"Sasuke aku t-takut."
"Percayalah aku bersamamu, aku mencintaimu."
"Aku tahu, apa Kau yakin melakukan ini?"
"Tentu saja, tenang dan tidur Sakura."
"Aku takut, bagaimana jika ketika aku bangun Kau tak ada? Bagaimana jika Ibumu membawamu pergi ketika aku tertidur."
"Peluk aku dan jangan pernah lepaskan aku Sakura."
"Aku tak akan pernah melepaskanmu Sasuke."
"Aku juga Sakura, Kau milikku Sakura selamanya"
Sakura membuka matanya, kenangan itu kembali terulang dibenaknya saat dimana ia begitu ketakutan kehilangan Sasuke. Sakura melirik jam yang berada di atas nakasnya, ia beranjak dari ranjangnya lalu segera keluar dari kamarnya, ia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air mineral. Sakura mendudukkan dirinya di meja makan, bibirnya nampak bergetar dan isakan kecil keluar dari bibirnya hingga tak lama setetes air mata sukses meluncur dari pelupuk matanya.
"Sasuke hikss... hiksss..."
"Aku m-merindukanmu hikss... aku ingin hiksss... b-bersamamu hiksss... hiksss... seperti d-dulu!"
Suho kecil nampak mengintip dari kejauhan, ia merasakan kesedihan yang dialami mamanya membuat ia ikutan meneteskan air mata. Air mata Sakura adalah luka di hatinya, Suho tak suka melihat Sakura menangis, ia ingin selalu melihat mamanya tersenyum bahagia.
Gaara dan Karin sedikit banyak bercerita tentang kisah cinta Sasuke dan Sakura kepada Suho hingga bocah 6 tahun itu bisa memahami kesulitan yang dialami Mamanya. Suho tak mengerti kenapa orang-orang begitu jahat pada mamanya padahal mamanya adalah orang baik.
Suho ingin membantu Mamanya melewati masa-masa sulit tapi ia bisa apa? Ia hanya anak ingusan yang baru berusia 6 tahun. Disekatnya air mata di pipinya seraya memasang senyum terbaiknya, dihampirinya Sakura yang belum menyadari keberadaannya hingga Suho duduk di sampingnya. Sakura tersentak kaget ketika tangan mungil Suho menyentuh pipinya, mengusap pelan air mata di wajahnya dengan senyum bak malaikat yang menggetarkan hati.
"Mama kenapa menangis? Apa Suho dan Sakka berbuat nakal hingga Mama menangis? Maafkan kami,” ucap Suho seolah ia tak tahu hal apa yang membuat sang mama menangis. Sakura terkekeh pelan seraya mengusap kepala merah muda putra sulungnya itu pelan.
"Suho dan Sakka anak baik,” ucap Sakura hingga Suho mengedipkan matanya lucu.
"Kalau begitu Mama jangan menangis,” pinta Suho membuat Sakura menganggukan kepalanya pelan.
"Kalau begitu maafkan Mama karena sudah menangis,” ucap Sakura hingga ia mengetuk kening Suho dengan dua jarinya, sebuah kebiasaan yang sering Sasuke lakukan padanya.
"Suho dan Sakka sangat menyayangi Mama,” ucap Suho dengan senyum hangatnya membuat hati Sakura menghangat.
"Dan Mama juga sangat mencintai kalian,” ucap Sakura dengan senyum tulusnya.
"Kalau begitu, sekarang saatnya Mama kembali ke kamar dan tidur. Ini masih malam, Mama harus istirahat,” ucap Suho membuat Sakura terkekeh pelan.
"Bagaimana denganmu hm?” tanya Sakura sambil mengacak gemas kepala merah muda Suho.
"Suho harus ke toilet Mah,” ucap Suho membuat Sakura mengangguk pelan.
"Kalau begitu Mama akan kembali ke kamar. Setelah dari kamar mandi, kembali ke kamarmu dan pergi tidur,” pamit Sakura membuat Suho mengangguk pelan. Sakura pun mencium kening Suho sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan bocah berusia 6 tahun itu sendirian di dapur.
Suho kembali meneteskan air matanya dengan senyum yang masih melekat di wajahnya, umurnya bahkan baru 6 tahun namun nampaknya ia sudah pandai berakting dihadapan mamanya tapi Suho bisa apa? Hanya ini yang bisa ia lakukan saat ini.
"Andai Papa di sini, pasti Mama tidak akan menangis,” ucap Suho dengan suara yang terdengar penuh dengan harapan. Suho menyadari bahwasannya bukan hanya ia terluka dengan keadaan keluarganya yang seperti itu, mamanya jauh lebih terluka walaupun di lubuk hatinya ia sangat menginginkan punya keluarga yang untuh.
Kadang Suho iri pada teman-temannya yang bisa bermain bersama ayah dan ibunya tapi ia bisa apa? Tuhan sudah menakdirkan hidupnya yang seperti ini dan ia tetap bersyukur karena ia tahu ada hikmah dibalik semua ini, ia percaya rencana Tuhan adalah rencana yang terbaik. Suho percaya suatu saat nanti ia bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh teman-temannya, tinggal di dalam sebuah rumah yang hangat dengan Papa, Mama dan Sakka.
Suho sadar ia anak yang nakal, ia sering membuat mamanya marah walaupun tak separah Sakka namun ia berharap agar tuhan berbaik hati dan mengabulkan permohonannya, sebuah permohonan dari anak 6 tahun yang ingin hidup bahagia dengan keluarga yang utuh. Baginya tak masalah jika papanya tak menerima kehadirannya asal mamanya tak menangis di tengah malam lagi, itu sudah lebih dari cukup baginya karena kebahagiaan mamanya adalah segalanya dalam hidupnya.
Suho menyekat air mata di pipinya hingga kaki mungilnya kembali menapak pada lantai yang dingin, ia lupa mengenakan sendal rumahnya. Kaki mungilnya berjalan pelan menyusuri jalanan kembali menuju kamarnya dan adiknya hingga ketika ia sampai kembali di kamarnya, ia melihat adiknya nampak hendak turun dari ranjang.
"Kau mau kemana Adik?” tanya Suho membuat Sakka menoleh dengan wajah mengantuknya.
"Saat tertidur aku merasa tak nyaman, aku merasa Kau sedang menangis Kakak dan saat aku terbangun Kau tak ada di sampingku jadi aku berniat mencarimu Kak,” cerita Sakka dengan suara kantuk setengah sadarnya. Mungkin karena anak kembar Sakka jadi bisa merasakan apa yang Suho rasakan termasuk kesedihannya.
"Aku sudah di sini, jadi ayo kembali tidur adik. Ini masih malam,” ucap Suho kembali naik ke atas ranjang.
"Hoammm... Kau benar Kakak, ini masih malam dan aku masih mengantuk,” ucap Sakka sambil menguap lebar.
Sakka kembali membaringkan tubuhnya, Suho pun mengusap pelan rambut hitam kelam milik adiknya itu hingga ia mendengar dengkuran halus dari bibir Sakka yang nampak terbuka lucu. Suho membaringkan tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya, ia masih terjaga dengan posisi yang sama selama 1 jam lamanya, sepertinya ia kesulitan tidur. Suho melirik Sakka yang kini tidur memunggunginya dengan gaya yang sedikit meringkuk lucu.
"Kita pasti akan bahagia Adik namun memang bukan hari ini, maafkan Kakak jika Kakak belum menjadi Kakak yang baik untukmu, bahkan Kakak belum menjadi anak yang baik untuk Mama karena Kakak gagal mempertahankan senyum Mama. Mama menangis malam ini dan itu artinya Kakak gagal, Kakak harap Kau tak menangis Adik. Cukup Kakak saja yang menanggung beban ini,” ucap Suho pada Sakka yang masih tertidur lelap.
Mungkin karena lahir sebagai anak pertama membuat Suho berpikir bahwa ia yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di keluarganya di usinya yang masih anak-anak.
Tangan mungil Suho pun mengambil selembar foto dari bawah bantalnya, foto Sasuke dan Sakura yang nampak tengah mencium pipi Sasuke.
"Papa cepat pulang, Suho ingin bertemu Papa. Sakka juga ingin bertemu Papa dan Mama sudah sangat merindukan Papa,” ucap Suho memeluk erat selembar foto itu, sebuah foto yang ia dapatkan dari album foto di kamar mamanya
KAMU SEDANG MEMBACA
I Still Love You
FanfictionSasuke dan Sakura dua orang yang saling mencintai namun harus dipisahkan karena kelicikan Hinata yang mengaku hamil anak Sasuke sementara Sakura juga tengah mengandung anak Sasuke kala itu. Pernikahan Sasuke dan Hinata pun memberikan luka yang begi...