Bab 4

1.3K 123 19
                                    

"Hidup ini abu-abu, tidak ada yang benar-benar putih, tidak ada yang benar-benar hitam."

-Mlyftr96-

●●●

DEWA berpikir keras bagaimana caranya dia menerima tantangan Kean, sementara kakinya saja belum bisa jalan dengan sempurna. Jangankan jalan, untuk bawa motor pun akan terasa nyeri. Ke apartemen Aleena saja tadi dia naik taksi.

Namun, di sisi lain dia tidak mau Disa kenapa-napa, setidaknya dia harus dilindungi dari laki-laki seperti Kean.

Tanpa tunggu lama, Dewa langsung mengambil kunci motor di atas meja belajarnya dan meraih jaket kulit, lalu keluar kamar menggunakan alat penyangga.

Dengan pelan dia menuruni anak tangga, dan berpapasan dengan asisten rumah tangganya, Lastri.

"Mas Dewa, mau ke mana malam-malam?"

"Keluar, Mbak."

"Tapi, Mas. Kan kakinya lagi sakit, istirahat aja."

Dewa tersenyum simpul. "Nggak apa-apa, aku strong, kok."

Dewa langsung ke garasi, dengan menahan rasa nyeri dia menyimpan alat penyangganya, lalu naik ke motor dengan pelan.

"Astaga kaki, jangan sakit dulu."

Sepanjang jalan Dewa berusaha menahan rasa sakitnya, apalagi motor yang dia tumpangi adalah motor gede yang bukan matic.

Lima menit sebelum balapan, Dewa sampai di sirkuit. Dia menatap Kean yang tersenyum ke arahnya, Dewa tahu itu senyum meremehkan.

"Gue kira lo nggak datang." Kean menatap kaki Dewa, "yakin mau balapaan? Lo kan pincang!"

Dewa mengembuskan napasnya. "Nggak usah bacot, mending sekarang kita balapan."

Mereka pun mulai mengambil posisi, dan wasit memberi aba-aba agar pertandingan itu segera dimulai.

"1 ... 2 ... 3 ... Go!"

Dewa dan Kean saling mempercepat laju motornya, berbeda dengan Kean yang semakin di depan, sementara Dewa masih di belakang sambil menahan rasa nyeri yang kian menggebu.

Namun, Dewa tidak ingin kalah, dia semakin mempercepat laju motor, meski kakinya semakin sakit dan tidak bisa dikendalikan lagi.

"Aduhhhh sakit kaki gue!" Dewa menutup matanya untuk menahan rasa sakit, tapi tanpa dia sadari, motornya menabrak trotoar dan dia pun terjatuh, butuhnya terpental ke aspal dan motor meniban kakinya.

Jalanan di sini memang sepi, jarang ada kendaraan yang lewat makanya cocok untuk balapan. Dewa berusaha merogoh ponsel di saku celananya.

Jarinya mencari kontak Davin, saat ini yang bisa menolongnya hanya temannya itu.

"Halo, Wa." Terdengar suara Davin yang setengah sadar, "gue lagi tidur lo telepon, Bambang."

Dewa memejamkan matanya. "Vin, gue kecelakaan, lo datang ke sini, gue shareloc."

"Wa ... "

Belum sempat Davin melanjutkan omongannya, Dewa langsung mematikan sambungan itu, lalu membagikan lokasinya melalui aplikasi WhatsApp ke Davin.

Beberapa menit kemudian Kean muncul, dia memperhatikan kaki Dewa yang tertiban motor. Akhirnya dia pun mengangkat motor agar berdiri tegak, ternyata Kean masih memiliki sisi baik.

Kean jongkok, lalu menatap Dewa yang sedang menahan sakit. "Wa, sebenarnya gue cuma tes lo doang sih, lo masih peduli apa enggak ke Disa." Kean menepuk pundak Dewa, "dan gue salut ke lo, dengan keadaan kaki lo yang sakit, lo terima tantangan gue."

Dewa hanya bergeming.

"Akhirnya sekarang gue nggak perlu takut untuk ninggalin Disa, karena ada lo yang bakal jagain dia."

Dewa tidak peduli dengan semua omongan Kean, yang dia peduliin saat ini adalah kakinya benar-benar sakit.

"Disa gue balikin ke lo, Wa. Bukan karena gue nggak sayang dia, bukan karena gue nggak dapat apa-apa dari dia." Kean menjeda kalimatnya, "tapi gue bakal pergi ke luar negeri buat bantuin bisnis bokap, gue nggak mungkin LDR, jadi gue izinin lo buat miliki Disa."

Otak Dewa lama mencerna setiap rentetan kata yang keluar dari mulut Kean.

"Intinya apa?"

"Gue sengaja tes lo, dan lo lolos tes. Disa buat lo." Kean beranjak dari tempatnya, "yaudah gue balik. Semoga kaki lo cepat sembuh."

Kean pun menyalakan mesin motornya, dan meninggalkan Dewa yang masih menahan nyeri, tanpa inisiatif membawanya ke rumah sakit.

●●●

Lastri terjaga dari tidurnya saat mendengar ada bunyi telepon rumah, dia pun keluar dari kamarnya dan menerima panggilan tersebut.

"Halo," sapa Lastri.

"Mbak, ini Davin. Cuma mau kasih tahu, kalau Dewa kecelakaan. Bye." Sambungan pun terputus.

Lastri duduk di sofa ruang tamu untuk menunggu Nando. Sudah menunjukkan jam dua belas malam, tapi belum ada tanda-tanda mobil Nando masuk ke pekarangan.

Baru saja Lastri ingin ke dapur untuk mengambil minum, tiba-tiba suara mobil terdengar, akhirnya Lastri mengurungkan niatnya.

"Tumben belum tidur, Mbak?" tanya Nando saat dia sudah masuk ke rumah.

Lastri menatap majikannya itu dengan perasaan takut karena mungkin apa yang dia sampaikan bukan sesuatu yang ingin Nando ketahui.

"Mas Dewa kecelakaan, Pak."

"Oh," ujarnya dengan santai, lalu berjalan ke kamarnya tanpa rasa peduli terhadap keadaan Dewa.

Sabar ya, Mas. Semoga suatu saat nanti Pak Nando bisa menyayangi Mas Dewa dengan tulus.

●●●

Dewa abis jatuh dari tangga, sekarang jatuh dari motor, mending jatuh hati aja enak.

Jangan lupa vote dan comment

Follow juga akun pribadiku Mlyftr96

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang