Don't send me no angel, this city's too cold
Cause I need a man with a black heart of gold
Whoa-oh-oh-ooh
Don't give me no lover, if he ain't got the stones
Cause I need a man who will fight for his own
Whoa-oh-oh-ooh
Dorothy - Dark Nights
.
.
~ 환영 ~
.
.
14 tahun yang lalu...
Batu, duri, dan ranting terus berusaha mencoba menghalangi langkah gadis kecil itu saat dia berlari menembus lautan pohon gelap. Tapi dia tidak berhenti. Tidak peduli kabut tebal membuatnya kesulitan membedakan arah. Tidak peduli batu kerikil menggali ke dalam telapak kakinya yang telanjang. Tidak peduli ranting tipis mencambuk wajahnya dan garis darah mengalir di pipinya.
Dia terus berlari bahkan ketika semak melilit pergelangan kakinya. Semak duri itu menggeliat, membelit semakin kuat, gadis kecil itu menyentak-nyentak kakinya hingga terbebas. Dia tidak peduli lagi dengan rasa sakit. Naluri yang memaksanya terus berlari. Alam bawah sadar membuatnya terus berjalan, apa pun yang terjadi.
Cahaya putih muncul di kejauhan.
Siapa itu? Ada orang lain yang datang menyelamatkannya?
Dia berlari lebih cepat, meningkatkan teriakannya, berlari menuju cahaya.
Tiba-tiba cabang itu muncul, menampar wajahnya, lebih tebal daripada yang pertama. Jimin terhempas ke tanah. Pukulan itu mengaburkan penglihatan. Rasa sakit berdenyut-denyut di kepalanya, pandangannya mengabur. Mencoba mengedipkan mata berulang kali, dia melihat siluet berdiri di depannya, terselubung cahaya senter halogen.
Seorang pria.
.
.
.
13 Maret 1980 (Empat belas tahun kemudian)
Hari yang sangaaaaat indah.
Matahari menyaksikan dengan damai, jauh di atas lautan.
Sebuah kapal pesiar besar mengendarai ombak dengan malas sementara angin musim panas menggoda burung camar, bermain-main dengan sayap putih mereka sebelum membiarkan kaki-kaki mereka menyentuh permukaan air yang bersinar. Langit biru menyambut burung yang lebih besar dan megah, sebuah pesawat yang baru saja meninggalkan Bandara Brisbane Australia. Dunia berputar perlahan, menghembuskan cerita dan mimpi. Dalam beberapa jam kedepan, pesawat itu rencananya akan menyentuh tanah lagi.
Yaa.. hari itu benar-benar hari yang sangaaaaat indah.
Namun sayang... intro pembuka yang manis itu terjadi berjam-jam sebelumnya.
Keadaan berbalik dengan sangat cepat seperti papan catur yang dibalik paksa secara kejam, menghempaskan seluruh bidak keluar dari arena.
Logam di sekeliling mereka menjerit-jerit seperti monster laut yang lapar, bergetar, membuat seratus kepala lebih memohon. Pilot sudah berhenti berbicara beberapa saat yang lalu, atau mungkin dia masih berbicara di ruang kokpit kecilnya, Jungkook tidak tahu, tidak peduli. Otaknya mati seperti yang lain ketika mesin memutuskan untuk mengamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Island [Jikook]
FanfictionJungkook selamat dari kecelakaan pesawat yang mengerikan. Sekarang dia terjebak di sebuah pulau terpencil yang dipenuhi makhluk aneh dan yang lebih aneh lagi, dia bertemu seorang gadis yang sudah bertahun-tahun tidak berinteraksi dengan manusia. Ket...