Chapter 3

2.5K 306 86
                                    

You are the sunlight in my growing
So little warmth I've felt before
It isn't hard to feel me glowing
I watched the fire that grew so low

It is the summer of my smiles
Flee from me, keepers of the gloom
Speak to me only with your eyes

Led Zeppelin - The Rain Song

.

.

.

Tahun 1950

Paman Joseph menggunakan waktu luang yang mereka miliki untuk mendidik gadis kecil itu  teknik bertahan hidup dasar, seperti cara memancing dan berburu, dan cara membuat alat dan menembak dari apa yang disediakan pulau itu. Mereka membangun tempat berlindung dari daun kelapa untuk melindungi mereka selama hujan badai.

Tanpa kalender, gadis kecil itu selalu berpura-pura setiap hari adalah Natal dan mencoba membangun manusia salju dari pasir. Namun pasir di pulau ini terlalu berlumpur untuk dibentuk menjadi apa pun. Jimin menemukan boneka semangka terdampar tak jauh dari perkemahan dan langsung menyayanginya.

Sejak itu, Shawn dianggap sebagai anggota ketiga kelompok dan ikut kemana pun dia pergi.

"Sudah berapa lama kita di sini?" tanya Jimin, sementara dia menggigit ikan dengan lahap.

"Hampir setahun... lebih dari setahun..." Pria itu menggelengkan kepalanya. "Aku bahkan tidak pernah menghitung lagi ini bulan dan hari apa."

"Kenapa tidak ada yang datang untuk menyelamatkan kita?"

"Itu semua bagian dari rencana Tuhan," gumamnya dengan nada bijak seorang ayah. "Jika kehendak-Nya menyuruh kita tetap di sini, maka begitulah seharusnya."

"Tapi aku ingin pulang!" rengek Jimin. "Aku ingin mencari ibu dan ayah-"

Paman Joseph memotong rengekan Jimin dengan menutup mulutnya. Burung-burung itu terbang ke arah yang tidak biasa. Pak tua itu menyadari sesuatu akan datang. Dalam jeda yang panjang, mereka mendengar suara gemerisik dari semak-semak.

"Kita harus pergi sekarang!"

Paman Joseph bergegas memadamkan api unggun. Gadis kecil itu meraih Shawn. Mereka mulai berjalan ke hutan, namun suara-suara itu dekat sekali di belakang mereka.

Joseph menarik gadis kecil itu ke belakang pohon. "Aku ingin kau tetap di sini dan jangan bersuara," katanya. "Jika sesuatu terjadi, kau lari secepat mungkin, jangan biarkan mereka menangkapmu. Apa kau paham?"

Tidak ada respon. Jimin lebih takut membayangkan pria itu meninggalkannya.

"Jimin, apa kau paham?!" Dia berbisik.

"Y-y-ya."

Joseph mendorongnya ke belakang pohon begitu dia melihat cahaya terang menyorot di antara pepohonan. Gadis kecil itu mengintip sedikit, melihat bayangan-bayangan tinggi mendekati mereka. Dia hitung ada sekitar tujuh pria besar membawa parang dan obor primitif.

.

.

.

.

Tahun 1980

"Jangan bergerak." Jimin mengamati pria di depannya lekat-lekat. "Apapun yang terjadi, jangan pernah bergerak atau mengeluarkan suara. Makhluk itu hanya mengejar sasaran yang bergerak."

Jungkook memang tidak bersuara, hanya duduk diam meratapi nasibnya.

Telinga mereka menangkap suara dedaunan kering terinjak.

Her Island [Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang