|1|

3.1K 385 8
                                    

"Aku mau pulang, Tsumu."

[Name] mengambil tasnya, setelah membenarkan pakaiannya dengan benar. Gadis itu menoleh sejenak ke pria yang kini sedang berleha-leha di sofa, lalu mengalihkan pandangannya dan berbalik untuk memakai sepatunya.

Miya Atsumu tak mengatakan apa-apa. Dia hanya melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap langit-langit. Tak ada balasan dari mulutnya, bahkan sampai gadis yang ada di hadapannya tadi telah berjalan menuju pintu rumahnya.

"Aku tak akan datang besok." Sebelum menarik pintu di hadapannya, [Name] kembali bersuara. Ujung matanya melirik sedetik ke Atsumu yang masih tak merespon, dan beralih jatuh ke ujung sepatunya sendiri. "Kau bisa bebas berkencan dengan orang atau makhluk lain selama aku tak ada. Satu yang perlu kau ingat, jangan sampai dia atau orang lain tahu."

Masih tak ada respon.

[Name] menghembuskan napasnya. Tanpa berucap apapun lagi, gadis itu menarik pintu dan pergi dengan cepat. Tak berbalik atau hanya mengucapkan ucapan sampai jumpa, karena [Name] sendiri tahu bahwa kalimat basa-basi itu tak ada gunanya diucapkan kepada seorang Miya Atsumu.

[Fullname] benar-benar tahu, bahwa hubungan mereka hanyalah kepalsuan semata saja. Lalu untuk apa mengucapkannya? Percuma saja, jika kekasihnya itu tak mencintainya atau sebaliknya.

[Name] menggigit bagian bawah bibirnya. Seharusnya dari awal, ia tidak perlu menerima tawaran darinya. Seharusnya [Name] menolaknya atau menendangnya jauh-jauh. Namun mau bagaimana lagi sekarang? Sudah terlanjur dan dia harus menjalani apa yang sudah diputuskannya.

Penyesalan memang selalu datang di saat akhir, benar?

.

Hari ini sungguh panas sekali! Musim panas tahun ini, benar-benar tak segan-segan dan membuat [Name] hampir pingsan, karena suhu panas seperti di neraka ini. Apalagi dengan tiadanya pendingin ruangan di kamar Apartementnya, yang membuat [Name] mandi berkali-kali serta mengipasi dirinya setiap waktu.

Kemarin setelah pulang dari rumah Atsumu, [Name] mendapati pendingin ruangan tersayangnya tak bisa menyala entah karena apa. Alhasil, benda kesayangannya itu kini tergeletak tak berdaya di toko servis dengan jangka waktu yang tak ditentukan. Mendapati kesialan yang menimpanya, [Name] buru-buru membeli kipas angin tradisional yang hanya bisa dibeli dengan sedikit uangnya tadi pagi, demi untuk meredakan panas meski [Name] tahu bahwa sebenarnya tak mempan sama sekali.

[Name] duduk di ruang kerjanya dengan malas-malasan. Tangan kanannya sedang mengipas-ngipasi dirinya sendiri, sementara tangan kirinya menyangga dagunya. Kertas-kertas yang telah ia remuk dan sobek hingga tak berbentuk, tergeletak tak beraturan di meja kerjanya bersama dengan dua pulpen yang sudah habis tintanya.

Ia tak tahan lagi. Suasana pengap dan panas ini sungguh hampir mematikan saraf-saraf otaknya. Jika saja, dia bisa menumpang di tempat kekasihnya, namun [Name] sudah terlanjur bilang bahwa ia tidak akan datang hari ini. Lagipula, hubungan mereka hanya sandiwara saja.

[Name] menghentikan kegiatan mengipasi dirinya sendiri, ketika indra pendengarnya menangkap bunyi bel dibunyikan. Dengan malas, [Name] beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang kerjanya menuju pintu kamar Apartementnya.

"Siapa—" Suara [Name] tertahan, kembali ke tenggorokan, begitu melihat sosok pria tinggi yang berdiri dengan tegap di hadapannya.

Sosok itu tersenyum lebar ke arahnya. Dia membawa dua koper dan berpakaian dengan formal. [Name] benar-benar ingin pingsan sekarang.

"Apa kehadiran saya menganggu?"

"Onii-chan!"

Summer Holidays | miya atsumu x reader ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang