Sebuah rasa peduli

2.9K 268 15
                                    

Paris tidak pernah bertanya tentang penyakit apa yang membuat mamahnya meninggal, Bukan karna ia tidak ingin tau, namun ia terlalu takut untuk mengetahuinya

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Risa menahan semua rasa sakit itu seorang diri, setelah bagaimana dirinya di lahirkan dengan susah payah, wanita itu harus kembali berjuang dengan penyakit yang akhirnya merenggut nyawanya.

Kadang paris pernah berharap jika ia pun bisa merasakan sakit yang sama seperti apa yang di rasakan oleh Risa, mungkin dengan cara itulah ia bisa membalas semua jasanya secara tidak langsung atas semua pengorbanan yang telah ibunya berikan.

  Frans sama sekali tidak beranjak dari tempatnya ia terduduk, ia setia menunggu anak semata wayangnya itu untuk membuka kelopak matanya

Setelah ia memeriksa dan menemukan jika di tubuh anaknya terdapat bakteri heliconacter pylori yang menyebabkan infeksi pada lambungnya, Ia merasa sangat gagal menjadi seorang ayah dan juga dokter yang tidak berguna untuk paris.

Sedangkan fernand masih terdiam di sofa pojok ruangan, ia masih berfikir kenapa keponakannya itu pingsan secara tiba2 padahal tadi pagi ia sangat bersemangat menghujatnya, apakah ini yang di namakan karma? Tapi jika prediksi, dosa dirinya lebih banyak daripada paris

"Apa gigitan gue mengandung racun ya sampe bikin tuhh anak ambruk kek gitu?" Pikir fernand heran yang sama sekali tidak mengerti dengan semuanya

"Fer? Gue titip paris ya, mau keruangan dulu bentar"

Fernand mengambil alih tempat duduk frans di samping paris setelah kakak kandungnya itu keluar. jika di lihat lebih dekat anak itu manis juga, bahkan lebih tampan dari frans dan juga dirinya. Jika saja keponakannya ini tidak menyebalkan, mungkin ia akan memberikan semua rasa kasih sayang sepenuhnya pada paris seperti apa yang di lakukan oleh frans.

"Kok ngedadak gue bisa liat setan ya??" Celetuk paris tiba2 yang membuat fernand tersentak

"Aku sungguh terkedjoet saat melihat wajah mu yang hampir mirip setan alam kubur"

"Lagi sakit aja tetep ngeselin, mendingan lo taubat nasuha deh biar sadar kalo yang bikin lo kek gini tuh kebanyakan dosa" Pesan fernand dengan wajah kesalnya

"Yang bikin gue kek gini tuhh gigitan lo, bukan dosa"

"Yaudah sini gue gigit lagi, siapa tau bisa langsung bikin rabies"

"Ogahh!" Ucapnya sambil menjauhkan wajah fernand dari tangannya yang terbebas dari infus

Dengan jahilnya, fernand malah mencium tangan paris dengan bertubi2 yang membuat si empunya berteriak histeris

"Jijik., najis mugholadzoh. Ngebersihinnya ribet harus pake air tujuh sumur sama kembang tujuh rupa biar bau mulut lo bisa langsung musnah" Cerocosnya sambil mengelap2 tangannya menggunakan selimut, sedangkan fernand malah tertawa puas

"Ehh minta apelnya dong, boleh? Tadi makanan gue belum abis lohh padahal, tapi langsung ke buru pergi. Sayang banget tuhh makanan pasti saat ini lagi nangis kejer2 karna gak gue abisin" Ucap fernand sambil menggigit apel berwarna merah itu yang ia ambil di atas nakas

"Yaudah balik lagi aja sana, makan tuh maruga udon yang berkuah air comberan"

"Sehat sakit gak ada bedanya, heran"

"Ehh udah bangun?? Ada yang sakit hm?" Tanya frans yang baru saja datang dan langsung mengecup kepala paris lembut

"Paris mau apa?" Tanyanya lagi

"Mau pulang, gak mau disini"

"Iya nanti kalo infusan nya udah abis kita pulang, sekarang paris istirahat lagi aja ya"

P 🗼 R I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang