Persaingan Yang Diharuskan
Dingin. Ruangan ini begitu dingin. Kosong dan hampa. Itu yang dirasakan Karin. Mata yang sempat terpejam kemudian mengerjap, bagaimana ia sampai disini?"Karin!"
"Hah?", Karin terduduk dibangku mejanya. Napasnya terengah-terengah. Cairan bening tampak mengalir melalui pipi kanannya.
"Mimpi itu lagi? Kenapa?", Karin sangat tersiksa jika mimpi yang tampak abu baginya terjun ke dalam imajinasi luar akalnya.
Lelah, sudah hampir seminggu ia bermimpi seperti itu. Tidak ada ujungnya. Hanya terasa kehampaan dan teriakan yang memanggil namanya. Teriakan seorang laki-laki.
"Karin! Cepet turun! Gue telat ngampus bego!", suara Ardan membuat moodnya tidak karuan.
Karin dan Ardan adalah kakak beradik. Orangtua mereka meninggal dalam kecelakaan beruntun saat hendak pulang ke rumah.
Ardan merupakan mahasiswa Manajement Bisnis yang sudah menginjak semester 5. Berusaha menghidupi keluarga satu-satunya adalah yang harus ia lakukan sekarang.
Demi Karin, ia akan melakukan apa saja. Mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi adiknya tersebut ia sangat mampu. Hanya Karin yang bisa membuat ia bertahan.
"Tidur di meja belajar lagi? Jangan di kebiasaain dek. Encok lo ntar"
"Berisik dih! Jam berapa telat eh? Ini baru setengah 6 bang!"
Karin mendengus melihat abang satu-satunya itu. Cengiran Ardan membuatnya ia ingin menjeburkan kepalanya ke kloset. Tapi Karin inget dosa. Takut kualat katanya.
"Biasa dong elah mukanya, gimana sekolah baru lo? Enak noh sekolahan elit, banyak orang berduit. Kalahin mereka make otak encer lo ya!"
Ardan selalu memberinya semangat sebelum berangkat sekolah, membuatnya mengulas senyum tipis. Ia beruntung memiliki kakak seperti dia walau otaknya kadang tidak memadai.
"Gue anter ya. Jangan nolak! Kemarin lo aja telat kan?"
Karin hanya mendengus.
"Iya-iya bawel! Gue tuh kadang pengin demo! Kapan Jakarta gak macet lagi?!", Ardan hanya terkekeh mendengar penuturannya.
"Oh ya, lo nyaman gak sama temen sekelas lo? Temen sebangku lo siapa? Cakep?"
"Nyaman-nyaman aja. Gak usah tanya-tanya! Gue gak akan biarin dia kena pesona micin lo ya!"
Ardan hanya tertawa terbahak-bahak.
Karin kadang terheran, mengapa kakaknya itu sangat rendah humornya? Apa karna hidup di jaman micin jadi otaknya ikut memicin?
Tin! Tin!
"Bang, jangan bilang lo nyuruh bang Arkan buat jemput? Lo bilang mau nganter gue!"
Tebakan Karin benar, Arkan tiba-tiba masuk ke dalam rumah dengan pedenya.
"Yuk berangkat. Gue gak nyangka lo pindah ke SMA Cakrawala, bakalan rame nih"
Karin menatap sarkas kepada Arkan, sepupunya.
Pria itu hanya menyengir melihat tatapan membunuh dari sepupunya itu. Sungguh sangat menggemaskan.
"Gue tau gue ganteng, tampan, manis, menggemaskan, kece, bad-"
Arkan terdiam. Karin baru saja menjatuhkan kunci motornya ke selokan.
"WOY KUNCI MOTOR GUE NGAPA DI CEMPLUNGIN MONYED! INI GUE GIMANA ANYING!"
"Bodo amat bodo amat!"

KAMU SEDANG MEMBACA
GERAN ADHIYAKSA
Teen Fiction[BRAVKA] - Bacot Lo Sampah Lo Geran Putra Adhiyaksa, anak-anak pada manggilnya Geger, karna kalau dia lewat pasti geger. Anak yang ndugal tapi nggak pernah dapet sanksi. Paling ditakuti seantero SMA Cakrawala karna sifat bringasnya. Namun, semua seo...