| Sad Romance - Spiritual |
_HANYA CERITA FIKSI_
Surga bagi seorang istri adalah dengan taat pada suami. Jika seperti itu hukumnya, maka Adnan adalah surga bagi Arraya. Tapi jika Arraya sampai harus tertatih untuk menggapai surga dari Adnan, haruska...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• Follow • • Vote • • Komen •
🥀 Surga Dalam Luka 🥀
"Jangan bercanda kamu, Tasya! Ini sama sekali nggak lucu!"
Adnan langsung naik pitam begitu mendengar Tasya selalu menyebutkan jika Afifah sudah terbangun dari komanya. Hal yang tentunya mengejutkan untuk didengar tiba-tiba.
"Aku nggak bercanda, Mas!! Mba Afifah beneran udah sadar!!"
Mendengar suara Tasya yang begitu tegas dan sama sekali tak terdengar bercanda, Adnan merasakan tangannya lemas. Ponsel yang sejak tadi ia tempel di telinganya terjatuh begitu saja ke atas kasur. Tatapannya kosong memandangi layar ponselnya yang masih tersambung dengan Tasya.
Arraya yang sejak tadi diam dengan sibuk mendengar dan mencerna setiap kata yang ia dengar dari Tasya di seberang sana, membuat kepalan tangan Raya mengerat pada selimut. Raya merasakan desiran yang mengaliri darahnya begitu cepat. Dirinya tak lagi dapat membendung betapa kencang degup jantungnya itu.
Arraya semakin merasa gugup saat melihat wajah Adnan yang menoleh menatapnya. Tatapan yang entah bagaimana Arraya mengekspreksikannya. Hatinya semakin gugup kala penasaran jawaban apa yang hendak meluncur dari bibir Adnan setelah mendengar kabar mengejutkan barusan.
"Mas Adnan!!"
Tasya masih berteriak memanggil nama Adnan yang sudah tak lagi terdengar suaranya, karena kini yang dilakukan pria itu hanyalah menatap kedua mata Arraya dengan gamang. Tak tahu harus berbuat apa dengan kabar mengejutkan untuknya.
"Cepet ke rumah sakit sekarang, Mas!!"
Adnan masih belum menjawab. Hanya sibuk menatap kedua mata istrinya sambil menerawang jauh ke dalam sana. Ia tidak melihat adanya perubahan ekspresi di wajah Arraya.
"Mas harus ke sana."
Ucapan itu tak meluncur begitu saja dari bibir Raya. Sejak tadi perempuan itu terus meremas selimut di dalam kepalan tangannya. Jika dilihat, tangan Raya mungkin sudah memerah.
"Apa maksud kamu, Ra?"
Sebuah senyum tiba-tiba tercipta dalam wajah Arraya. Adnan melihat itu. "Mba Afifah pasti membutuhkan Mas untuk ada di sisinya."
"Mas Adnan!!"
Mendengar suara Tasya yang kembali berteriak di seberang sana, Adnan kembali tersentak. Perasaannya tak karuan. Rasanya ia ingin membelah dirinya menjadi dua. Tidak mungkin jika ia meninggalkan Arraya seorang diri di sini. Dan tidak mungkin juga ia tidak datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan Afifah ketika ialah penyebab Afifah sampai koma ber bulan-bulan karena kecelakaan maut malam itu.
Arraya mengangguk sekali lagi dengan mantap, tanpa mengurangi senyum yang dibentuk oleh bibir tipisnya.