Singto's POV
Aku menyesap Cappucinoku sembari menyantap sarapanku di selasar hotel. Aku lalu menghisap rokokku dan menghembuskan asapnya perlahan.
"Ini masih pagi dan phi sudah merusak paru-parumu?"
Aku menoleh ke asal suara itu. Ia lalu duduk di sampingku sembari membawa nampannya. Aku tersenyum dan menyodorkan rokokku kepadanya. "Mau coba?"
Ia menggeleng. "Tidak mau. Bau."
"Jadi aku bau?"
"Bukan phi yang bau, tapi rokoknya yang bau!"
Aku terkekeh dan menghisap rokokku kembali. "Kau ini ada-ada saja."
Ia lalu menyantap roti lapisnya dan menelannya dengan susah payah. "Lagipula aku heran dengan kalian para perokok. Kenapa kalian begitu senang merusak paru-paru dengan benda bau itu?"
Aku mengangkat bahuku. "Entahlah. Hanya terkadang terasa menyenangkan saat melakukannya. Terutama saat kau sedang banyak masalah dan ditemani dengan secangkir kopi atau champagne. Surga dunia!"
Krist hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Terserah! Yang jelas mereka bau dan sebaiknya phi berhenti. Phi masih muda dan sukses. Phi butuh hidup yang lebih panjang untuk bisa menguasai dunia dengan kerajaan bisnismu."
Aku terbahak. "Astaga, Krist! Untuk apa berumur panjang kalau tak ada yang akan datang ke pemakamanku? Teman-temanku pasti juga sudah mati semua."
"Hmm...kalau dipikir-pikir benar juga."
Aku terbahak lalu kembali menyesap Cappucinoku. "Jadi, apa agendamu hari ini?"
"Beli oleh-oleh dan jalan-jalan di dekat dermaga sepertinya. Kalau phi?"
Aku tersenyum. "Aku hanya ingin mengambil beberapa foto saja hari ini. Mau pergi bersama?"
Matanya berbinar. "Boleh?"
Aku mengangguk. "Hm. Aku akan jadi pemandu wisatamu seharian ini?"
"serius?"
"Hm."
Ia tersenyum senang. "Kalau seperti itu biarkan aku menghabiskan sarapanku dulu. Tidak akan lama!"
Aku terkekeh geli dan menggeleng sembari menggigit Frittata dan Focacciaku yang kemudian ditutupin dengan Brioche dan Orange Marmalade dan buah-buahan.
Setelah sarapan dan mengambil kameraku, kami langsung menuju lobby hotel untuk menunggu seorang pertugas parkir membawa mobilku ke depan. Tak lama kemudian, sebuah mobil Bugatti type 252 biru pun tiba di lobby. Petugas parkir itu lalu membukakan pintu untukku dan aku menaiki kursi kemudi mobil itu. Krist menatap mobil itu dengan takjub sebelum akhirnya masuk dan duduk di kursi penumpang.
"Kau suka mobilnya?"
Ia mengangguk sembari mengusap interior mobil. "Ini keren!"
Aku tersenyum. "Apa kita sudah bisa memulai perjalanan kita sekarang?"
Ia mengangguk dengan girang dan aku pun mulai menjalankan mobilku meninggalkan halaman hotel.
Ia bernyanyi riang sepanjang perjalan sembari melihat pemandangan di sekitarnya dengan senyum riang yang tak pernah lepas dari wajahnya barang sedetik pun.
Aku tersenyum menatapnya. "Sepertinya sedang bahagia sekali."
Ia terkekeh. "Terlihat ya? Akhirnya aku jalan-jalan keliling Portofino juga! Aku tidak sabar ingin jalan-jalan di sekitaran dermaga."
Aku tersenyum dan terus memacu mobilku ditemani dengan nyanyian riangnya, teriknya sinar mentari pagi, dan angin musim gugur yang sepoi-sepoi.
🐬🍷🍷🍷🍷🍷🐚🐚🐚🐚🐚🐬
![](https://img.wattpad.com/cover/197219159-288-k661060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found My Love in Portofino
Fiksi PenggemarAku bertemu dengannya malam itu di pesta dansa musim gugur di sebuah bar tepi pantai di Portofino. Dia dengan setelan kuningnya tampak begitu menyilaukan di antara tamu yang lainnya. Matanya yang berbinar indah bagaikan mentari musim panas seolah me...