01. Ulangan

51 7 30
                                    

"Eh woi bagi cerpean* dong!"

(*kertas yang dibuat sekecil mungkin berisi catatan untuk menyontek.)

"Anjir cepetan nyatatnya."

"Heh gue dapet bocoran soal dari kelas sebelah nih."

"Asik, bagi woi bagi."

Pemandangan yang kudapat pagi ini adalah kelasku yang ramai hingga terdengar riuhnya di luar kelas. Hm, kelasku memang terkenal paling rusuh sih. Jadi wajar saja jika sepagi ini mereka seperti hewan ragunan yang lepas dari kandang.

Jam pertama pagi ini ada ulangan Biologi.

Walaupun disebut sebagai kelas hits, tapi percaya deh manusia-manusia yang mereka sebut high class ini nyatanya gak lebih dari manusia bobrok yang kalau dijadikan satu bakal bikin kepala pening.

"Eh, eh tau ga?" Davia membuka suara. Ia menyeringai kecil membuat beberapa dari kami menoleh menatapnya penasaran, termasuk aku.

"Kenapa?"

"Apa?"

"Hari ini kita ulangan Biologi."

Teman-temanku sukses mengumpat. Aku mengusap wajah lelah.

Apa kubilang, teman-temanku di kelasku itu tabiatnya hampir sama semua. Bobrok yang telah dipompa ke seluruh tubuh hingga merasuk ke dalam DNA.

Kenapa aku harus terdampar di kelas seperti in?

"Emang kita ulangan bab apaan?" celetukku yang diiringi dengan seruan tidak menyangka dari teman-teman di kelas. Ah, tak lupa juga disisipi umpatan, lagi.

"Parah ni anak anjir."

"Se-enggak niatnya gue sekolah nih ya, gue masih inget tentang apa yang bakal jadi bahan buat ulangan."

"Anjir woi, ngapain aja sih lo di sekolah? Ngelindur?"

Aku cuma mengangkat bahu acuh sambil menyeringai kecil. Sama sekali tidak peduli dengan omongan mereka.

"Rajin amat dah bikin cerpean. Buka hp dong, cari di google," salah satu temanku berkata.

"Jangan njir, ntar kena sita."

"Idih cemen ah, nyontek jangan nanggung-nanggung dong."

"Woi gurunya dah dateng anjir bentar lagi ke sini tuh dah di ujung koridor!"

"Mampus cerpean gue belum selesai."

"Sembunyiin bukunya di kolong dong anjir."

"Heh hp dong hp yang di pojok. Tempat gue rawan nih."

"Santai banget sih lo, Mi." celetuk teman sebangkuku.

Aku menarik senyuman miring. "Hidup itu udah susah, jadi bawa nyantai aja dong. Gak usah bikin ribet."

Ia mengumpatiku pelan saat guru Biologi masuk ke dalam kelas kami.

Perempuan bertumbuh tambun dengan mata galak yang membuatku sering menahan napas diam-diam itu memasuki kelas dengan aura gelap.

Aku jadi penasaran, beliau ini PMS setiap hari, ya?

Seketika riuh tadi berganti sunyi, seperti ada awan mendung di plafon kelas kami sejak beliau datang.

Yah, katakan saja aku kurang ajar, tapi kalau kamu bertemu beliau pasti kamu juga akan mengatakan hal yang sama. Aku yakin sekali.

"Bereskan barang kalian, tidak ada barang apapun di atas meja selain alat tulis dan kertas selembar."

Pembukaan pertama, tanpa tedeng aling-aling saat beliau duduk di kursi guru.

Teman-temanku diam-diam berdecak malas. Aku diam saja, langsung melaksanakan apa yang diperintahkan. Beliau itu termasuk guru killer yang gak bakal segan buat ngasih hukuman seberat apapun pada siswanya, jadi daripada merasakan kejamnya sosok beliau lebih baik turuti saja apa katanya.

"Berasa masuk ke dalam neraka gue njir." Nila, teman sebangkuku berbisik.

Aku menoleh dan mengangguk singkat membenarkan ucapannya.

Sepertinya ini akan jadi pembuka hari yang melelahkan. []

Priority | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang