2: Benvenuti a Portofino!

352 47 8
                                    

Krist's POV

Malam itu aku duduk di meja rias seperti biasanya dengan P'Arm yang sibuk menata rambutku dan mebubuhkan se-ton glitter ke tubuhku.

"Nah, sudah siap!"

"Terima kasih, phi."

Aku lalu melangkah ke ruang ganti dan memakai kostumku. Kali ini aku menggunakan kostum bertemakan "Egyptian Night" yang membuatku harus mengenakan Thong dan hiasan pinggul berwarna keemasan yang berbunyi begitu nyaring saat aku bergerak, hiasan kepala dan leher yang begitu berat, dan setumpuk gelang emas yang membuatku seperti toko emas berjalan. Bahkan riasan mataku malam ini pun terlihat begitu melelahkan dan norak saking terlalu banyak warna yang P'Arm bubuhkan di kedua mataku.

Aku lalu naik ke atas panggung untuk memberikan pertunjukan spesial bagi seorang klien yang sudah menunggu di ruangan lantai dua. Untuk pesta lajang katanya. Aku yakin sesiapapun yang memesan pertunjukan spesial ini adalah seseorang yang begitu kelebihan uang sampai-sampai ia rela merogoh koceknya hingga dua belas juta baht hanya untuk melihatku menari di hadapan mereka.

Aku lalu membuka tirai itu perlahan setelah musik berirama Timur Tengah terputar. Aku mulai menggerakkan pinggulku mengikuti alunan musik hingga hiasan pinggangku berbunyi seiring dengan gerakan pinggulku.

Aku lalu melangkah menuju seorang perempuan yang sedang duduk di hadapanku dan berbaring di meja dan mulai menggerakkan tubuhku sembari menatapnya dengan tatapan menggoda. Beberapa perempuan muda yang duduk di dekatnya pun mulai meraba tubuhku yang nyaris tak tertutupi apapun.

Pandanganku ke teralih ke seorang pria yang duduk di pojok. Dia pria yang kulihat di sampul majalah itu. Aku tersenyum lalu merangkak menghampirinya dan duduk di pangkuannya. Ia tampak agak terkejut dan hampir saja menumpahkan Champagnenya.

Aku tersenyum dan memainkan jemariku di wajahnya. Pria itu ternyata jauh lebih tampan aslinya ketimbang yang kulihat di sampul majalah atau televisi. Garis rahangnya tegas, bibirnya penuh dengan mata tajam yang bisa membunuh siapapun yang menatapnya. Dan kulit kecokelatan serta rambut yang hitam pekat itu...sial! Aku rela menjual jiwaku kepada iblis demi segala kesempurnaan itu.

Perlahan tanganku lalu bergerak ke dadanya yang sedikit terbuka dan memainkan kerah kemejanya. Aku lalu mengarahkan tangannya untuk menyentuhku. Aku membalik badanku dan menggerakkan tubuhku di atas tubuhnya lalu bangkit untuk menari di hadapannya. Aku tersenyum ketika melihatnya menelan ludahnya diiringi dengan sorakan orang-orang di ruangan itu.

Aku lalu menariknya untuk bangkit dan menari bersamaku. Aku meletakkan tanganku di pundaknya dan mulai meliukkan tubuhku dengan begitu menggoda. Aku lalu meletakkan tangannya di pinggangku dan berbalik untuk menggerakan tubuhku naik turun di hadapannya. Ia lalu menarik tubuhku untuk menghadapnya dan mengangkat sebelah pahaku ke pinggangnya dan mengelus kakiku. Aku menyeringai lalu mendorongnya dan kembali naik ke atas panggung.

Aku lalu memulai pertunjukan utamaku yang biasa kuberikan untuk tamu-tamu spesialku. Aku mulai menggerakkan tubuhku sembari menanggalkan seluruh pakaianku di hadapan mereka.

Aku terus menggerakkan tubuhku hingga musik berakhir dan kemudian memberikan hormat dan kembali ke belakang panggung. Seperti biasa, P'Arm sudah menyambutku dengan sebuah jubah satin merah khas klub kami dan memasangkannya untukku.

"Kit, kau memang selalu tampil luar biasa! Ya ampun, apalagi pria yang tadi. Lihat! Dia sampai melongo begitu sampai-sampai minumannya hampir tumpah!" pujinya. Aku tersenyum.

"Berterima kasihlah pada dirimu sendiri dan pujilah dirimu sendiri, phi. Ini semua berkat kostum buatanmu dan riasan wajahmu. Phi bawa tisu basah? Tanpa bermaksud menyakiti hatimu, aku ingin sekali menghapus riasan ini sejak tadi. Riasan ini berat sekali, phi."

I Found My Love in PortofinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang