|4|

1.8K 293 1
                                    

[Name] memandang pantulan dirinya sendiri pada kopi panas yang baru dipesannya. Dia terpaksa memesan minuman lagi, karena ajakan ngobrol tiba-tiba dari pria yang duduk di hadapannya. Pria yang sama dengan yang mengobrol kepadanya tadi, namun sayang identitas mereka berbeda.

Tentu saja, karena saat ini [Name] duduk bersama kembaran dari seseorang yang sudah pergi sedari tadi.

"Ada yang bisa kubantu, err—Miya-san?" [Name] menatap sosok helai terang di hadapannya. Menyeruput kopi panasnya sejenak, dalam pikiran menebak-nebak apa yang diinginkan kembaran Osamu dari dirinya.

Atsumu memasang cengiran lebar, sementara tangan sibuk menusuk-nusuk cheesecake. "Apa kau ingin berkencan denganku besok?" Hah? Apa katanya? [Name] benar-benar tak habis pikir dengan perkataannya, cowok ini ngelantur atau bagaimana?

[Name] memasang raut wajah bingung dengan reflek. Dia lalu berdehem sejenak, karena hampir tersedak kopi panas karena pertanyaan yang terlalu mengejutkan ini. Cowok ini mabuk yah? "Maaf Miya-san, tapi aku—"

"Panggil saja Atsumu, jangan Miya-san."

[Name] memandangnya tak percaya, tapi tak urung mengangguk dan mengulangi perkataannya yang terpotong. "Maaf Atsumu-san—"

"Atsumu saja. Jangan pakai suffix-san."

[Name] menghela napas, berusaha sabar karena kalimatnya terus dipotong dari tadi. Dia memandang Atsumu sedikit jengkel dan mengulang kembali perkataannya. "Maaf Atsumu. Tapi saya benar-benar tak mengerti dengan perkataan anda. Kita bahkan belum kenal sama sekali, dan anda mengajak saya kencan? Apa anda waras?"

Atsumu tiba-tiba tertawa dan membuat kepala [Name] pusing seketika. Pria di hadapannya ini jelmaan apa sih? begitulah batinnya menjerit.

"Tidak aku hanya bercanda," ucapnya dengan cengiran lebar, "aku ingin menawarkan kesepakatan kepadamu."

Satu alis [Name] terangkat mendengarnya. Entah kenapa tiba-tiba tertarik dengan kesepakatannya. Dia melipat kedua tangannya di atas meja dan menunggu Atsumu melanjutkan kalimatnya. "Apa itu?"

"Tolong jadi pacar pura-puraku selama liburan musim panas ini!"

.

"[Name] kau masih ingat dengan kesepakatan kita dulu?"

[Name] menatap Atsumu bingung, karena ia tiba-tiba bertanya seperti itu. Mengangguk pelan, hanya itulah jawaban yang diberikannya.

"Jadi kau masih ingat keuntunganku menjadikanmu kekasihku? Keuntungamu? Dan kesepakatan kita yang tak boleh sampai terjadi?"

[Name] lagi-lagi mengangguk. Benaknya terpaksa mengingat memori beberapa minggu yang lalu, obrolan panjang mereka di cafe langganannya. "Kau bilang, kau membutuhkan bantuanku, karena kau harus mendapatkan kekasih selama musim panas dan Ibu serta Ayahmu bahkan mengancam akan menjodohkanmu."

"Memang seperti itu."

"Lalu yang kedua, jika aku menjadi pacar palsumu, kau akan membuatku dekat dengan Osamu. Meski itu cara licik dan aku tak suka, tapi kau tetap bersedia membantuku mencari kesempatan dan berusaha agar Osamu dan pacarnya putus."

"Yang ketiga?"

[Name] meneguk salivanya kasar. Dia masih ingat kesepakatan mereka, namun begitu susah mengucapkannya. Jika dalam versi [Name] dulu mungkin mudah, tapi sekarang hatinya sudah berada di labuhan lain.

"[Name]?" Atsumu memanggilnya, karena tak kunjung menjawab.

"Selama kita pacaran, kita tidak boleh jatuh cinta satu sama lain karena hubungan ini akan berakhir saat musim panas juga berakhir," [Name] tersentak dan berseru dengan cepat. Kemudian, merasa aneh dengan tingkah lakunya sendiri.

Atsumu mangut-mangut dan memasang cengiran lebarnya. Dia menepuk-nepuk kepala [Name] pelan. "Bagus. Kukira kau sudah lupa."

Hening sejenak.

"Atsumu." [Name] menoleh ke arahnya. Kedua mata gadis itu terlihat ragu-ragu.

"Ada apa?" Atsumu bertanya bingung, karena [Name] tiba-tiba memanggilnya.

"Apa jika aku melanggar kesepakatan itu, apa hubungan kita akan langsung berakhir saat ini?"

Summer Holidays | miya atsumu x reader ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang