1. Perkenalan

12 4 0
                                    

Gadis itu tersenyum saat melihat lelaki paruh baya meletakkan map berisi berkas-berkas yang ia bawa.

"Setelah saya lihat semua dokumen dan wawancara barusan, saya memutuskan menerimamu berkerja di sini." lelaki paruh baya itu tersenyum membuat gadis berambut hitam sebahu menganga.

"Benarkah, Pak?" tanyanya tak percaya dengan mata berbinar sedangkan lelaki itu tersenyum ramah dan mengangguk. "Terima kasih, Pak. Kapan saya mulai bekerja?" tanya gadis itu antusias.

"Sekarang pun bisa. Sebentar, saya ambil seragam untuk kamu terlebih dahulu setelah itu kamu ganti baju dan mulai bekerja," jelas lelaki tersebut kemudian beralih mengambil sesuatu di lemari di ruangannya. Lagi-lagi gadis berambut sebahu itu tersenyum dan bernafas lega.

***

Gadis berambut sebahu itu mengikat rambutnya asal kemudian beralih ke watafel pencuci piring. Mulai hari ini ia resmi bekerja di restoran yang tak jauh dari rumahnya, setelah mengganti pakaiannya tadi dengan seragam ia langsung menuju tempat pencucian piring dan dengan semangat mencuci tumpukan berkakas kotor dari luar.

"Semangat, Ron! Hari pertamamu kerja setelah sekian lama meminta uang jajan dari ibu!" ucapnya sambil menyemangati diri sendiri.

Gadis itu menuangkan sabun cair di spons pembersih dan memberinya sedikit air lalu  mengusapkan di piring kotor yang entah itu berkas apa, yang jelas bekas makan pengunjung.

Rona, nama gadis itu Rona. Berasal dari keluarga sederhana. Dibilang kaya, tidak, dibilag miskin juga tidak. Ibunya hanya seorang single parent yang bekerja sebagai pedagang sembako di pasar, berangkat pagi pulang malam sehingga gadis itu tumbuh mandiri. Karena ia bukan siswi yang pintar, bakatnya juga minim dia terpaksa mencari uang terlebih dahulu agar bisa kuliah, dan melalui uang tabungan yang akan ia cari di pekerjaan ini ia akan mendaftar kuliah setelah semuanya cukup dan akan terus bekerja walaupun ia harus sibuk dengan tumpukan buku tebal yang memusingkan. Sejak umur 13 tahun ia sudah ditinggal oleh ayahnya, ayahnya meninggal karena kecelakaan motor dan mulai saat itu ibunyalah yang membanting tulang kerja keras demi sekolah Rona.

"Hei! Karyawan baru?" sapa sekaligus tanya dari lelaki yang terlihat seumuran dengannya mungkin hanya selisih beberapa tahun saja. Rona langsung monolehkan pandangan kepada lawan bicaranya. Lelaki itu tersenyum kepada Rona, kemudian gadis itu langsung mencuci tangan yang tadinya penuh dengan busa.

"Sebentar, aku cuci tangan dulu."

Setelah melihat tangan gadis yang ia ajak bicara tadi sudah bersih, ia langsung membuka pertanyaan lagi.

"Bisa berteman?" tanya lelaki tersebut dengan menganggkat alisnya, "namamu siapa?" tanyanya lagi, kali ini sambil mengulurkan tangan untuk menjabat.

Gadis manis itu tersenyum menampilkan lengkungan di bibir, "tentu," jawabnya sambil membalas uluran tangan dari lawan bicaranya, "Rona." gadis itu menjabat seraya mengucapkan namanya dengan mantap.

Lelaki itu mengangguk, "nama yang bagus, nama panjangnya?"

"Ronnaaaaaaa," canda Rona dengan tawa jenaka dan tangan yang masih berjabat dengan lelaki tadi.

"Aku sepertinya sedang berkenalan dengan gadis periang. Nama lengkapmu, Adikk!" balas lelaki itu gemas dan masih menjabat tangan basah milik Rona dengan erat.

Rona tertawa riang, "Carona Taquila. Puaskah kau, Kakak?" candanya berlanjut dengan memanggil lelaki itu dengan sebutan"kakak".

Langit Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang