The bestie

3.2K 317 59
                                    

Tidak banyak yang berubah dari kehidupan paris setelah penyakit itu bersarang dalam tubuhnya. Hanya saja sikap frans yang menjadi lebih protective dalam segala hal, walaupun terkadang merasa sedikit risih tapi paris mencoba untuk menikmatinya.

Seperti sekarang, setelah frans memasak untuk sarapan paris dan membuatkannya bekal, ia tidak lupa mengingatkan anak sewata wayangnya itu untuk meminum obat. Lalu mengantarnya ke sekolah dengan di iringi celotehannya sepanjang jalan.

"Pokoknya gak ada cape2, bekalnya harus di makan, jangan jajan sembarangan, kalo sakit langsung ke uks jangan nunggu tumbangnya, kalo ada apa2 harus cepet ngabarin papah, ngerti?"

Paris menganggukkan kepalanya pelan. bukan karna malas menjawab tapi ia masih sibuk menyedot susu bear brandnya yang entah kenapa tidak habis2.

Jika saja hari ini bukan penilaian tengah semester, frans pasti akan melarang paris dengan keras untuk tidak masuk sekolah dan menyuruhnya untuk istirahat di rumah. Tapi karna paris kekeh ingin mengikuti PTS itu, jadi ia mengijinkannya dengan berat hati

"Sekarang pulang jam berapa?" Tanya frans saat paris melepaskan seatbeltnya

"Dua belas kek nya. Cuma tiga pelajaran doang"

"Okeh, papah bakal jemput kamu sebelum kelas bubaran"

"Emangnya gak sibuk?"

Frans terdiam sejenak, ada sedikit rasa sesak yang merasuki hatinya saat mendengar pertanyaan itu. Ia merasa sangat malu karna slalu memberikan waktu sisa untuk anaknya saat itu.

"Mulai saat ini, papah punya banyak waktu buat kamu" Balasnya sambil mengusap surai hitam itu dengan lembut

Paris tersenyum lalu mulai menyalami tangan frans lalu menciumnya "Makasih udah jadi papah yang paling sempurna di dunia ini"

Dan, untuk kesemiliaran kalinya frans kembali bersyukur dengan sangat karna telah di anugerahi anak seperti paris. Hadiah terindah yang  pernah tuhan berikan padanya.

🗼🗼🗼

Setelah berhadapan dengan beberapa lembaran kertas yang di penuhi dengan pertanyaan itu, akhirnya paris dapat menyelesaikannya dengan baik. Walaupun ada sebagian soal yang ia jawab dengan asal2an, namun ia tidak peduli. Ia hanya tidak ingin memaksa otaknya untuk bekerja lebih keras lagi dengan mengingat berbagai materi yang pernah singgah dalam ingatannya.

"Tumben bekal makan, belajar hemat lo ya?" Tanya sakti saat melihat kotak nasi berwarna hitam itu terletak di atas meja setelah paris mengeluarkannya dalam tas

Paris mengangguk pelan "Hemat pangkal pandai"

"Sama dong" Balasnya sambil menyengir lalu mengeluarkan bekalnya

"Bekal sama apa btw?? Wihh lagi diet lu makan nasi merah?? Sama bayam lagi. Sehat sekali makanan mu nak" Ucap sakti sambil menggeleng2kan kepala

"Itu apaan dihh? Geunyang-geunyang kek lagu serendipity nya jimin" Ucap paris saat melihat isi bekal sakti

"Ini tuh kulit sapi, kalo ini jamur"

"Lo bosen idup ya? Sampe bunuh diri dengan cara santuy kek gini. Jamur itu racun dunia sak, kalo lo koid gue gak mau jadi saksi ya"

"Yang ini mah beda, jamurnya sehat wal'afiat lahir dan batin. Lo kampungan banget jadi orang"

"Di prancis gak ada yang kayak gitu lohh" Ucap paris sambil menahan tawa

"Iya iya tau, gue yang kampungan karna makannya kek ginian"

Paris tertawa, menistakan sakti adalah kesukaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

P 🗼 R I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang