Lo lucu kalo lagi marah sama gue - Geran Adhiyaksa
.
.
.
.
"Ayo, waktu kalian tinggal 10 menit lagi," intrupsi pak pengawas.
Gue udah gak tahan lagi buat keluar dari sarang otak pemikir disini. Dan lagi, dia! Cewek dekil disamping gue. Ck, kenapa bisa satu bangku sama dia, Karin.
"Aduh, aku lupa ini cara ngalihinnya gimana."
Menggerutu dengan gusarnya. Jadi ngantuk gue dengernya. Kalo nggak bisa matematika, tinggal silang cantik aja. Gue yang ngisi fisika aja ngawur nggak masalah.
"Berisik!"
Matanya mendelik ke gue.
Emang nggak ada takutnya dia.
"Lo yang diem! Gue udah pusing sama ini mapel, lo gak usah ikut-ikut!", timpalnya lanjut mengerjakan.
Gue numpu dagu gue sebentar. Diliat-liat, dia kalo marah lucu juga.
Bangsat! Lo mikir apaan, Ger! Dia musuh lo! Dia yang udah bikin perhitungan sama lo!
Karin, lo bener-bener nyari masalah sama gue!
***
Karin menghembuskan napasnya dengan kasar.
Bagaimana tidak?!
Saat hendak mengumpulkan lembar jawab, tidak ada angin maupun badai! Cowok yang paling ia benci menumpahkan botol minumnya menetesi secarik lembar miliknya tanpa ada muka bersalah.
Oke, sebut dia gila karena sangat berniat membuatnya hilang kesabaran.
"Hoy, Kar!"
Zahra merangkul temannya dengan tatapan bingung.
"Kak Geran pasti?! Senyum dikit napa, Kar? Kusut mulu kalo sama dia," Karin menatapnya datar.
Ia benar-benar sedang tidak mood gara-gara Geran sialan itu!
"Gara-gara dia, gue harus ngulang mapel matematika! Gue pengin nonjok muka sok tampannya itu!"
Oke, kali ini Karin sangat keceplosan.
Tampan?!
Mungkin Karin mulai menggila sekarang.
Zahra menyeringai dengan tatapan menggoda.
"Hayo! Tampan?! CIE BILANG KAK GER----"
Mengapa temannya ini tidak pernah mengontrol suaranya saat membahas Geran?
"Diem dong, Zah! Iya emang! Dia sok kegantengan! Makanya gue pengin nonjok biar nggak ada yang harus dia banggain lagi selain mukanya itu!" ujar Karin berapi-api.
Karin sepertinya sudah hilang akal untuk segera menghabiskan lawannya itu. Namun, beberapa saat setelahnya, seutas senyum tipis merekah diwajah gadis yang dinobatkan kencana ayu nya SMA GANESHA.
"Katanya, kalau ada orang senyum menyahut tentang seseorang, bisa dibilang suka ya?"
***
Termenung saat melihat anak-anak kelas dua berolahraga dilapangan, membuat Geran mendengus.
Mata elangnya menatap tajam target incarannya.
Seminggu sudah ujian pertengahan mereka kerjakan, dan sudah seminggu pula gadis itu mendiaminya. Aneh, terbiasa dengan pancaran permusuhan diantara mereka, dan kemudian padam tanpa ada yang memadamkan.
Oh semesta, adakah rencanamu untuk segera meredupkan percikan sekelebat kebencian, dan mewarnai dengan aneka ragam warna untuk mereka berdua?
"Ngapain ger?"
Geran mengusap wajahnya lelah.
"Nggak biasanya gue kaya gini ren. Biasa ada yang rusuh, sekarang?"
Reno mengerutkan dahinya. Lalu, beralih menatap jendela. Sepertinya, ia sudah tau arah pembicaraan temannya tersebut. Apakah ia bisa menyimpulkan jika seorang Geran merindukan musuhnya sendiri? Bisakah kalian menyetujuinya?
"Kangen lo ya sama dia?", Reno sedikit menyikutkan lengannya.
Geran secara drastis memasang wajah tertekuk pada salah satu sahabatnya itu.
"Nggak usah ngoceh. Mending lo balik."
"Balik? Masih jam mapelnya Bu Arum, dua jam lagi baru balik."
Lelah, satu opsi yang menggambarkan dirinya saat ini.
Geran mengabaikan tampang bodoh Reno yang masih menatap dirinya lekat. Ia sudah lelah. Entah lelah menghadapi kekonyolan dan keabsurdan teman-temannya, atau sesuatu hal lain.
***
Geran menyusuri koridor yang tampak sepi disaat semua kelas sedang berfokus dalam pembelajaran masing-masing.
XI IPS 3
Ia mendongak melihat papan kelas yang terpasang rapih diatas pintu. Tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia langsung membukanya dan keriuhan didalam menjadi senyap sesaat.
Ia menelisik satu persatu siswa untuk mencari seseorang yang membuatnya gundah selama seminggu. Ia tersenyum miring ketika orang yang ia cari sedang santai membaca buku dan menyumbatkan telinganya dengan earphone didekat jendela.
Kaki tegapnya melangkah maju menuju tempat sang gadis. Siswa-siswi kelas hanya bisa membisu ketika seorang yang sangat disegani dan ditakuti berada dikelas mereka. Lagi.
"Hai, lama nggak ketemu," seperti suara ancaman yang menggema, gadis itupun segera membalikkan badannya dan membelakakan mata.
"Geran?"
"Karin."
Alarm dikepalanya mulai mendeteksi bahaya. Dengan cepat, ia buru-buru menghindari pria yang lama ia hindari dengan alasan klise.
"Mau kemana lo?"
Geran mencekal lengan Karin dengan erat. Ditatap manik mata yang kadang membuatnya terheran. Manik cokelat madu yang bisa membuatnya gemas ketika sang pemilik murka kepadanya. Sejak kapan? Ia saja tidak mengetahuinya.
"Lepas."
Geran menyeringai, "Urusan lo sama gue belum selesai dek."
Karin menggeram. Ia sudah muak sekarang.
"Gue bilang lepasin tangan gue," kekehan lolos dari mulut pria didepannya. Karin mengernyit.
"Gue pernah bilang ke lo kan Karina Azila? Gue nggak akan pernah ngelepasin lo, sampai kapanpun. Itu janji gue."
Tatapan yang sudah lama tidak beradu, membuat kedua insan tersebut merasakan desiran lain yang mengganggu. Perasaan yang sudah lama tidak pernah terasakan, perasaan rapuh dan hancur yang pernah dirasakan. Perasaan berwarna yang sangat ditolak mentah-mentah oleh kedua insan itu.
"Jangan ganggu gue brengsek!"
Semua orang terperanjat oleh kelakuan Karin.
Tangan mungilnya dengan mulus menampar wajah menawan Geran dengan keras.
"Jangan lagi dan jangan pernah ganggu kehidupan gue! Mulai saat ini sampai setelahnya, jangan pernah muncul dihadapan gue!"

KAMU SEDANG MEMBACA
GERAN ADHIYAKSA
Teen Fiction[BRAVKA] - Bacot Lo Sampah Lo Geran Putra Adhiyaksa, anak-anak pada manggilnya Geger, karna kalau dia lewat pasti geger. Anak yang ndugal tapi nggak pernah dapet sanksi. Paling ditakuti seantero SMA Cakrawala karna sifat bringasnya. Namun, semua seo...