BAB 03

19 1 0
                                    

Gavin berdiri menghadap cermin. Ia menyentuh bibirnya. Ia masih bisa merasakan sisa ciuman Rain. Gavin mengumpat pelan. Tidak ada di bayangannya bahwa Rain akan melakukan hal senekat itu. Mencium Gavin di hadapan mantan kekasihnya, yaitu Adelio Orlando Arsenio, CEO muda di perusahaan berlian terbesar di London.

Gavin tahu, Lando dekat dalam artian pacaran dengan Rain saat Rain menjadi brand ambassador dari berlian-berliannya. Itu 3 tahun yang lalu. Kontraknya sudah berakhir beberapa bulan yang lalu dan Rain juga sudah memublikasikan bahwa ia dan Lando sudah berpisah. Ia berpacaran dengan Lando hanya sekitar 7 bulan dengan masa pendekatan yang lumayan lama karena saat itu Rain juga masih memiliki kekasih.

Gavin tidak tahu apa yang terjadi setelah ia meninggalkan Rain tadi. Yang jelasnya, ia harus menenangkan dentuman jantungnya yang terus berdetak keras. Gavin meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia hanya terkejut, grogi, tegang, dan karena ia fans Rain. Bukan hal lain.

Gavin ingin segera menyelesaikan film ini dan pulang ke Indonesia. Di sana dia akan tenang dan tentram. Tapi Gavin pasti akan merindukan London dan Rain.

***

Lando mencekal tangan Rain yang berusaha menghindarinya. Gavin izin ke toilet. Ini kesempatannya untuk merayu Rain kembali kepadanya. Tapi sayangnya, Lando harus melawan keras kepala Rain terlebih dahulu.

"Lepaskan!!" Rain berteriak meminta Lando melepas pergelangan tanganya.

"Dia mainanmu, kan? Kau menciumnya karena hanya ingin membuktikan bahwa aku juga hanya mainan, kan? Buktinya dia pergi." Lando terkekeh mengerikan. "Aku bukan mainanmu, Rain Kim," bisik Lando penuh penekanan.

"Dia bukan mainanku, Mr. Arsenio. Dia partnerku. Dia dari Indonesia dan dia baik, lucu. Tidak seperti dirimu yang kasar," balas Rain tak kalah garang.

"Beraninya kau memuji laki-laki lain di hadapanku." Lando geram. Ia mencengkram lebih kencang pergelangan tangan Rain.

"Aauuh, lepaskan!" Rain berusaha melepaskan tangannya. Ia merasakan sakit akibat cengkraman Lando.

"Aku tidak akan melepaskanmu kali ini," tegas Lando.

Lando mendorong Rain hingga Rain jatuh ke sofa. Lando melangkah maju sedangkan Rain berusaha menghindar. Tapi Lando lebih cepat. Kali ini Lando meraih kedua pergelangan tangan Rain dan menahan Rain tetap duduk di sofa.

"Aku akan teriak, LANDO!! Lepaskan aku!!"

"Kau masih sangat cantik." Lando terkekeh memajukan wajahnya untuk melihat jelas wajah Rain.

"Woi, dude!!" Sapaan itu berhasil membuat Lando menoleh. Lalu suara 'bugh' keras terdengar. "Maaf, gua ninggalin lo." Gavin, pria yang baru saja meninju Lando segera meraih tangan Rain dan membantu wanita itu berdiri.

"Sialan!!" geram Lando ingin membalas Gavin.

"Kau yakin akan memukulku di sini?" tanya Gavin melirik pintu dengan ekor matanya. "Sebaiknya kau memanggil pengacaramu." Gavin tersenyum sinis melihat Lando tidak berkutik karena ada banyak orang yang mengintip di pintu. Beberapa dari mereka merekam.

"Ayo!" Gavin menggenggam erat tangan Rain dan membawa wanita itu menembus orang-orang yang bergerumul di pintu.

Gavin membawa Rain ke parkiran. Ia menuju mobilnya yang terparkir. Membuka pintu penumpang bagian depan untuk Rain. Rain masuk sesuai perintah Gavin. Setelah itu Gavin menutup pintunya dan menguncinya.

Crazy In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang