|5|

1.6K 292 0
                                    

Atsumu dan [Name] telah sampai di kamar penginapan mereka. Keduanya sudah pulang dari pantai sore tadi, karena Atsumu mengajak [Name] berkeliling sebentar. Entah kenapa tujuan asli mereka berubah menjadi 'jalan-jalan dan bersenang-senang', bukan 'memata-matai lalu pulang'. Seharian ini mereka melalui seperti pasangan yang lain, bersenang-senang dan melakukan banyak hal.

[Name] mengeluh, karena kamar yang mereka sewa hanya satu, tetapi Atsumu sudah bilang bahwa ada dua futon di kamar ini dan mereka tak perlu berbagi atau memutuskan siapa yang tidur di futon. Ketika [Name] menatapnya galak dan mempertanyakan kenapa mereka hanya menyewa satu kamar, jawaban dari Atsumu benar-benar membuatnya sakit kepala.

"Kalau kau mendapat kamarmu sendiri, bagaimana jika ada orang lain yang tiba-tiba masuk dan melakukan sesuatu padamu? Aku tidak melakukan apa-apa kepadamu, kau tidak boleh jauh-jauh dariku."

Bisa kalian percaya? [Name] langsung memukulnya dengan bantal, saat jawaban kekanakkan itu terlontar dari mulutnya. Paranoid banget sih nih orang, tak sadar diri lagi, [Name] menggelengkan kepalanya.

"Aku mau ke kantin dulu." [Name] berdiri dari duduknya, setelah mengecek ponselnya yang ia tinggal di tas seharian. Mereka sudah mandi dan berganti pakaian dari penginapan ini, [Name] bersumpah perutnya sekarang mengoceh karena tak diberi makan pemiliknya sedari siang.

Atsumu mengangguk dan ikut berdiri. "Ayo kalau begitu."

"Tidak. Kau di sini saja, biar aku sendiri yang pergi."

"Kenapa seperti itu?" Atsumu menatapnya heran. "Jika ada orang yang menganggumu bagaimana?"

[Name] menghela napasnya dan menggeleng pelan. Dia menatap Atsumu ketus. "Tidak akan. Aku wanita dewasa, aku bisa jaga diri. Sudahlah diam saja di sini dan aku akan membawakanmu makanan!"

Ketika [Name] keluar dari kamar, dia masih bisa mendengar gerutuan dari Atsumu dan mau tak mau membuatnya tersenyum. [Name] menatap ke sekitar, lalu mulai berjalan ke kantin, tapi suara familiar tidak terduga yang baru menyapanya membuatnya menghentikan langkah seketika.

"[Name]!"

[Name] menoleh ke belakang dan jantungnya langsung berontak, begitu melihat sosok yang dikenalnya berdiri di sana. Kakinya mendadak lemas dan rasa laparnya menghilang.

"O-Onii-chan?"

.

Kuroo benar-benar terkejut, ketika mendapati adiknya berada di sini, belum lagi bersama seseorang yang tak terduga dan mereka berdua satu kamar! Kuroo tak yakin yang dihadapinya ini adalah mimpi atau bukan. Dia ada masalah pekerjaan dan membuatnya terpaksa menginap beberapa hari di penginapan ini, namun sepertinya kami-sama memang senang bermain-main dengannya.

"Ada yang bisa menjelaskan, apa yang terjadi sebenarnya?" Kuroo menatap mereka tajam, berusaha memberitahu bahwa ia yang pegang kendali saat ini. Sikapnya persis bapak-bapak garang dan membuat [Name] memutar mata.

"Biar aku yang jelaskan." Atsumu mengambil alih. Dia tahu [Name] tak dapat menjelaskannya dengan baik, karena terlalu bingung.

Atsumu menarik nafasnya, lalu kembali bersuara. "Aku dan [Name] sudah berpacaran sejak dua minggu yang lalu. Kami bertemu di sebuah cafe, mengobrol sejenak dan mulai mencoba berkencan minggu depannya. Aku tak tahu, kau percaya atau tidak, tapi aku dan [Name] benar-benar saling mencintai untuk saat ini. Kami punya persamaan dan tentunya perbedaan juga, tapi kami sama-sama cocok dalam segala hal. Kami tak memberitahu kepada orang lain, karena masih berpikir apa yang ingin kami katakan kepada kau, keluarga [Name] maupun keluargaku."

Kuroo menghela napasnya, ketika Atsumu sudah menjelaskan semuanya dengan benar-benar singkat. "Hanya begitu saja?"

Atsumu dan [Name] mengangguk.

Kuroo menghela napasnya lagi. Sejujurnya dia tidak perlu ikut campur urusan adik sepupunya, toh mereka sudah dewasa dan sudah tahu mana yang benar dan salah. Tapi, ada rasa takut jika pria ini hanya mempermainkan [Name] saja. Well, Kuroo memang sudah melihat pancaran keyakinan di kedua matanya, tapi tetap saja... Kecemasannya masih tak bisa dihilangkan.

"Aku tak ingin menghalangi hubungan kalian." Kuroo akhirnya berseru, berusaha tegas dan menjadi bijak. "Kalian sudah dewasa dan [Name] sendiri pasti sudah tahu mana yang benar dan salah. Tetapi aku ingin bertanya sesuatu hal kepadamu."

Atsumu mengangkat satu alisnya. Tak dapat menebak apa pertanyaan Kuroo.

"Apa kau benar-benar mencintainya dan berjanji tak akan mempermainkannya atau menipunya?"

Atsumu diam, tapi kemudian dia menatap ke arah [Name] dan menatap Kuroo kembali dengan keyakinan yang ada. Senyum khasnya terbit lagi menghiasi wajah. "Aku benar-benar mencintainya, daripada aku mencintai diriku sendiri. Aku tak akan mempermainkannya atau menipunya, perasaanku benar-benar asli dan kau bisa memegang janjiku."

Kuroo mengangguk, ia tak punya pilihan lain sekarang. Sementara [Name], menunduk dan terdiam mendengar kalimat Atsumu, yang membuat jantungnya makin tak karuan.

Summer Holidays | miya atsumu x reader ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang