Part 4

9K 917 48
                                    

Sakura nampak sibuk mengoreskan tinta pulpen yang ia pegang ke sebuah kertas di atas mejanya, ia berusaha menulikan pendengarannya dari suara cempreng seorang gadis dalam ruangannya yang sudah hampir 3 jam tak kunjung berhenti berceloteh ria sampai rasanya kuping Sakura terasa panas.

Uzumaki Karin, sahabat baiknya itu datang lalu mengomelinya perihal ia yang berniat membantu keluarga Uchiha. Entah darimana gadis bersurai merah darah itu bisa tahu. Sejujurnya Karin tak masalah jika Sakura hendak membantu Sasuke untuk memulihkan ingatannya hanya saja ia tak suka jika Sakura nantinya akan berdekatan dengan keluarga Uchiha terutama Ibu Sasuke dan Hinata. Karin membenci dua orang wanita itu, dua orang yang sama-sama hidup dengan cara yang angkuh dan sombong terutama Hinata, orang paling munafik yang pernah Karin temui bahkan rasanya Karin ingin sekali menghancurkan kehidupan wanita picik itu namun Sakura terus melarangnya.

Karin tiba-tiba terdiam membuat Sakura menatapnya dengan alis yang terangkat, sedikit aneh ketika Karin tiba-tiba terdiam.

"Apa Kau tak berpikiran yang sama denganku?" tanya Karin sementara Sakura hanya terdiam seolah ingin mendengarkan kelanjutan ucapan Karin.

"Sasuke amnesia dan yang ia ingat hanyalah Kau, kupikir apa yang terjadi di antara kalian seperti benang merah. Takdir benar-benar ingin mempersatukan kalian, aku tahu kalian itu benar-benar jodoh!!" ucap Karin dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Sudut bibir Sakura terangkat sedikit, ia berharap apa yang dikatakan oleh Karin adalah kenyataan tapi ia terlalu takut berharap pada sesuatu yang tidak pasti. Senyum Sakura menghilang ketika ia teringat bahwasannya Sasuke dan Hinata sudah memiliki seorang anak.

"Aku tak mungkin bersamanya, tidak untuk menghancurkan masa depan anaknya," ucap Sakura dengan suara datarnya membuat Karin memutar bola matanya.

"Kau sungguh berpikir anak itu anak Sasuke? Ayolah, Kau tahu betapa picik wanita itu! Bisa saja itu anak pria lain, anak itu tak ada mirip-miripnya dengan Sasuke!" seru Karin sambil melipat tangannya didepan dada. Sakura hanya terdiam membenarkan ucapan Karin dalam hati, kebanyakan ucapan Karin ada benarnya karena ia termasuk seseorang yang berpikir rasional.

"Kau lupa? Sasuke pernah bersumpah padamu, dia tak akan pernah meniduri perempuan selain dirimu. Lagipula Pernikahan itu terpaksa karena ulah wanita picik itu!! Aku benar-benar benci wajah angkuhnya ketika ia membawa orang-orang ke dalam gereja lalu menghancurkan acara pernikahan kalian padahal Kau dan Sasuke sudah di altar dan siap bersumpah," ucap Karin membuat kenangan lama berputar di benak Sakura.

"Harusnya kalian bahagia bersama Suho dan Sakka!" lanjut Karin dengan kesalnya.

"Sudahlah Karin, takdir yang membawa aku pada titik ini," ucap Sakura dengan suara yang ia buat setenang mungkin.

"Ya dan aku percaya Kau dan Sasuke memang ditakdirkan bersama, seperti apa pun orang ingin memisahkan kalian, aku tahu takdir selalu punya cara untuk menyatukan kalian," ucap Karin dengan suara pelannya. Sakura terdiam, matanya nampak berkaca-kaca. Sakura berharap apa yang dikatakan Karin benar-benar terjadi karena kenyataannya Sasuke tak pernah hilang dari hatinya. Sakura mencintai Sasuke dan Sasuke mencintai Sakura, hampir semua orang tahu itu, tak ada orang yang bisa memungkiri hal itu.

"Sakura saat ini Kau ada di puncaknya maka ayo buat mereka merasakan sakit yang Kau rasakan dulu. Roda sudah berputar, dulu mereka menginjak harga dirimu maka sekarang saatnya Kau menginjak harga diri mereka!" ucap Karin mencengkram erat bahu Sakura seolah memberikan keyakinannya pada Sakura.

