Let's Fighting

2.7K 275 31
                                    

"Kanker pankreas. Dan sekarang sudah memasuki tingkat lokal lanjut. Itu artinya kanker telah menyebar dari pankreas untuk melibatkan pembuluh darah atau organ di dekatnya dengan perluasan secara langsung"

Frans mengusap wajahnya kasar saat ucapan itu kembali terngiang dalam pikirannya. Hasil tes pemeriksaan computed tomografi abdomen sudah keluar satu jam yang lalu. Dan peruturan Satya -dokter spesialis Gastroenterologi dan hepotologi sekaligus sahabatnya itu seketika membuat dunianya runtuh dalam seperkian detik.

Untuk saat ini saja, bolehkah frans merasa lemah? Ia tidak bisa lagi menahan air matanya untuk keluar. Ia sungguh tidak kuat dengan cobaan yang paling menyakitkan seperti ini. Rasanya jauh lebih sakit dari hal apapun yang pernah frans rasakan dari ujian sebelum-sebelumnya.

Di sisi lain, fernand berjalan dengan santainya di sepanjang koridor rumah sakit dengan tatapan yang tidak bisa berhenti pada satu arah. Hingga manik hitam itu terhenti pada seseorang yang sedang terduduk di depan ruangan bernomor 206.

"Astagfirullah itu muka buluk amat, gak pernah skincare.an apa??" Tanyanya saat melihat wajah frans yang hampir mirip seperti bungkus gorengan

"Lahh malah mewek, pantesan si paris baperan ternyata turunan dari lo"

"Paris sakit fer" Lirih frans dengan suara bergetar

"Tau, kan semalam gue nonton pertunjukannya secara live, makannya gue kesini mau jengukin si ponakan yang entah kenapa ngangenin banget hari ini"

Tangisan frans semakin pecah sambil meremas berkas berwarna coklat yang ada di genggamannya. Ia mengacak rambutnya frustasi yang membuat fernand ngeri sendiri

"Bang?? Lo.., gak ke rasukankan ya??" Tanya fernand ragu sambil menggoyangkan bahu kakaknya pelan

"Kanker pankreas"

"Hahh?? Apaan? Akar keras? Ngomong yang jelas lah, gak paham gue"

Bukannya menjawab, frans malah memberikan berkas itu pada fernand agar bisa mengetahuinya secara jelas

Dengan cepat, fernand pun langsung membuka nya. Bibir dan arah matanya terus bekerja hingga tatapannya terkunci pada sebuah kata yang membuat jantungnya terasa lepas dari tempatnya.

"Ini..., bukan punya pariskan?" Tanya fernand tak percaya

Frans tidak menjawab, kepalanya masih menunduk dalam. Mencoba untuk memikirkan apa yang terjadi dan menerima semua kenyataan pahit ini

"Gue gak tau harus gimana ngasih tau ke paris soal ini" Ucap frans yang mulai bersikap tenang dengan menyandarkan punggungnya pada kursi

Kini giliran fernand yang mengusap wajahnya kasar. Ia pikir ini hanyalah sebuah tipu daya frans untuk mngejutkannya. Namun setelah di pikir2 hari ini bukanlah ulangtahunnya.

"Kenapa harus gini sihh bang? Kenapa harus paris? Kenapa gak gue aja yang dosanya lebih banyak??"

Frans menoleh, melihat fernand yang sudah mulai terisak. Ia menarik adiknya itu ke dalam pelukannya dan mengusapnya dengan lembut

"Tolong yakinin gue kalo semuanya bakal baik2 aja fer. Please, Kita harus lebih kuat dari paris"

Nyatanya, dunia memang senang mempercundangi.

🗼🗼🗼

Paris terdiam, lidahnya seolah kelu untuk berbicara sepatah katapun. Jantungnya terasa berdetak lebih keras saat peruturan sang ayah menusuk indra pendengarannya.

Ia menunduk, membuang nafasnya secara perlahan lalu memberikan senyuman manisnya pada frans yang menggenggam tangannya erat sedari tadi

P 🗼 R I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang