanya, sekarang kemanapun ia pergi, ia tidak pernah membuka auratnya lagi, bajunya selalu menjulur hingga lutut dan tidak ketat. Jilbab yang selalu menutupi rambut dan dadanya.

Kedua sahabat itu berpelukan dalam keheningan karena Kana menangis tanpa suara, setelah tenang, akhirnya Diva angkat suara.

"Kan, temenin gue yuk beli makanan, gue lapar mama gue lagi gak dirumah, Bi Rina juga lagi pulang kampung karena anaknya sakit, lo tau sendiri kan kalau gue gak bisa masak" Ia sengaja berbohong, padahal tadi ia sudah makan di rumah, ia mengajak Kana makan karena ia tahu, Kana belum makan, itu kebiasaan Kana kalau lagi sedih.

"Iya, ayuk aku temenin, kita mau makan dimana?" Jawab Kana dengan tersenyum setelah tangisnya mereda.

"Di Kafe biasa aja yuk, tapi cuci dulu tuh wajah lo dikran taman, setelah itu lap pake tisu gue, lo jelek siap nangis." Diva sambil memberikan tisu kepada Kana

"Iih kamu nyebelin ya, ummi bilang,gimanapun aku tetap cantik kok" raut wajahnya berubah kembali ketika mengingat sang ummi, Ummi

***
Assalamu'alaikum teman-teman😊
Masyaa Allah Tabarakallahu
Semoga teman-teman suka dengan part 1 ini😊
Wassalamu'alaikum😊
Arafah Eyalani

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Air Mata Bahagia UmmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang