Gavin menghentikan mobilnya tepat di depan gedung apartemen Rain. Di dalam mobil Gavin tak bersuara, sengaja. Ia membiarkan Rain terus mengoceh apapun itu. Rain tidak memberitahu kemana ia ingin pergi, jadi Gavin berinisiatif sendiri membawa Rain pulang ke apartemennya.
"Kamu bener-bener fans aku, yah? Kamu bahkan tahu apartemen aku." Rain tersenyum senang menoleh ke arah Gavin.
Gavin tidak bicara karena gugup. Ia ingin Rain segera turun dari mobilnya dan ia bisa pulang ke apartemennya untuk istirahat.
"Kamu fansku bukan, sih?" tanya Rain agak kesal karena Gavin terus mendiaminya.
"Apa anda selalu memperlakukan fans anda seperti ini? Bagaimana jika mobil fans yang anda naiki adalah fans fanatik yang bisa saja menyakiti anda?" tanya Gavin akhirnya.
Rain membisu, bingung.
"Anda bisa turun sekarang!"
Rain masih diam. Ia benar-benar belum bisa mencerna apa yang Gavin katakan. Rain punya banyak fans, tapi Rain hanya memedulikan fans kaya yang bisa saja mendongkrak popularitasnya lagi. Ini untuk pertama kalinya ia naik ke mobil fansnya secara sukarela tanpa diminta.
"Are you really like this?" tanya Gavin.
"Like this? Like what?"
"Membahayakan diri anda sendiri. Bagaimana kalau aku orang jahat? Bagaimana kalau aku membuat karir anda hancur untuk hidup hanya denganku? Bagaimana?"
"Em, kamu nggak seperti itu." Rain terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.
"Saya memang bukan seperti itu. Tapi bagaimana kalau fans anda yang lain? Saya tidak ingin seseorang pun menyakiti anda," ucap Gavin pelan, sangat pelan. Tapi Rain masih bisa mendengarnya.
"You, are you worried about me?" tanya Rain tidak percaya.
"Bukannya tugas fans seperti itu?" tanya Gavin balik.
Rain bingung harus menjawab apa. Ia pun hanya tersenyum sambil membuka pintu mobil Gavin. "Kalau begitu jemput aku besok pagi. Kita ke lokasi syuting sama-sama. Bye." Rain melambaikan tangannya sembari keluar dari mobil Gavin. Ia berjalan santai ke pintu masuk gedung apartemennya.
Gavin menghela nafas kasar. Ia masih tidak percaya Rain duduk di sampingnya. Ia juga mengobrol dengan Rain. Astaga, apa Gavin terlalu kasar tadi? Sebagai fans ia memang mengkhawatirkan apapun tentang Rain. Bagi fans, idola mereka ada pusat rotasi mereka.
"Astaga." Gavin mengelus dadanya dimana ada jantungnya yang sedari tadi berdetak keras.
***
Gavin akhirnya sampai di apartemennya. Membaringkan tubuhnya dengan nyaman. Ia masih belum bisa percaya pada takdirnya sendiri. Bertemu dengan Rain, mengantar Rain pulang, mengobrol dengan Rain, dan bahkan Rain memintanya untuk menjemputnya.
Gavin merogoh ponselnya dari saku celananya. Membuka pesan Rain yang berisikan foto-foto mereka tadi. Gavin harus mengakui bahwa Rain cantik, sangat cantik. Sialnya, Gavin harus gugup di depan Rain. Entah karena apa.
Baru saja ingin menyimpan foto-foto tersebut, telepon dari Abe memaksa Gavin menangguhkannya. Ia langsung menjawab telepon dari sahabatnya yang lain. Sahabat yang hanya bisa dihubungi jika si sahabat itu yang menelpon duluan.
"Halo, Vin!" sapa pria yang sudah berumur kepala 3 tersebut.
"Hai. Lo dimana sekarang?"
"Biarpun gua sebutin, lo nggak bakal tau. Intinya gua ada di daerah-daerah terpencil seperti biasanya. Susah sinyal dan nggak ada telpon umum. Dan lo sekarang ada di London."

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy In Love
Romance#NoonaLoversSeries1 Cover by Lila Schwan ⚠️Warning! 18+⚠️ Gavin Nikola Serafino (27 tahun) atau dikenal dengan nama Gavin Nick adalah editor muda di sebuah penerbit buku novel di Indonesia. Ia mendapat kesempatan untuk bekerja di salah satu penerbit...