Chapter 2

3.4K 367 172
                                    

We sail through endless skies
Stars shine like eyes
The black night sighs
The moon in silver trees
Falls down in tears
Light of the night
The earth, a purple blaze
Of sapphire haze
In orbit always

Black Sabbath - Planet Caravan

*Lagu ini wajib kalian dengarkan sambil membaca part enak*

.

.

Aku nyari ide buat lanjutin cerita ini susahnya minta ampun, jadi buat temen-temen yang pengen cerita ini terus berlanjut, tolong tinggalin jejak entah itu vote atau komentar sebagai penyemangat. Terimakiciw^^

.

.

Punggung Jungkook sudah agak mendingan pagi ini. Mereka mulai menyusuri sepanjang pantai dengan Jimin yang menunjukkan titik-titik dimana kita bisa memancing atau menemukan benda-benda random terkubur di dalam tanah. 

Gadis berambut panjang berantakan itu sangat bangga ketika menemukan sebuah botol kaca kecil yang bentuknya mirip lampu kaca Aladdin, terdampar di pasir. Dia cekikikan sambil menyemprotkan gas kesana kemari. Jungkook diam saja, sudah tahu itu botol parfum.

Jungkook sengaja tetap jalan di belakangnya sepanjang waktu, karena setiap kali Jimin berbalik menghadapnya, kemeja longgar yang dikenakannya menunjukkan terlalu banyak belahan dada. Entah gadis itu tidak pernah diajari atau memang tidak peduli? Kentara dikancing asal-asalan hingga mengekspos satu payudara yang praktis menyapa.

Mereka berhenti jalan, Jimin tiba-tiba melihat sesuatu di atas bukit-bukit batu. Dia meletakkan Shawn si semangka kemudian menunjuk ke arah benda hitam misterius di puncak batu. "HEEEI LIHAT ITU!"

Lalu dia berlari ke sana dengan langkah super. Jungkook berlari mengikuti dari belakang, menyadari apa objek itu. "Barang bawaanku!" serunya.

Jimin yang pertama kali sampai ke tas koper hitam milik Jungkook, mengobrak-abrik semua benda-benda asing di dalamnya. "Ini bukan lampu jin, kan?"

"Tidak, itu parfumku." Jungkook merebut botol cologne miliknya dari tangan Jimin. Ini tas berisi barang-barang pribadinya, yang bisa dia temukan hanyalah sabun dan handuk. Bukan barang-barang yang berguna untuk membawa mereka keluar dari sini. Entah dimana telpon genggamnya. Pasti terjatuh di lautan, ditelan ombak. Ya sudahlah, dibawa saja.

Jungkook memasukkan kembali semuanya dan menutup risleting.

Tiba-tiba dari belakang dia mendengar Jimin menjerit. Gadis itu memegang alat cukur bertenaga baterai dan jatuh terjungkal ke belakang. "Ada monster!"

"Bukan!"

"Pergi!" Jimin kalang kabut heboh, menjatuhkan pencukur itu ke pasir. Alat itu masih bergetar-getar dan mengeluarkan dengung ribut. Ketakutan dan panik, Jimin menghujamkan tongkatnya dengan cara membabi-buta.

"Jimin! Berhenti!"

Tapi dia masih ketakutan. "Jangan disentuh! Itu mungkin beracun!"

"Tidak, lihat saja! Ini aman." 

Jimin memejamkan mata ketika Jungkook mengambil alat cukur rusak itu dengan tangan bebas. Suara deru mesinnya berhenti berdengung ribut. Keheningan melanda.

Jimin pelan-pelan membuka mata. "Kau berhasil membunuhnya?"

"Dari awal memang ini benda mati." 

Tapi yang terlintas di pikiran Jungkook: "Mampus nih". Jimin telah merusak alat cukurnya gara-gara disodok pakai tongkat. Mulai detik ini dia tidak akan pernah bisa cukuran lagi. Kebayang dirinya menumbuhkan janggut panjang seperti Santa Claus. Sudah gitu janggutnya berkeringat pula. Sekarang saja dia sudah berkeringat dan lengket karena cuaca yang lembab.

Her Island [Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang