Chapter 01: Takdir Yang Membawa Ku [M]

4.3K 328 29
                                    

Bagi teman-teman yang tengah berpuasa, ada adegan yang bisa mengurangi pahala:v
Boleh di skip.  Semangat puasanya!

●○●○●

SEYEON mengerjap-ngerjapkan matanya saat sinar matahari menerobos paksa masuk melalu celah gorden yang sukses mengusik tidur nyenyaknya. Seyeon berdiam diri sebentar, ia berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk melalui retinanya. Seyeon lantas menyandarkan tubuhnya pada kepala tempat tidur untuk mengumpulkan seluruh nyawanya. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa sangat pegal, kemudian meraih gelas berisi air yang berada di nakas samping tempat tidur.

Seyeon meminum air yang ditampung oleh gelas itu. Seyeon terdiam cukup lama untuk mengumpulkan kesadarannya. Ia melirik warna air dalam gelas itu. Eh? Mengapa isinya teh? Sejak kapan ia mengisi gelas dikamarnya dengan teh? Anehnya teh ini masih panas. Seyeon menyernyitkan dahinya ketika melihat gelas yang ia pegang—Tunggu! Sejak kapan gelas cokelat beruangnya berubah menjadi gelas mewah berhias berlian?! Seyeon mengucek-ngucek matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Tidak ada gunanya Seyeon melakukan itu, mau matanya sampai keluar pun tidak akan mengubah tampilan gelas yang ia pegang menjadi gelas beruang kesayangan miliknya.

Seyeon langsung mengalihkan atensinya untuk melihat keadaan sekitarnya. Seketika rasa bingung menyelimutinya. Demi apa pun, ini bukan kamarnya! Bagaimana bisa ia terbangun di kamar orang lain? Jujur saja kamar ini sangat bagus dan mewah. Tapi tetap saja mengapa ia harus terbangun di kamar orang lain?!

Ruangan ini benar-benar asing mulai dari gelas mewah tadi, kasur yang benar-benar berukuran besar dan berkali-kali lipat lebih empuk dibanding kasurnya, lampu gantung yang dihiasi berlian, dan pajangan berupa guci yang Seyeon ketahui hanya terdapat satu di dunia, lalu tembok yang dihiasi berbagai lukisan bertema abstrak. Mana mungkin kakaknya mendekor kamarnya menjadi seperti ini bukan? Sebut saja Seyeon bodoh.

Tunggu! Mata Seyeon tiba-tiba membelalak ketika memikirkan suatu hal. Seyeon segera menyibakkan selimut yang melilit pada tubuh mungilnya untuk memeriksa pakaiannya, untung saja pakaian Seyeon masih utuh. Seyeon menghembuskan napas lega. Setidaknya ia tidak terbangun dalam keadaan telanjang seperti apa yang ia baca di novel atau pun pada aplikasi cerita di ponselnya.

Seyeon terdiam cukup lama hingga ia hampir saja berteriak histeris saat mengingat sekelebatan ingatannya, untung saja Seyeon membekap mulutnya duluan. Astaga! Bisa-bisanya ia melupakan kejadian itu. Rasanya Seyeon ingin menceburkan dirinya ke Sungai Han atau melarikan diri ke suatu tempat yang sulit dijangkau. Sudah dipastikan sekarang ia menjadi sasaran pria psikopat sinting itu!

Sungguh, Seyeon benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, pikirannya benar-benar sangat kacau. Tuhan mengapa, dari ribuan bahkan miliaran orang di dunia ini harus Seyeon yang melihat aksi pembunuh sinting itu? Seyeon berkata dalam hatinya sambil menjambak rambutnya frustasi. Satu ide gila tiba-tiba melintas dalam pikirannya.

"Aku harus melarikan diri! Bagaimana pun caranya aku harus pergi dari sini." Gumam Seyeon sembari bangkit dari tempat tidur. Kakinya melangkah mendekat ke arah pintu. Baru saja Seyeon meraih gagang pintu, kejadian tak mengenakan terjadi. Tertangkap basah.

"Mau kemana, hm?"

Deg!

Tubuh seyeon refleks menegang tanpa diminta.

Tidak. Suara itu lagi.

Langkah Seyeon terhenti tatkala mendengar suara seorang pria dari arah berlawanan. Jantung Seyeon seakan berhenti berdetak. Peluh membanjiri keningnya. Wajahnya pucat pasi. Seyeon meremat kuat kemeja yang terakhir ia kenakan 

"Mengapa tidak berpamitan terlebih dahulu kepada ku?" Seungwoo berjalan dengan santai menghampiri Seyeon.

Gadis itu diam membisu. Sial, ia kalah cepat dengan pria sinting itu. Seyeon memberanikan diri untuk memutar tubuhnya menghadap pria itu. Netra Seyeon menangkap Seungwoo yang tengah menatapnya tajam, ia berpenampilan dengan mengenakan pakaian tanpa berlengan sambil melipat tangannya di dadanya, jangan lupa rambut hitam pekatnya yang masih basah.

ANGEL | HAN SEUNGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang