Ketika langit mulai terlihat biru. Aku sudah mengemas barang-barang yang tadi malam aku keluarkan. Tidak banyak, selembar matras hitam, sebuah pisau—untung saja aku ingat kalau dalam ranselku benda itu ada— dan tenda merah marun.
Sebelum tertidur aku sempat mengisi perutku dengan sebungkus mie instan mentah. Terpaksa, tidak ada peralatan untuk memasak dalam ransel ini. Namun itu cukup untuk mengantar tidurku. Meskipun kadang terbangun oleh suara-suara binatang malam.
Pagi ini hanya sebatang cokelat pasta yang menjadi menu sarapanku. Dua teguk air sungai. Lalu kembali kuisi penuh botolnya. Sebelum akhirnya aku menggulung matras itu dan kembali melanjutkan perjalanan.
Kini langkah kakiku sedikit lebih cepat. Aku harus segera sampai di desa terdekat. Untuk memberikan kabar pada warga atau mungkin mereka sudah di sana menungguku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontestasi Puncak
Short StoryPerjalananku untuk menemukan puncak. Menembus belantara, menyusuri sungai, memakan mie instan tanpa dimasak hinnga menemukan tempat terindah.