Hari ke-Dua

31 2 0
                                    

" Eh, pagi Yan! Sudah sarapan belum? Nih saya kasih telur dadar sama bakwan, anak kos yang lain juga sudah pada kebagian tuh."

" Oh, terima kasih pakde,"

      Bagi Ryan, penampakan pakde Hilman ini biasa aja, tapi hatinya gak biasa. Dari luar sih seperti Bapak-bapak pada umunya. Tinggi, kumis tipis, rambut yang sudah memutih. Mirip Bapak pikir Ryan. Baiknya pakde Hilman juga mirip Bapaknya, mau punya ataupun gak punya, sebisanya berbagi ke yang membutuhkan.

" Wih Ryan, udah bangun Yan ?"
Sapa Andre yang udah duluan sampai diwarung Pakde Hilman.

" Udah lah, tadi pagi kan dibangunin sama Andri, gak tau tuh diapain, teriakannya menggelegar sampe kamar gue!"
Protes Malik, tadi pagi Malik masih tidur syantik , aman, dan damai. Masih dialam mimpi, sampai teriakan Ryan menggelegar, memecahkan gendang telinga. Padahal, tekad buat bangun siang Malik udah bulat! Semalaman Malik menatap layar laptopnya, bikin Surat lamaran kerja. Tapi, ekspektasi emang gak semanis realita, rasanya baru juga merem eh udah terpaksa bangun aja.

" Oh ya, lik , gue mau nanya,"

" Apa?"
Jawab Malik singkat, padat, dan jelas. Malik memang gitu orangnya, gak banyak omong dan gak ribet, langsung to the point . Tapi kalo udah urusan ngerjain orang , kalemnya ilang 100%.

" Yang kemaren, terus apa hubungannya cewek itu sama orang yang nge-kos terakhir?"

" Oh itu,"

" Iya, apa tuh lik?"

" Tanya Andri."

" Yaelah lik, jadi apa ndri ?"
Ryan berganti menanya Andri yang dari tadi udah anteng, ayem, tentrem, makan pakai lauk yang pakde Hilman kasih. Andri kalo udah urusan makan kalemnya bisa ngelebihin Malik! Tenang banget, mungkin maksudnya biar gak ada yang sadar kalau dia lagi makan, jadi gak ada yang minta.

" Itu sih katanya si cowok yang terakhir itu digangguin sama si hantu cewek itu."
Jawab Andri,

" Terus dia kaget dan banting pintu? Gitu?"

" Bukan Yan , katanya sih sebelum dia disuruh pindah sama pakde Hilman dia cerita ke pakde Hilman, katanya dia ketemu si hantu cewek dikamar Mandi, dia pikir tuh hantu mau nakut-nakutin atau bunuh dia, tapi si hantu diem aja. Cuek!"
Sambung Andre dengan air muka yang dibuat-buat. Andre ini talkative banget, kadang orang baru bilang A dia udah sampai ke Z, orang bilang sepatah kata dia udah berpatah-patah kata.

" Iya Yan, dia cerita ke saya, katanya sore itu dia mau mandi, gak ada apa-apa, pas jalan ke kamar mandi juga gak ada apa-apa. Pas buka pintu kamar mandi ada perempuan, diem aja jongkok."
Pakde Hilman ikut bercerita,

" Dia kaget, spontan lempar handuk ke perempuan itu, tapi tembus! Terus tau-tau perempuan itu hilang. Besoknya pas mau kekamar mandi lagi perempuan itu muncul lagi. Tetap saja cuma diam, si cowok ini memberanikan diri buat nanya dia hantu apa bukan? Apa setan? Atau apa? Tetap saja diam. Nah mungkin dia kesal dibanting lah pintu kamar mandi Kos saya sampai lepas, saya juga kesal saya suruhlah dia pindah."
Pakde Hilman menyelesaikan ceritanya, raut wajahnya sedikit lebih tegas, kesal, mengingat pintu kamar mandi kosnya yang baru sudah rusak akibat ulah anak kosnya. Padahal Pakde Hilman sudah memilih pintu itu dengan sepenuh hati.

" Yaudah Pakde, saya duluan ya, mau ngelamar kerja, doa in ya pakde!"

" Saya juga Pakde, saya sama Andri Ada kelas."
Ucap Malik disusul Andre dan Andri,

" Oh ya,"

" Saya juga, terima kasih pakde lauknya!"

      Ryan pulang ke kamar kosnya, lalu berpikir lagi, tadi kenapa gak sekalian tanya kenapa kosnya di renovasi? Batinnya. Dengan wajah datar kecewanya, Ryan memasuki kamar kosnya. Kecil, tapi gak sempit, gak pengap juga, nyaman. Barang-barang Ryan juga gak terlalu banyak. Lemari kecil yang sudah ada di Kos dan meja kecil disebelah kasur kesayanganya. Ryan cuma membawa sebagian barangnya, fotonya dengan Bapak dan Ibu tercintanya. Ryan anak tunggal, makanya waktu mau melepas kepergian Ryan, Bapak dan Ibu Ryan merasa berat banget! Anak satu-satunya bro! Gimana nanti kalau kenapa-napa? Gimana kalau dia nanti gak punya teman? Gimana kalau dia terjerumus pergaulan bebas? Gimana kalau Ryan jadi anak yang tertutup karena gak punya teman dan akhirnya jadi anak no life? Dan masih banyak 'gimana' dari Bapak dan Ibu. Tapi, ini sudah pilihan Ryan yang kekeh mau mandiri.

      Sambil membunuh waktu atau anak jaman sekarang menyebutnya ' kill the time '  atau sederhananya ' daripada gak ngapa-ngapain' Ryan memandang layar ponselnya, mencari lowongan kerja yang ada di internet. Mulai dari yang sederhana dengan gaji yang sederhana pula sampai yang Wah dengan gaji yang gak kalah Wah juga, Ryan mencari yang cocok.
' Buat apa gaji besar kalau kerjaannya gak cocok' pikirnya. Sampai katanya tertuju pada satu situs yang menawarkan gaji lumayan. Klik , Ryan membuka situs tersebut, gajinya memang lumayan. Bisa untuk bayar Kos dan beli makan aja bagi Ryan sudah cukup.

" Yaelah, iyasih gajinya lumayan, 3.5 juta lebih, tapi gak cocok sama gue. Jangankan jadi gurunya, bahasanya aja gue gak ngerti."
Oh, ternyata situs itu membuka lowongan jadi guru bahasa asing. Ada bahasa Inggris, Jepang, Korea, dan Cina. Tapi, apalah daya yang tersisa cuma jadi guru bahasa Cina.
Kalau bahasa Inggris masih bisa lah, tapi bahasa Cina? Xang xing xung xeng xong, ribet deh...

      Ryan dari kecil suka menggambar, dari yang bisanya cuma gambar gunung, sawah, plus burung yang bentuknya huruf m dengan garis dibawahnya, sampai sekarang bisa menggambar wajah lengkap dengan hidung, mulut, alis, dan sebagainya. Dari yang bisanya cuma bikin garis sederhana, sekarang bisa sedetail mungkin, semuanya karena Ryan semangat menekuni talenta yang diberikan Tuhan padanya. Coba dia pemalas, mungkin sekarang cuma bisa gambar lingkaran dengan dua titik dan garis lengkung senyum dengan badannya yang cuma segaris a.k.a stickman atau manusia lidi. Hari ke-dua di kosan Pakde Hilman, sesuatu yang jatuhnya biasa saja tapi gak biasa-biasa amat.

Hantu Cuek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang