Singto's POV
Bangkok, Agustus 1965...
"Iya. Baik. Akan saya sampaikan ke tuan Prachaya. Terima kasih sudah menelepon."
Aku menatap sekretarisku dengan tatapan memicing. "Siapa yang menelepon?"
"Oh, tuan Tao dari perusahaan Siam Industries. Beliau meminta saya untuk menyampaikan undangan pernikahan puterinya di Portofino bulan depan."
"Portofino? Italia?"
Sekretarisku mengangguk. "Beliau bilang sudah mengirim undangan lewat pos, tapi kemungkinan baru akan sampai ke Anda besok atau lusa."
"Ah! Baiklah. Ada lagi?"
"Tidak ada. Saya juga hendak menyampaikan kiriman dari redaksi majalah Dionysus yang mengirimkan cetakan untuk edisi mendatang dengan anda sebagai sampulnya."
Aku membuka amplop cokelat besar itu dan melihat sebuah majalah dengan foto diriku dengan setelan cokelat di sampulnya dengan pandangan tak tertarik.
"Terima kasih. Ngomong-ngomong, tolong urus visaku untuk ke Italia bulan depan. Aku akan menghubungi tuan Tao sendiri nanti."
"Baik, tuan. Kalau begitu saya permisi."
"Hm."
Aku kembali memandangi fotoku di sampul majalah itu sepeninggal sekretarisku dan membuangnya ke tong sampah sembari menyandarkan punggungku dan memejamkan mataku sejenak.
Sebelum kau melihat hidupku lebih jauh, izinkan aku untuk memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku Prachaya Ruangroj, kau bisa memanggilku Singto. Usiaku 27 tahun dan saat ini aku adalah pengusaha sukses termuda dalam sejarah perekonomian Thailand.
Aku mewarisi Ruangroj Enterprise dari almarhum kakekku dan memegang bisinisnya di bidang perhotelan dan properti sedangkan ayahku memegang bisnis di bidang restoran dan tempat hiburan.
Bisnis perhotelan dan properti kakekku semakin berkembang pesat sejak berada di bawah kepemimpinanku. Dua bulan lalu kami baru saja meresmikan resort kami di Hawaii dan Bali secara bersamaan.
Target selanjutnya?
Di mana lagi kalau bukan di Portofino!
Sebuah kota kecil di tepi pantai yang lebih mirip surga lengkap dengan segala potensi wisatanya. Siapa yang tidak tergiur mendirikan sebuah resort atau hotel di sana?
Aku lalu memijit beberapa angka untuk menelepon tuan Tao untuk membicarakan rencana kami.
"Halo, paman Tao. Ini aku Sing."
"Ah! Sing, bagaimana? Kata sekretarismu tadi kau sibuk sekali."
"Aku sedang sibuk menangani resort kami yang di Khon Khaen, paman. Oh ya, ngomong-ngomong aku akan datang ke pernikahan P'Chanee bulan depan."
"Ah! Bagus! Dengan itu kita bisa membicarakan rencana kita untuk mendirikan resort di sana sekaligus mengecek lokasi."
"Tentu. Kapan kita akan berangkat ke sana?"
"Bagaimana kalau seminggu sebelum pernikahan Chanee?"
"Aku setuju!"
"Kalau begitu nanti akan paman hubungi lagi."
"Aku tunggu." ucapku lalu menutup telepon.
Aku memutar kursi kerjaku dan melihat pemandangan senja Bangkok dari atas situ. Aku selalu suka pemandangan Bangkok dari tempat ini.
Aku lalu kembali fokus ke meja kerjaku dan mengambil buku "What to Find in Portofino" dan membacanya.
Portofino, aku datang!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found My Love in Portofino
FanfictionAku bertemu dengannya malam itu di pesta dansa musim gugur di sebuah bar tepi pantai di Portofino. Dia dengan setelan kuningnya tampak begitu menyilaukan di antara tamu yang lainnya. Matanya yang berbinar indah bagaikan mentari musim panas seolah me...