"Aku tak ingin menghancurkan siapa pun," jawab Sakura membuat Karin mendecih pelan lalu melepaskan cengkramannya. Hal yang paling Karin benci dari Sakura adalah wanita itu terlalu baik, ia tak pernah berniat jahat pada seseorang yang berbuat jahat padanya.

"Kau tahu, baik dan bodoh itu beda tipis," ucap Karin membuat Sakura mendengus pelan.

"Kau harus melawan Sakura, jika tidak mereka akan terus seperti itu. Seenaknya mempermainkan hidup seseorang, bagaimana jika setelah Kau malah ada lagi orang yang mereka perlakukan sama sepertimu dulu?" tanya Karin membuat Sakura menatapnya tanpa suara.

"Aku tahu Kau gadis baik dan karena itu lah Sasuke sangat mencintaimu Sakura, tapi kita harus menyelesaikan semua ini. Aku tahu Kau ingin melupakan apa yang terjadi di masa lalu tapi Kau tak bisa mengabaikannya begitu saja," lanjut Karin masih membuat Sakura terdiam.

"Angkat kepalamu Sakura, sadarlah Kau adalah Haruno Sakura CEO HCB Corp. perempuan paling diincar di negeri ini!!" ucap Karin meninggikan intonasi suaranya.

Sakura dan Karin menoleh secara bersamaan ketika pintu ruangan itu terbuka hingga mereka melihat sosok Rei Gaara yang langsung duduk di sofa tanpa dipersilahkan. Sakura nampak acuh, sudah terbiasa dengan sikap tak sopan sahabatnya itu. Baik Karin maupun Gaara sama saja, mereka selalu saja seenaknya dan Sakura terlalu malas untuk menegur.

"Ada apa? Suara Karin sampai terdengar di luar sana," tanya Gaara sambil membuka minuman soda yang ada di meja.

"Sakura berniat membantu memulihkan ingatan Sasuke yang mengalami amnesia," cerita singkat Karin membuat Gaara mengangguk pelan.

"Itu terdengar bagus, sesama umat manusia kita memang harus saling tolong menolong," sahut Gaara membuat Karin tersenyum senang.

"Itu berarti Kau setuju jika Sakura menghancurkan Hyuga Hinata dan Uchiha Mikoto bukan?" tanya Karin dengan seringainya yang nampak tak mau menyebut marga Uchiha pada nama Hinata. Mendengar ucapan Karin, Gaara pun menyemburkan minumannya lalu menatap Karin dengan tatapan tajam.

"Dengar, aku tidak akan pernah setuju jika kita, baik itu Kau, aku ataupun Sakura melakukan kejahatan," ucap Gaara dengan suara tegasnya membuat Karin memutar bola matanya.

"Ohh astaga, kenapa aku harus dikelilingi oleh orang-orang terlalu suci seperti kalian," ucap Karin sambil menyambar tasnya.

"Aku pergi," ucap Karin keluar dari ruangan Sakura, sebelum ia mendengar lebih banyak nasehat bijak dari Gaara. Gaara memang sosok yang bijak, sangkin bijaknya Karin merasa bahwa Gaara lebih cocok menjadi seorang pendeta dibandingkan menjadi CEO.

"Apa-apaan dia itu? Apa aku bicara sesuatu yang salah?" tanya Gaara sambil menatap Sakura penuh tanya. Sakura mendengus geli melihat ekspresi Gaara yang nampak kebingungan membuat ia merasa terhibur.

"Abaikan saja" Ucap Sakura membuat Gaara mengangguk mantap.

"Kurasa ia benar-benar harus menikah atau setidaknya berkencan. Ia nampak depresi karena menjadi gadis tua," ucap Gaara membuat Sakura tak kuasa menahan senyum gelinya.

"Bicara soal menikah bukankah ka-" "Ohh tidak!! Anak-anakku!!!" pekik Gaara memotong ucapan Sakura yang langsung berlarian keluar dari ruangan itu. Gaara sepertinya lupa menjemput anak-anaknya pulang sekolah, pria itu memang kadang menjadi pelupa beruntung ia menikah dengan Matsuri yang selalu mengingatkannya tentang banyak hal. Sakura nampak tersenyum tipis merasa beruntung memiliki sahabat yang selalu mendukung dan memberikan beberapa kelucuan kecil namun sangat berarti di hatinya.

I Still Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang