🥀 03 | Ancaman

58.4K 2.9K 84
                                    

🥀 Surga Dalam Luka 🥀

"Pernikahan akan tetap berlangsung, Adnan. Papa nggak mau tahu. Papa nggak akan setuju kalau kamu justru mau membawa perkara ini ke pengadilan." Suara Fajar menggelegar di dalam mobil BMW miliknya yang saat ini hanya berisi dirinya dan putranya, Adnan.

"Tapi nggak dengan menikahi Arraya, Pa! Lagian mana ada keputusan gila dengan aku menikahi calon pengantin dari korban yang aku tabrak, Pa? Apa Papa gila?"

"Papa masih cukup waras untuk berpikir normal, Adnan. Lagian harusnya kamu terima kasih sama Papa, karena Papa, kamu nggak jadi masuk penjara."

Satu sudut bibir Adnan tersenyum miring. Ia rasa papanya benar-benar sudah gila. "Terima kasih? Papa bayangin dong, malam ini aku baru aja menghilangkan nyawa orang nggak bersalah, terus Papa minta aku menikah besok? Dari mananya yang normal dan waras, Pa?!" suara Adnan terus kian meninggi.

Apa yang anaknya katakan memang benar adanya, tapi Fajar juga tidak bisa berbuat banyak. Masih untung jika keluarga Luthfi mau memaafkan kesalahan Adnan dan mengiyakan sarannya agar Adnan saja yang menjadi pengantin pria untuk menikah dengan Arraya. "Papa sudah tahu kalau Arraya itu adik kelas kamu selama kuliah. Jadi itu bukan masalah besar, Adnan. Kamu dan Arraya bisa belajar saling mencintai setelah menikah."

Adnan menggelengkan kepalanya tak percaya. Belajar mencintai? Cih, omong kosong! Apakah mencintai seseorang semudah membalikkan telapak tangan? Adnan sudah tahu jelas rasanya. Rasa ketika mencintai seseorang tetapi tak bisa memiliki. Dan kini, setelah ia melupakan cinta di masa lalu untuk merajut cinta di masa depan, haruskah semuanya gugur berantakan di tengah jalan?

"Setelah perjuangan aku untuk belajar mencintai Afifah, Papa suruh aku lupakan dia dan berusaha mencintai orang lain? Lagi? Dari awal?"

"Kamu adalah calon pemimpin perusahaan, dan Papa tidak akan pernah biarkan kamu punya catatan kriminal sedikit pun."

"Itu kemauan Papa!" hentak Adnan. "Aku nggak pernah mau dan setuju untuk kerja ataupun jadi pimpinan di perusahaan Papa. Semua Papa yang atur dan paksa aku. Saat aku udah nyaman kerja di perusahaan impor, Papa justru tarik aku ke perusahaan Papa."

"Kamu ini! Nggak Bima, nggak kamu, sama saja. Dua-duanya nggak pernah bisa diatur! Perusahaan itu dibangun oleh buyut kamu dan dilanjutkan oleh kakek dan Papa. Kami semua bekerja untuk perusahaan itu dari nol untuk keluarga besar kita, dan untuk kalian berdua juga. Kalau Papa punya dua anak lelaki yang mampu memimpin perusahaan, kenapa juga Papa harus cari orang lain?"

"Back to topic, Pa." Adnan menghela napas kasar, sebelum kembali berkata dengan nada tegas dan dingin. "Pokoknya aku nggak mau nikah sama Arraya. Aku nggak cinta sama dia!" Belum selesai masalah Arraya, kini ia harus juga memikirkan mengenai dirinya yang dipromosikan menjadi pemimpin perusahaan? Ingin menghilang saja Adnan rasanya.

Fajar menghela panjang napasnya. "Kamu bisa belajar mencintainya setelah menikah, Adnan."

Mata Adnan menyipit. Harus berapa kali ia mengatakannya? "Mencintai juga nggak semudah membalikkan telapak tangan, Pa!"

"Pokoknya nggak ada tapi-tapian, Adnan. Semuanya sudah Papa putuskan."

"Lalu gimana dengan tunangan aku?"

"Masih berani kamu sebut dia di hadapan Papa? Sudah Papa katakan berapa kali kalau tunangan kamu itu tidak sebaik yang kamu lihat? Kamu belum saja lihat kelakuan aslinya, Adnan."

Adnan menelan salivanya gugup. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi padanya dan tunangannya saat di mobil hingga bisa mengakibatkan kecelakaan itu terjadi.

Surga Dalam Luka | PROSES REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang